Mohon tunggu...
Kemal Nouval
Kemal Nouval Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Kriminologi Universitas Indonesia

Setiap orang berhak mempunyai wadah untuk bercerita dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Problematika Kehadiran Anak-Anak di Masjid dan Sikap Orang Dewasa Terhadapnya

15 Oktober 2022   08:00 Diperbarui: 15 Oktober 2022   08:00 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki anak yang suka solat berjamaah di masjid tentu menjadi harapan banyak orang tua. Tak heran jika mereka mengajak anak-anaknya solat berjamaah di masjid sedari kecil, agar terbentuk kebiasaan hingga dewasa. Namun, muncul problematika ketika melakukannya. Di satu sisi, mengajak anak solat berjamaah di masjid tentu sangat mulia, karena membentuk kebiasaan anak agar tercipta generasi masa depan yang cinta masjid. Namun, di sisi lain, ada persoalan umum yang muncul, yakni kebisingan yang mengganggu kekhusyuan solat. Sejatinya anak-anak, mereka suka bermain. Tidak kenal tempat dan waktu. Imbasnya, anak-anak tersebut sering dimarahi oleh orang dewasa karena dianggap mengganggu kekhusyuan solat berjamaah.

Syariat Islam Mengenai Kehadiran Anak-Anak di Masjid

Maka, bagaimana sebenarnya syariat Islam mengatur mengenai persoalan ini? Sebelumnya, perlu diketahui bahwa membawa anak-anak ke masjid, pada dasarnya tidak dilarang. Pada zaman nabi pun, anak-anak muncul di masjid. Hal itu dapat dilihat dari hadits berikut:

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan kami. Lalu Hasan dan Husain radhiallahu 'anhuma datang ke masjid dengan memakai gamis berwarna merah, berjalan dengan sempoyongan jatuh bangun (karena masih kecil). Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam turun dari mimbar masjid dan menggendong kedua cucu tersebut, dan membawanya naik ke mimbar. Lalu beliau bersabda, "Maha Benar Allah, bahwa harta dan anak-anak itu adalah fitnah (ujian), aku melihat kedua cucuku ini aku tidak bisa bersabar". Lalu Rasulullah kembali melanjutkan khutbahnya" (HR. Abu Daud no. 1109, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Namun, ada sikap khusus dari para ulama jika anak-anak tersebut menimbulkan kebisingan. Misalnya, Imam Malik Rahimahullah berpendapat, "Jika ia tidak melakukan al 'abats (main-main) karena masih kecil, dan jika dilarang ia akan berhenti, maka tidak mengapa di bawa ke masjid. Namun jika melakukan al 'abats (main-main) karena masih terlalu kecil, maka menurut saya tidak boleh di bawa ke masjid" (Al Mudawwanah, 1/195).

Pendapat lain dari Syaikh Ibn Al Utsaimin sebagai berikut, "Jika anak-anak tersebut baru 4 tahun (atau kurang) dan mereka tidak bisa shalat dengan baik, maka hendaknya jangan di bawa ke masjid. Kecuali ketika darurat" (Fatawa Nurun 'alad Darbi).

Berdasarkan pendapat kedua ulama di atas, anak-anak boleh saja ikut solat berjamaah di masjid, asalkan mereka dapat solat dengan baik, atau tidak melakukan al 'abats (main-main/bercanda), atau jika bercanda, kemudian dilarang, maka mereka berhenti.

Dewasa Menyikapi Anak-Anak yang Berisik di Masjid

Selanjutnya, bagaimana sikap orang dewasa terhadap anak-anak yang berisik dan bermain-main di masjid? Hal ini penting dibahas, mengingat sikap orang dewasa berpengaruh terhadap tercipta atau tidaknya generasi masa depan yang cinta masjid, seperti yang sudah disinggung sebelumnya. Ada pun, sikap yang sebaiknya kita tunjukkan pada anak-anak yang berisik di masjid adalah sikap yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana dijelaskan pada hadits di atas, "...lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam turun dari mimbar masjid dan menggendong kedua cucu tersebut, dan membawanya naik ke mimbar. Lalu beliau bersabda, "Maha Benar Allah, bahwa harta dan anak-anak itu adalah fitnah (ujian), aku melihat kedua cucuku ini aku tidak bisa bersabar". Lalu Rasulullah kembali melanjutkan khutbahnya".

Rasulullah SAW menunjukkan sikap kasih sayang dan kesabaran kepada kedua cucunya yang masih kecil saat mereka berjalan-jalan di masjid ketika Rasul sedang berkhutbah. Tidak dengan memarahinya atau membentaknya.

Selain itu, sebaiknya orang tua memposisikan anak di sebelahnya ketika solat, agar orang tua bisa menegur anaknya dengan isyarat gerakan, jika anaknya berulah. Mengenai gerakan isyarat dalam solat, Syaikh Abdul Mushin Al Abbad mengatakan, "Gerakan yang memang dibutuhkan itu tidak mengapa. Semisal yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menggeser Jabir dari sisi kiri ke sisi kanan (ketika shalat jama'ah), lalu mengeser orang yang datang berikutnya hingga persis di belakang beliau..." 

Artinya, orang tua adalah pihak yang paling bertanggung jawab saat membawa anaknya ke masjid. Begitu pula orang dewasa yang lain, ketika melihat anak-anak di masjid, peringatkan mereka agar tidak bercanda dan berisik, dengan cara yang lemah lembut dan penuh kesabaran. Bentakan, pukulan, dan pengusiran bukan cara yang baik untuk membentuk generasi pencinta masjid di masa depan. Akhir kata, saya akhiri tulisan ini dengan pesan Sultan Muhammad Al Fatih rahimahullah, "Jika suatu masa kamu tidak mendengar bunyi gelak tawa anak-anak, riang gembira di antara shaf-shaf sholat di masjid-masjid, maka sesungguhnya takutlah kalian akan datangnya kejatuhan generasi muda di masa itu".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun