Mohon tunggu...
Kemal Syahid
Kemal Syahid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Seorang Fotografer dan Editor Foto dengan pengalaman di bidang yang sama untuk mengabdi di sebuah Organisasi. Sedang menuntut ilmu di Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan merintis karir di bidang yang sama/industri kreatif dimana keterampilan dan pengalaman sebelumnya dapat dimanfaatkan dengan efisien

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adab dalam Retorika Dakwah, Mengusung Etika dalam Menyampaikan Pesan

2 Juli 2024   22:49 Diperbarui: 2 Juli 2024   23:01 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Retorika dalam dakwah bukan hanya soal menyampaikan pesan, tetapi juga soal adab. Disampaikan oleh Kemal Syahid Mubarok dan Syamsul Yakin, Mahasiswa dan Dosen Retorika Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adab, yaitu tata krama dan etika yang harus dipegang teguh oleh para orator dan dai. Baik dan buruk dalam konteks ini berlaku secara mutual, baik bagi komunikator (orator dan dai) maupun komunikan (audiens dan mad'u).

Secara generik, adab dalam Islam adalah aturan tentang sopan santun yang digali dari al-Qur'an. Adab ini menjadi dasar dalam menjalin komunikasi dialogis antarmanusia. Dalam Islam, secara hirarkis, adab berada di atas ilmu, menggarisbawahi pentingnya etika dalam setiap interaksi.

Di dalam komunikasi Islam atau dakwah, kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti lebih diutamakan. Dengan demikian, komunikasi dalam Islam tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga pada proses. Di sinilah tampak urgensi adab dalam retorika dakwah.

Perbedaan Adab dan Akhlak

Dalam Islam, adab dan akhlak memiliki perbedaan mendasar. Adab adalah sekumpulan aturan yang bersifat memaksa, sedangkan akhlak adalah panggilan hati tanpa paksaan, yang muncul secara spontan. Dalam konteks retorika dakwah, adab lebih tepat diusung karena bersifat mengikat, memberikan panduan yang jelas bagi dai dan orator dalam menjalankan tugasnya.

Sementara itu, akhlak atau respons spontan seorang orator atau dai muncul dengan sendirinya saat ceramah atau pidato, tidak terikat oleh aturan agama atau budaya. Meskipun demikian, akhlak dapat dipelajari, diulang, dan dibiasakan, sehingga seorang dai bisa terus memperbaiki diri dalam menyampaikan pesan dakwah.

Aksiologi Adab dalam Retorika Dakwah

Secara aksiologis, adab bermanfaat bagi orator dan dai dengan membimbing mereka menjadi manusia yang lebih baik dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan waktu dan tempat tertentu. Ini yang diistilahkan sebagai ethos dalam ilmu retorika, yang juga memengaruhi komunikan.

Berdasarkan paparan di atas, adab retorika dapat dipahami dalam beberapa poin. Pertama, aturan mengenai kesopanan, keramahan, dan budi pekerti pada saat bertutur untuk mengajak manusia berbuat baik. Dalam konteks ini, sebongkah aturan yang mengikut dialamatkan kepada orator atau dai.

Kedua, adab retorika dakwah adalah aturan mengenai apa saja yang baik dan buruk, yang mengikat dan harus dipatuhi pada saat dai berdakwah atau orator berpidato. Yang ditekankan dalam adab retorika dakwah adalah menjaga diri dari kesalahan.

Ketiga, adab retorika dakwah tak lain adalah pantulan baik dan buruknya dai dan orator yang tampil di segala media, baik panggung dan mimbar (media tradisional), radio dan televisi (media konvensional), maupun dalam platform media sosial (new media).

Para dai dan orator akan mendapat pujian dan sanjungan dari netizen apabila mengusung adab retorika dakwah. Namun, mereka akan dicaci dan dimaki apabila mengabaikannya. Respons negatif netizen dalam jagat digital cenderung lebih menyakitkan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Pentingnya Adab dalam Dakwah

Menyampaikan pesan dakwah memang penting. Membuat pentas dakwah jadi informatif, persuasif, dan rekreatif juga tak kalah penting. Namun, yang paling penting adalah memanggul kesopanan, keramahan, dan budi pekerti dalam melewati semua proses tersebut.

Dengan adab yang baik, dakwah tidak hanya akan mencapai tujuannya tetapi juga akan membangun hubungan yang harmonis antara dai dan audiens, menciptakan suasana yang kondusif untuk penyebaran nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun