Mohon tunggu...
Kemas Andika Pratama
Kemas Andika Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, NIM 23107030045

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Dari 1965 hingga Kini, Kisah Es Dawet Mbah Hari yang Melegenda di Pasar Bringharjo Yogyakarta

24 Mei 2024   13:20 Diperbarui: 25 Mei 2024   01:11 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi: Topping Es Dawet Mbah Hari

Pasar Beringharjo menjadi salah satu destinasi wajib para wisatawan yang sedang berkunjung di kota Istimewa Yogyakarta. Para wisatawan biasanya mengunjungi pasar Beringharjo untuk berbelanja pakaian seperti batik, barang antik, serta berbagai souvenir unik yang dapat dijadikan oleh-oleh. Namun pasar Beringharjo juga memiliki berbagai macam kuliner yang sangat terkenal.

Salah satu diantara banyaknya kuliner legendaris di pasar Beringharjo adalah Es Dawet Mbah Hari. Dawet pada umumnya hanya berisi cendol, santan, dan juga air gula jawa, namun berbeda dengan dawet Mbah Hari yang memiliki berbagai topping tambahan yang membuatnya semakin menarik dan berbeda dengan dawet pada umumnya. Ciri khas tersebutlah yang membuat dawet Mbah Hari bertahan sejak tahun 1965 hingga saat ini.

Lokasi es dawet Mbah Hari sangat strategis karena di sekeliling oleh toko pakaian batik. Es dawet Mbah Hari hadir dengan suasana tradisional dan sederhana hanya menggunakan bakul, Mbah Hari juga menyediakan kursi kecil di sekeliling jualannya bagi para pembeli yang ingin menikmati kesegaran es dawet Mbah Hari secara langsung.

Mbah Hari memilih untuk berjualan es dawet karena melanjutkan usaha mboknya (Ibu) yang juga berjualan es dawet dulunya, sehingga es dawet yang dijual Mbah hari saat ini adalah resep otentik yang telah diwarisi secara turun-temurun. "Dari dulu hingga sekarang rasa dan bahan yang saya pakai masih sama ga pernah saya tambahin apapun," ucap Mbah Hari. Konsistensi rasanya lah yang membuat es dawet Mbah Hari tetap diminati selama 59 tahun.

"bedanya es dawet buatan saya sama es dawet lain yaa semua bahan yang saya pake alami tanpa pengawet buatnya juga masih tradisional" ucap Mbah Hari tentang dawet buatannya.

Nilai jual yang dipertahankan oleh Mbah Hari hingga saat ini adalah segala komponen  yang ada di dalam es dawetnya seperti cendol warna-warni, dan juga camcau dibuat menggunakan bahan alami, tanpa pewarna, pengawet dan juga tanpa adanya bantuan mesin.

Dokumentasi Pribadi: Topping Es Dawet Mbah Hari
Dokumentasi Pribadi: Topping Es Dawet Mbah Hari
Semangkuk es dawet Mbah Hari yang berisikan cendol warna-warni, camcau, santan murni, serta gula jawa yang dipadukan dengan es ini dibanderol dengan harga 7 ribu rupiah per porsinya. Dengan rasa segar dan otentik dari es dawet ini membuat banyaknya pengunjung datang hanya untuk menikmati jualan legendaris ini.

"Kalo rame biasanya sebelum jam 3 udah habis, tapi kalo hari biasa bisa laku 100 porsian seharinya". Ujar Mbah Hari menjelaskan jumlah penjualannya dalam sehari.

Pembeli es dawet Mbah Hari bukan hanya para pedagang yang juga berjualan di pasar Beringharjo, banyak juga wisatawan domestik hingga mancanegara yang datang hanya untuk menikmati es dawet Mbah Hari ketika berada di Yogyakarta. Mbah hari berjualan mulai jam 9 pagi hingga jam 3 sore, berangkat dari rumahnya di Bantul menggunakan sepeda onthel menuju Pasar Beringharjo.

Dawet Mbah Hari tidak pernah sekalipun berpindah tempat dari utara los pertama pasar Beringharjo ini. Meskipun kini pemerintah telah menyediakan tempat berjualan di Teras Malioboro 1 dan 2 Mbah Hari memutuskan untuk bertahan karena tidak mau pengunjungnya bingung mencari jualannya.

Alasan utama Mbah Hari tetap berjualan dawet dari tahun 1965 hingga saat ini selain karena merupakan warisan usaha ibunya adalah karena rasa senang yang hanya dia rasakan ketika berjualan. Mbah Hari ingin semua orang bisa merasakan kenikmatan es dawet ini melalui usahanya yang telah konsisten berjualan hingga saat ini. "yaa saya ngerasa seneng aja jualan es dawet ini makanya bisa bertahan sampe sekarang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun