Mohon tunggu...
Nur Kemal Pasya Mustafa
Nur Kemal Pasya Mustafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - hanya manusia pada umumnya

Hanya Berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengatasi Overthinking untuk Hidup yang Lebih Sehat

29 September 2021   19:25 Diperbarui: 29 September 2021   19:54 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penulis : Nur Kemal Pasya Mustafa (202110230311032)

Kesehatan adalah salah satu anugerah terbesar yang Tuhan berikan kepada manusia. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita mensyukuri serta menjaga kesehatan dengan sebaik-baiknya. 

Tidak hanya kesehatan fisik yang harus dijaga, kesehatan mental pun tak kalah penting. Hal ini penting sebab fisik dan mental yang sehat memudahkan manusia untuk menjalani seluk beluk kehidupan dengan normal. Berapa banyak orang yang fisiknya terlihat baik-baik saja tetapi ternyata orang itu mengalami masalah pada mentalnya. Ada banyak hal yang menyebabkan orang mengalami masalah kesehatan pada mentalnya, salah satunya adalah overthinking.

Overthinking termasuk ke dalam salah satu Psychological Disorder. Paralysys Analysys adalah sebutan lain yang sering digunakan untuk menyebut "overthinking" dikarenakan solusi untuk sebuah permasalahan yang dihadapi tak kunjung didapat. 

Secara bahasa, Overthinking berasal dari bahasa Inggris Over yang artinya lebih dan thinking yang artinya berpikir, sehingga bisa diartikan bahwa overthinking adalah suatu perbuatan seseorang yang memikirkan sesuatu secara berlebihan. Pelaku overthinking disebut sebagai overthinker.

Overthinking bisa menjadi positif, bisa pula menjadi negatif, tergantung apa yang dipikirkan serta cara menyikapinya dengan bijak. 

Namun, pada artikel kali ini kita hanya akan fokus membahas overthinking yang memberikan efek negatif bagi kesehatan fisik mau pun mental.

Banyak hal yang menjadi penyebab manusia mengalami overthinking. 

Merasa kemampuan diri yang apa adanya alias tidak seperti dengan orang lain pada umumnya, memikirkan masa depan, memikirkan dampak dari tindakan dan perbuatan yang telah dilakukan,  mempertimbangkan suatu keputusan terutama hal yang sifatnya sangat berat untuk diputuskan , adalah penyebab pada umumnya seseorang mengalami overthinking. 

Overthinking tidaklah terlalu buruk bila dilihat secara sepintas dikarenakan ini adalah ciri spesial manusia yang bisa berpikir karena makhluk yang diberi akal oleh Tuhan.

Namun apabila hal ini terus berlanjut apalagi secara berlebihan serta tidak diiringi kebijakan dalam menghadapi dan mengelolanya, overthinking dapat berakibat seperti rasa lelah secara emosional, stress, rasa sedih, cemas, kemampuan berpikir terutama secara rasional menjadi terhambat, hal-hal baru tidak dapat dilakukan, sulit untuk bertindak, kemajuan hidup jadi terhalangi, hingga keadaan depresi.

Orang yang mengalami overthinking bisa dilihat dari ciri-cirinya seperti dalam memutuskan dan mempertimbangkan sesuatu, orang tersebut berhati-hati bahkan seringkali membeberkan alasan-alasan lain seperti ucapan menjadi tidak jelas dan sulit dipahami karena terbata-bata hingga meminta waktu dan kesempatan namun jawaban yang diminta tak kunjung keluar dari mulut overthinker. 

Orang yang mengalami overthinking bisa juga dilihat dari segi fisiknya yang tidak seperti biasa sebagai imbas dari overthinking yang ia alami, ciri-cirinya yaitu lesu, suhu tubuh dingin, warna kulit yang pucat, murung, emosi tidak stabil, hingga pusing.

Maka, sudah sepatutnya bahwa tiap-tiap orang yang mengalami masalah ini tidak boleh terus menerus membiarkan masalah ini. Karena, seperti yang telah ditekankan di awal, bahwa kesehatan baik itu kesehatan fisik maupun mental sangatlah penting untuk tetap dijaga. Oleh karena itu, berikut adalah beberapa solusi untuk mengatasi overthinking :

  • Hadapi dan selesaikan permasalahan secara proporsional. Anda bisa meminta bantuan orang lain untuk menyelesaikannya, tetapi jangan pernah datang kepada orang yang bukan ahli di bidang permasalahan Anda seperti dukun dan peramal, tapi datanglah kepada orang yang benar-benar paham bagaimana menyelesaikan suatu masalah secara terstruktur dan tepat, misalnya Bimbingan Konseling, Psikolog, hingga Psikiater.
  • Bila Anda mengalami overthinking terkait masalah kemampuan Anda yang serba apa adanya dibanding orang lain sehingga berakibat tuntutan kepada diri Anda untuk melakukan segala sesuatu secara sempurna, maka ubahlah pola pikir tersebut. Berpikir bahwa segala sesuatu harus sempurna bukan hanya akan menyiksa diri Anda sendiri, tetapi juga akan menghambat pemikiran cerdas dan kemajuan Anda. Berapa banyak orang yang berusaha habis-habisan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa memikirkan batas-batas dan kemampuan maksimal dirinya, namun pada akhirnya justru membuat dia terjatuh dan mempersempit kemampuannya untuk memulai usaha kembali. Karena sesungguhnya masih ada hal lain yang bisa Anda usahakan, maka cobalah dan berusaha terhadapnya.
  • Anda bisa menuliskan hal-hal yang membuat Anda overthinking di kertas selama setidaknya 10 menit. Jika sudah, Anda bisa merobek-robek kertas itu, lalu cobalah untuk lanjut kepada hal-hal yang yang bisa membuat Anda merasa senang.
  • Bila Anda overthinking terkait masa depan Anda, Anda tidak salah, tapi perlu digarisbawahi bahwa masa depan Anda tidak bisa diramal seperti apa nantinya. Sehingga berusaha yang terbaik adalah solusi yang bagus daripada hanya memikirkan dan mengkhawatirkan masa depan tapi tidak dibarengi dengan usaha.

Bila Anda memiliki solusi lain yang bisa menyelesaikan overthinking, mari tuliskan di kolom komentar untuk ikut serta membantu mereka yang mengalami masalah ini.

Daftar Pustaka :

  • Sofia, L., Ramadhani, A., Putri, T. E., Nor, A. (2020). Mengelola Overthinking untuk Meraih Kebermaknaan Hidup. Jurnal Plakat, 2(2), 120-121. doi: -
  • Dewajani, S. J., Karneli, Y. (2020). Analisis Permasalahan Ruminasi dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling. Teraputik Jurnal Bimbingan dan Konseling, 4(2), 338 & 341-342. doi: 10.26539/teraputik.42415

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun