Mengejar kinerja ekonomi Jawa Barat dan Jawa Timur adalah ungkapan yang lebih tepat melihat geliat ekonomi Jawa Tengah yang dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir terus menggeliat senantiasa tumbuh diatas perekonomian nasional. Di bawah kepemimpinan Ganjar Pranowo maka berinvestasi di Jawa Tengah menjadi pilihan yang menarik investor di tengah semakin mahalnya investasi di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur, tiga provinsi yang menjadi primadona investor asing maupun domestik.
Disaat ekonomi nasional hanya tumbuh 5,0 persen di tahun 2016, Jawa Tengah bisa mencatatkan  kenaikan sebesar 5,28 persen. Memang jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang mancapai ....persen, Jawa Tengah masih dibawahnya. Pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2014 sd 2016 berturut-turut adalah : 5,0 persen, 4,8 persen dan 5,0 persen, sedangkan Jawa Tengah adalah 5,4 persen, 5,47 persen dan 5,28 persen.
Perekonomian Jawa Tengah tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.092.030,9 miliar, untuk pertama kalinya menembus angka diatas 1.000 triliun. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian (18,73 persen). Hal ini wajar mengingat banyak potensi barang tambang dan galian di Jawa Tengah, seperti di Kabupaten Rembang, ijin galian untuk tambang kapur mencapai 10.350 hektar. Namun sayangnya kinerja industri di Jawa Tengah masih rendah.
Jateng bukan lagi daerah udik
Sudah jamak jika terjadi urbanisasi dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, Jawa Barat dan Jakarta, karena secara umum Jawa Tengah prospek ekonomi, khususnya industri yang menjadi daya tarik tenaga kerja pemula sangat sedikit. Sebelum tahun 2014 sangat sulit menyebutkan industri besar di Jawa Tengah, selain pabrik rokok Jarum Kudus, Kacang Garuda dan Kacang Kelinci. Itupun ketiga pabrik besar tersebut sudah puluhan tahun berada dan berkembang dari skala kecil secara bertahap menjadi seperti sekarang.
Pembangunan rel kereta api double-trak, serta tol trans jawa membuka lebih besar lagi potensi Jawa Tengah, terlebih Kementerian BUMN yang di tahun 2016 memiliki program pariwisata JogloSemar (Jogya – Solo – Semarang) sebagai tiga kesatuan meningkatkan potensi wisata di Jawa Tengah yang terkenal dengan Candi Prambanan dan Candi Borobudur.
Geliat Industri di Jawa Tengah
Menggeliatnya sektor pariwisata dengan motor penggerak adalah BUMN, diikuti dengan geliat di sektor industri dengan investasi mega proyek PLTU Batang berkapasitas 2 x 1.000 MW yang akan menelan investasi sekitar Rp 57 triliun serta pabrik Semen Rembang milik Semen Indonesia yang menelan investasi Rp 5 triliun. Pabrik Semen Rembang yang mulai dibangun pada pertengahan 2014, di Desember 2016 telah selesai dan siap beroperasi. Sedangkan PLTU Batang setelah menyelesaikan pembebasan tanah dan fincancial closing, bersiap untuk melakukan groundbreaking pembangunan yang diperkirakan membutuhkan waktu 3 tahun.
Kawasan Industri Kendal yang baru saja beroperasi secara penuh menunjukkan bahwa kawasan industri mulai bergerak dari Jawa Barat dan Jawa Timur ke Jawa Tengah. Terlebih dengan telah beroperasinya tol trans Jawa yang menghubungkan Semarang-Jakarta di tahun 2018, maka diperkirakan akan semakin banyak industri di Jakarta dan Jawa Barat yang relokasi ke Jawa Tengah.
Realisasi investasi PMA dan PMDN di Jawa Tengah terus meningkat, jika tahun 2014 sebesar 12,593 triliun, maka di tahun 2015 sebesar Rp 13,601 triliun dan 2016 meningkat lagi menjadi 15,411 triliun.
Butuh Dukungan Warga Jawa Tengah
Mulai tumbuhnya industri di Jawa Tengah di sektor manufaktur, telah mendapatkan gangguan dari sekelompok warga dan LSM, seperti Pabrik Semen Rembang yang terpaksa tertunda beroperasinya karena gugatan LSM dan sekelompok Warga yang menyebabkan pabrik milik BUMN tersebut harus merubah ijin lingkungan, meskipun tidak ada yang salah dengan ijin lingkungan yang ada. Namun seiring dengan telah diperbaharui ijin lingkungan tersebut yang dilakukan secara terbuka dan melibatkan seluruh stakeholders, maka satu-satunya hambatan yang paling memungkinkan batal beroperasinya pabrik Semen Rembang sudah tidak ada.
Perlu kesadaran seluruh warga Jawa Tengah, bahwa membangun tidak mesti merusak alam. Namun membangun dapat pula berjalan seiring dengan kelestarian alam. Ada sinergi yang kuat antara pabrik semen dengan PLTU di Jawa Tengah, meskipun hal itu tidak didesain/kondisikan oleh Pemerintah (mungkin, Pemerintah belum tahu). Bahwa PLTU akan hasilkan fly ash yang merupakan sisa pembakaran batubara sebagai bahan bakar. Untuk kapasitas 2 X 1.000 MW menghasilkan limbah fly ash sekitar 460 ribu ton per tahun. Pabrik Semen di Rembang  dengan kapasitas 3 juta ton per tahun, akan mampu menyerap sekitar 160 ribu sd 200 ribu ton. Seandainya ada pabrik semen lagi di Jawa Tengah dengan kapasitas 3 juta ton, maka seluruh permasalahan fly ash PLTU Batang akan terselesaikan. Ini menunjukkan keberadaan industri semen dapat menjadi soluasi bagi lingkungan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H