Musik telah menjadi bagian dari perjalanan hidup umat manusia. Sejak awal kemunculannya sampai detik ini, musik adalah salah satu warisan kebudayaan yang tak lekang oleh waktu. Mulai dari penggunaannya untuk mengiringi berbagai upacara keagamaan hingga kini didengar banyak orang sebagai media hiburan. Antusiasme masyarakat modern terhadap musik semakin berkembang setiap waktunya, mengingat begitu banyak jumlah penonton pada setiap konser musik yang dihelat.
Seiring kemajuan zaman, musik juga mengalami perkembangan yang signifikan. Berbagai genre seperti rock, pop, hip-hop dan metal memiliki era keemasannya masing-masing. Belakangan ini, terdapat satu jenis musik bernama "Lo-Fi" yang mencuat kembali ke permukaan dan berhasil menarik minat masyarakat, khususnya para remaja.
Apa itu Lo-Fi?
Lo-Fi adalah singkatan dari Low Fidelity, yang berarti musik dengan kualitas suara dan rekaman yang lebih rendah dari yang biasa kita dengar. Lo-Fi sendiri memiliki basis pendengar harian yang terdapat di berbagai penjuru dunia). Lo-Fi juga dikenal sebagai musik mentah atau instrument yang belum sempurna, namun hal inilah yang menjadi ciri khas Lo-Fi. Selain itu, biasanya terdapat berbagai macam elemen pada aliran musik ini seperti suara keramaian, air hujan hingga desiran ombak.
Ada berbagai pendapat mengenai bentuk dari Lo-Fi itu sendiri. Banyak yang mengklaim bahwa Lo-Fi bukanlah aliran musik, melainkan sebuah wadah untuk genre musik lainnya. Namun tak sedikit yang berujar bahwa Lo-Fi adalah aliran musik, berkat keunikan dan ketenarannya. Lo-Fi identik dengan instrument yang berulang-ulang serta suara drum yang terkesan "berat" sehingga nyaman didengar.
Sejarah Lo-Fi
Nama Lo-Fi mulai dikenal pada tahun 1980 hingga 1990-an, namun pada saat itu Lo-Fi kurang menarik perhatian publik. Pasalnya, jenis musik ini dinilai aneh dan dianggap tidak sesuai dengan aliran musik yang sedang ramai saat itu. Selain itu, pada masa tersebut musik dengan aliran punk, rock dan hip-hop tengah merajai pasar musik dunia. Lo-Fi juga sering dikenal dengan sebutan "DIY Music" karena para musisi pada saat itu meraciknya di rumah dengan peralatan serta teknologi seadanya.
Perkembangan serta Kemunculan Komunitas Lo-Fi
Pada tahun 2010 nama Lo-Fi perlahan naik dan menjadi perhatian masyarakat. Terima kasih kepada J Dilla dan Nujabes, berkat mereka banyak kreator dan musisi yang terinsprasi dan mulai memproduksi musik dengan sentuhan Lo-Fi. Bahkan tak jarang mereka melakukan mix & match seperti menambahkan aliran hip-hop, rock dan jazz.
Sehubungan dengan meningkatnya popularitas Lo-Fi, tak butuh waktu lama bagi para penikmat musik untuk membentuk berbagai macam komunitas Lo-Fi. Â Selain itu, kemunculan berbagai platform streaming musik seperti Spotify, Youtube dan SoundCloud membuat nama Lo-Fi semakin tenar dan menjadi penghuni tetap dalam playlist para remaja. Melalui interaksi yang dilakukan dalam dunia digital, para remaja kerap membahas perkembangan Lo-Fi dan saling bertukar playlist Lo-Fi milik mereka. Salah satu musik Lo-Fi yang populer dan diakui banyak orang adalah lagu dari Joji yang berjudul "Slow Dancing in the Dark".
Mengapa Lo-Fi Menjadi Fenomena dan Erat Kaitannya dengan Remaja?
Tentu ada alasan mengapa Lo-Fi sangat digandrungi kaum milenial, berikut adalah beberapa diantaranya:
1. Tipikal Musik yang easy listening
Umumnya, Lo-Fi modern hanya berupa instrumen dan distorsi, jarang ditemukan lirik di dalamnya, sehingga jenis musik ini cocok didengar saat sedang beraktivitas. Tempo yang dibangun dalam musik ini sengaja dibuat pelan agar pendengarnya tidak kehilangan konsentrasi, tapi tidak terlalu cepat sehingga tidak menyebabkan rasa kantuk.
2. Memiliki Ciri Khas
Lo-Fi biasa didengar para remaja saat mereka sedang membaca, belajar atau olahraga. Hal ini dikarenakan ciri khas dari Lo-Fi yaitu iramanya yang mellow dan menenangkan sehingga membantu kita untuk lebih fokus dan rileks. Selain itu, Lo-Fi juga mampu memengaruhi kondisi mood seseorang dan membuatnya suasana hatinya lebih santai karena alunan nadanya yang enak didengar.
3. Komunitas yang Saling Memiliki
Selain musiknya yang dikenal mampu memberikan perasaan tenang dan nyaman, nyatanya komunitas Lo-Fi juga demikian. Sering dijumpai di kolom komentar Youtube para remaja saling berbagi cerita dan keluh kesah dan mereka memberikan dukungan satu sama lain. Mereka seolah memiliki dunia sendiri dan membentuk sebuah keluarga virtual. Ini adalah fenomena yang mengharukan, mengingat remaja zaman sekarang sering dikaitkan dengan masalah kesehatan mental. Dukungan moral yang diberikan oleh netizen membuat para remaja menemukan kedamaian batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H