Lembaga Kajian Melayu Palembang atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Majelis Reboan" memasuki tahap akhir membahas kitab Athiyyah Ar-Rahman (karunia ilahi) sebuah Kitab Ajar Syeikh Muhammad Azhari bin Abdullah Al Palimbani.
Dalam Sambutan Pembina Lembaga Kajian Melayu, Prof. Dr. H. Duski Ibrahim, M.Ag. mengharapkan hasil dari kajian naskah ini dapat dibukukan sebagai bentuk dokumentasi kegiatan dan bukti bahwa naskah ini telah selesai dikaji" harapnya.
Hal senada juga diaminkan oleh Peneliti senior Kajian Naskah Melayu Palembang, K.H. Mal an Abdullah dan Ketua Lembaga Kajian Melayu, Dr. Muhammad Adil kepada para anggota Majelis Reboan (26/3/2020).
"Setidaknya kedepan akan dilakukan sekali lagi pembacaan naskah secara keseluruhan dan perbandingan naskah tulis dan naskah cetak yang ada" ujar keduanya.
![Kolofon Manuskrip Athiyyah Rahman Koleksi Perpustakaan Umariyah Palembang (Dok.Pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/03/28/img-20200327-wa0071-5e7e4823097f364ba06b8ca2.jpg?t=o&v=770)
Manuskrip ini adalah koleksi Perpustakaan Umariyah Palembang (sekarang disimpan oleh Kms. H. Andy Syarifuddin, S.Ag.), dalam kolofon (keterangan) naskah yang terdiri dari 6 baris, ditulis tahun 1280 Hijriyah (1862/1863 Masehi) disebutkan bahwa naskah ini disalin oleh seorang juru tulis bernama Kiagus Muhammad Arsyad bin Kiagus Jamalludin bin Kiagus Jamil, di dalam negeri Palembang tepatnya di Bandar Baturaja Ulu, nama kampungnya Karang Magis Ulu (perlu diteliti lebih lanjut).
![Membaca ulang isi Kitab Athiyyah Ar-Rahman (Dok.Pribadi)fi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/03/28/img-20200328-002306-600-5e7e49e2097f367b840f4fa3.jpg?t=o&v=770)
Bersama beberapa lembaga terkait seperti Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, Kesultanan Palembang Darussalam, Lembaga Kajian Melayu dan Rumah Palimbani serta para Anggota Majelis Reboan, kamipun sepakat untuk membaca ulang dan mengalih aksarakan naskah ini dalam versi huruf Latin. Â
Kitab ajar Syeikh Muhammad Azhari bin Abdullah Al-Palimbani, Â mengupas tentang "Karunia ilahi serta Menyingkap Rahasia Iman" dalam pandangannya.Â
Bahkan di negeri tetangga kita "Malaysia" telah pula menerbitkan naskah ini menjadi sebuah buku seri kajian ilmu Ushuluddin yang disusun (sunting) oleh Amdan bin Hamid dan dicetak oleh penerbit Jahabersa.
![Cover buku Athiyyah Ar-Rahma diterbitkan di Malaysia (Dok.Pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/03/28/img-20200328-002306-632-5e7e4901d541df2600183c73.jpg?t=o&v=770)
diungkap dalam satu uraian naskah ini Tentang perjalanan manusia di Sirath Al-Mustaqim.
"Perjalanan di Sirath Al-Mustaqim ini melalui tujuh jambatan, setiap satu jambatan perjalanannya selama 3.000 tahun, yaitu 1.000 tahun naik, 1.000 tahun berjalan lurus, dan 1.000 tahun turun."
Masih dalam uraian naskah ini diuraikan bahwa pada Jembatan yang pertama: Mereka (Manusia) akan ditanya tentang imannya. Jembatan yang kedua: Mereka akan ditanya tentang kesempurnaan solatnya. Jembatan yang ketiga: Mereka akan ditanya tentang zakatnya.Â
Jembatan yang keempat: Mereka akan ditanya tentang puasanya. Jembatan yang kelima: Mereka akan ditanya tentang haji dan umrahnya. Jembatan yang keenam: Mereka akan ditanya tentang perkara air sucinya. Jembatan yang ketujuh: Mereka akan ditanya tentang zhalim.
![Membaca manuskrip salinan Kiagus Muhammad Arsyad Jamalludin Jamil tahun 1280 H. (1862/1863 M.) foto: Dok. Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/03/28/img-20200328-002306-598-5e7e497ed541df02750b78a3.jpg?t=o&v=770)
Palembang Darussalam, 27/3/2020.
Al Faqir "Kemas A.R. Panji"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI