Jauh berbeda dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang cukup masif dalam berkampanye di pinggiran jalan maupun dibelantara dunia online. Hal ini membuktikan bahwa para pemilih Partai Berkarya adalah orang-orang lama atau boleh disebut juga tua yang tidak membutuhkan informasi berupa spanduk ataupun poster mengenai calon-calon yang diusung.Â
Yang penting  ada bau-bau Pak Harto saja sudah cukup untuk membuat mereka terpanah. Istilahnya mungkin menurut saya pribadi adalah "para militan Pak Harto".Â
Para militan ini secara tidak langsung sebenarnya merindukan sosok pemimpin yang otoriter seperti Pak Harto. Yang mungkin juga membenci adanya sistem yang demokratis seperti saat ini.Â
Menariknya, masyarakat dunia saat ini cenderung lebih menyukai kepemimpinan otoriter daripada demokratis. Hal ini dibuktikan dengan sosok seperti Trump di USA, Bolsonaro di Brazil, Duterte di Filipina, Xi Jinping di China, Pangeran Salman di Saudi, junta militer di Thailand, serta masih banyak contoh lainnya.Â
Saat ini "virus" otoriter ini coba dibawa masuk oleh para pendukung Partai Berkarya. Dan perkembangannya cukup progresif dengan sekitar 3,8 juta warga yang terjangkit. Penawarnya hanyalah satu, yakni kesadaran diri kita pribadi untuk melihat lagi ke masa lalu mengenai dampak keotoriteran zaman Pak Harto.Â
Cukuplah sosok Pak Harto  hanya ada satu saja di sepanjang negara kita berdiri. Supaya dapat dijadikan contoh bagi generasi mendatang mengenai bahayanya memiliki pemimpin yang otoriter.
Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H