“AUBREY APA YANG TERJADI?” Ucap seorang wanita berambut harajuku, mencoba mendekati Aubrey.
“Akh, aku tahu!” Ungkap Aubrey dalam hati.
“Sebenarnya….”
***
“TANG! TANG! TANG! TANG!!!”
“Horeee!!!!”
Sorak sorai terdengar sangat gaduh jam sekolah telah berahir, hari ini sekolah hanya setengah hari karena guru ada rapat. Semua orang menyambut dengan senang. Namun semenjak jam istirahat, Perlita terus terdiam, karena sosok Aubrey tak kelihatan berada di dalam kelas. Gossip yang beredar mengatakan dia juga sedang ikut rapat dewan guru untuk mengajukan kegiatan yang akan dilakukan osis.
“Memegang tangan seseorang, dan dipegang tangan oleh seseorang, pelukannya, tinggal sedikit lagi, kalau dia menciumku, dunia yang tidak aku kenali akan terbuka untukku, dunia seperti apa lagi yang akan terlihat?”
“Perlita, kamu dari tadi ngelamun apa, sih? Ayo kita pulang!” Ungkap Devin sembari menarik tangan Perlita.
“Erghh… I-iya.” Perlita segera mengemasi buku-bukunya dan melangkah keluar bersama sang sepupu.
Devin kembali menyalakan sebatang rokok dalam perjalanan menuju rumah Perlita, ia mematik korek dan segera menghisap asap dan menghembuskannya kelangit kembali, “Huuf… Kulihat dari tadi kau terus-terusan melamun, ada apa, sih? Jujur saja, semenjak kau memumutuskan membuat novel cinta sikapmu berubah…”
“Ergh, masa? Aku sedang mencari bahan, sedikit lagi juga selesai…”