Takzim saya memuncak lagi, tak kala si mbaknya dengan bangga mengatakan bahwa Bank Sampah Gemah Ripah adalah bank sampah pertama yang pertama kali ada di bumi manusia ini, tepatnya pada tahun 2008. Menjadi pelopor bagi hampir 7500 bank sampah yang eksis hingga kini (BPS).Â
Bodohnya saya adalah ke mana saja hidup selama ini baru mengenal bank sampah lebih dari satu dekade pasca pertama kali berdiri, itu pun karena kebetulan diajak kawan.
Wawancara berakhir, saya bergegas pulang. Mbaknya tersenyum kepada saya, mungkin maksudnya kepada kawan saya. Wawancara di tengah panas terik matahari meninggalkan beribu tamparan tak kasat mata kepada pipi ini. Entah mengenai sampah yang biasanya saya buang secara serampangan itu harusnya dipilah terlebih dahulu supaya bisa dimanfaatkan hingga ternyata sampah bisa menambah uang jajan saya tiap bulannya. Asli mindblowing pikir saya. Dari yang terbuang menjadi uang. Sekalian meningkatkan kesadaran mengenai masa depan lingkungan sekitar.Â
Nah, pengetahuan mengenai bank sampah ini yang kemudian coba saya bentrokkan dengan kegelisahan saya melihat banyaknya kos-kosan di Yogya yang kebingungan mengurusi sampah para penduduknya. Ujungnya pasti dibuang ke TPA dan tidak memberikan eksternalitas yang positif sama sekali.Â
Hasil bentrokkan di antara kegelisahan dan pengetahuan itu memunculkan ide, yakni bagaimana jika ibu-ibu kos selaku pengurus kos-kosan mencoba mendaftar menjadi nasabah bank sampah.
Saya ingat juga perkataan mbak si pengelola Bank Sampah Gemah Ripah bahwa dari beribu kos-kosan di daerah DIY hanya satu yang menjadi nasabahnya. Padahal tersedia pelayanan antar jemput sampah langsung dari bank sampahnya.
Ditambah fakta bahwa terdapat kurang lebih 800 bank sampah yang tersebar di seluruh Yogya. Pastinya jumlah bank sampah yang cukup banyak akan memudahkan proses pengangkutan dan menekan biaya transportasinya.
Saya kalkulasikan kemungkinan-kemungkinan ini. Kesimpulannya adalah ibu kos menang banyak (saya jamin 100%Â nggak ada rugi-ruginya) kalau bersedia menjadi nasabah bank sampah.
Pertama, ibu kos bisa mendapati lingkungan kos-kosannya bersih, tentunya dengan membuat peraturan tentang pilah-memilah sampah yang wajib ditaati penduduknya.
Kedua, kesadaran manusia-manusia kos tentang lingkungan akan semakin meningkat seiring adanya agenda pilah-memilah sampah itu.