Investor wanita dua kali lebih memikirkan dampak yang timbul dari proyek yang diinvestasikannya
Kaum milenial memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk berinvestasi dalam proyek "hijau"
Dalam seminar yang bertajuk Sustainable Finance and Development in Emerging Markets: Challenges and Opportunities di Inggris, Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani, menyebutkan bahwa penerbitan Green Bonds di Indonesia masih belum tepat sasaran (Olivia, 2019). Alasannya, hanya 29% pembeli obligasi yang tergolong sebagai green investor atau yang punya ketertarikan terhadap isu lingkungan. Sisanya, masih sekadar investasi biasa yang menganggap Green Bonds sebagai diversifikasi investasi. Padahal, harapannya selain dana obligasi yang masuk untuk kegiatan usaha berwawasan lingkungan (KUBL) juga dapat menyadarkan investor mengenai isu lingkungan di Indonesia maupun dunia.Â
Selain itu, sedikitnya perusahaan yang ingin menerbitkan Green Bonds di Indonesia juga masih sangat mengkhawatirkan. Begitu besar sumber daya alam Indonesia, namun rasa keinginan perusahaan masih sedikit yang ingin memperbaiki lingkungan. Berkaca terhadap Cina sebagai negara penyumbang terbesar di Asia Pasifik dalam menerbitkan Green Bonds. Pemerintah Cina telah membuat sebuah roadmap rencana lima tahun ke-12 dari tahun 2016-2020, dalam rangka membantu pemerintah Cina dalam mempromosikan low-carbon green economy.Â
Berbeda dengan negara lainnya, pemerintah Cina telah mengatur pasar Green Bonds dengan tujuan utama untuk memfasilitasi pendekatan pemerintah Cina dalam mentransformasi ekonomi energi negara tersebut dan menggunakan paket kebijakan sebagai penggerak utama untuk mencapai tujuan tersebut. Pada tahun 2014, pemerintah Cina telah membentuk satuan tugas keuangan hijau yang terdiri dari empat puluh ahli untuk mengevaluasi dan memberikan masukan berkenaan dengan cara terbaik untuk menekan jumlah emisi karbon. Satuan tugas ini dinamakan oleh pemerintah Cina dengan nama Green Finance Comittee of the China Society of Finance and Banking (GFC). GFC ini diketuai oleh bank sentral Cina.Â
Pasca dibuatnya satuan tugas keuangan hijau di Cina, bank sentral juga menerbitkan Pedoman Green Bonds dan katalog proyek yang disetujui untuk obligasi hijau. Dengan ini, dapat dibilang bahwa negara Cina adalah negara yang paling didukung kuat oleh pemerintah dalam menerbitkan Green Bonds. Pemerintah Indonesia perlu banyak belajar dalam menangani sedikitnya perusahaan yang menerbitkan Green Bonds dan investor yang ingin berinvestasi di Green Bonds.Â
Otoritas Jasa Keuangan dalam laporan Green Bonds di Indonesia menyebutkan beberapa rekomendasi, yakni:
Menyusun lebih dalam terkait Green BondsÂ
Berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait
berkoordinasi antar satuan kerja di internal OJKÂ
Sosialisasi dan edukasiÂ