Mohon tunggu...
Kelvin Novandi
Kelvin Novandi Mohon Tunggu... Freelancer - Still Learn :)

Enjoy your day, you don't get another one.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Jarum Hipodermik dalam Tayangan Berita Banjir Kabupaten Sintang di Kompas TV

20 November 2021   09:00 Diperbarui: 20 November 2021   09:13 2639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Efek Media dalam Teori Jarum Hipodermik terhadap audiens/khalayak.  ©Unplash/AmannaAvena

Nama : Kelvin Novandi

NIM : 210501120002

Mata Kuliah : Komunikasi Massa

Kelas : KM104

Secara umum, khalayak atau audiens dapat dipengaruhi oleh suatu pesan-pesan yang disampaikan yang kemudian akan mereka terima. Pengaruh ini menginisiasikan seorang pakar komunikasi bernama Wilbur Schram (1950-1970) untuk melahirkan teorinya Hypodermic Needle Theory (Teori Jarum Hipodermik). Teori ini menggambarkan bahwa media massa sebagai komunikator mempunyai pengaruh atau efek yang besar dan langsung terhadap khalayak atau audiens.

Walaupun Teori Jarum Hipodermik ini sudah dicabut kembali tahun 1970-an dikarenakan khalayak yang menjadi sasaran media massa itu tenyata tidak pasif, ternyata masih relevan hingga sekarang, ini dibuktikan melalui media mainstream seperti Kompas TV yang memberitakan kejadian bencana banjir di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

Pertanggal 14 November 2021 hingga 18 November 2021 dari pengamatan saya, ada sekitar 16 konten berita yang ditayangkan melalui liputan hingga talkshow dalam berita bencana bajir ini. Seperti yang diketahui, dilansir dari (Kompas.com) “hampir empat pekan banjir melanda Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) dan sejumlah wilayah di sekitarnya. Akibatnya, 10.381 kepala keluarga atau 33.221 jiwa warga saat ini masih bertahan di lokasi pengungsian yang tersebar di sejumlah titik”.

Penyiaran berita yang dilakukan Kompas TV tentu memberikan dampak kepada khalayak yang menyaksikan tentang kejadian bencana banjir khususnya di Kabupaten Sintang ini.

Beranjak pada tanggal 14 November 2021, saya menyaksikan tayangan berita Kompas TV pada program berita ‘Kompas Siang’ dengan judul headline ‘Penyabab Banjir Besar di Kalimatan Barat’. Pada berita tersebut media Kompas TV mewawancarai seoarang Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Tanjung Pura Pontianak sekaligus Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Kalbar menyatakan banjir yang melanda Kalbar disebabkan fenomena la nina dan diperparah oleh pendangkalan (DAS) serta dikarenakan eksploitasi sawit yang masif dan tidak ramah lingkungan.

Melalui berita ini, saya sebagai audients mengalami sebuah efek secara kognitif artinya dari yang tidak tahu menjadi tahu bahwa mengapa banjir tersebut terjadi di beberapa daerah Kalimantan barat khususnya Sintang. Selain itu, kesadaran penyebab dari bencana bajir besar ini akan diketahui segera kepada khalayak diluar Kalbar.

Keesokkan harinya 15 November 2021, Kompas TV menayangkan berita pada sebuah program berita dan talkshow di ‘Sapa Indonesia Pagi’. Diawali dengan rangkaian berita banjir di Sintang kemudian dilakukan sebuah talkshow yang mengundang Gurbernur Kalbar serta Kepala BPBD Kabupaten Sintang dan pihak lainnya membahas kembali mengenai apa dampak dan mengapa banjir besar tersebut terjadi.

Pada perbincangan itu, alasan utama yang dipertegas kembali yaitu adanya kesalahan pengelolaan kelapa sawit yang masif, deforestasi, pertambangan, tata lingkungan yang buruk hingga curah hujan tinggi di hulu sungai. Adapun dampak bajir yang menyebabkan korban jiwa dan fasilitas umum yang rusak hingga jumlah orang yang mengungsi.

Topik berita banjir di Sintang ini kembali ditayangkan dihari yang sama di program berbeda ‘Kompas Siang’ tentang Gurbenur yang ingin mengusir 20 pengusaha sawit. Lebih lagi konten berita berlanjut pada program ‘Kompas Petang’ yang mengangkat peristiwa seoarang ibu yang melahirkan diatas sampan karena banjir di Sintang.

16 November 2021, pada program ‘Kompas Petang’ menayangkan berita utama yaitu tanggapan Presiden Jokowi yang menyebutkan bahwa banjir di Sintang diakibat kerusakan kawasan tangkapan hujan. Didukung juga wawancara terhadap BMKG tentang dan berita terbaru dari kontributor jurnalis Kompas di Pontianak.

Program berikutnya ‘Kompas Malam’ menanyangkan berita dengan headline ‘Banjir Sintang, Warga Mengungsi di Hutan’ yang kembali mengangkat peristiwa banjir di Sintang. Kemudian dilanjutkan pada peristiwa seoarang ibu yang melahirkan diatas sampan di Sintang yang kembali diangkat dalam berita yang sehari sebelumnya.

17 November 2021. Hari dimana Kompas TV cukup masif dalam memberitakan peristiwa bencana banjir di Kabupaten Sintang. Program ‘Kompas Pagi’ dengan serangkaian berita banjir di Sintang mulai dari ‘Wakapolda Kalbar Tinjau Banjir di Sintang’ dan ‘Banjir Sintang, TNI Harap Pemda Perabaiki Daerah Aliran Sungai (DAS)’.

Berlanjut ‘Kompas Siang’ dengan beritanya ‘Dinas Kesehatan Kalbar Kirim Obat dan Dokter Spesialis’ dilanjutkan pada ‘Kompas Petang’ mengangkat kembali peristiwa bencana banjir dengan judul ‘Hampir Sebulan, Banjir Masih Rendam Kabupaten Sintang’. Setelah itu pada Program ‘Kompas Malam’ terdapat berita yang mengangkat upaya evakuasi, wacana Gurbenur berkantor di Sintang sementara dan berita tentang data terbaru mengenai jumlah korban banjir di Sintang.

Setelah rangkaian pemberitaan tersebut, dihari yang sama pada program talkshow ‘Sapa Indonesia Malam’ Pada segmen pertama, oleh Kepala Kampanye Hutan Global Greenpeace Indonesia menjelaskan penyebab banjir di Kalimantan Barat karena deforestasi di Kalbar Sangat Masif dan pemberian izin yang berlebihan.

Pada Segmen kedua, Dirjen KLHK menjelaskan bahwa banjir tidak hanya disebabkan oleh satu faktor melainkan adanya akumulasi dari beberapa faktor seperti curah hujan dan pengaruh demografi. Beliau juga menyangkal bahwa adanya izin yang berlebihan bahwa sudah dilakukannya kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dan pembatasan dalam pengelolaan dan pengontrolan dalam bentuk lestari alam.

Pada pemberitaan yang beruntun tersebut memberi dampak yang lebih besar kepada saya sebagai audiens, karena pemberitaan yang cukup masif ini membuat juga khalak menjadi lebih perhatian/aware mengenai kondisi di Sintang. Dari yang hanya sekedar tahu menjadi ingin lebih mengikuti update terbaru mengenai pemberitaan ini.

18 November 2021, Program ‘Kompas Siang’ merangkum beberapa rangkaian berita yang pernah disiarkan oleh Kompas TV seperti evakuasi yang dilakukan hingga berita terbaru bantuan kesehatan oleh warga yang mengungsi di hutan hingga bantuan dari pemerintah pusat dan pendistribusian air bersih dan obat-obatan. Adapun ‘Kompas Malam’ yaitu ‘Atasi Banjir Sintang, Menteri PUPR Akan Bangun "Geobag"’.

Efek yang dirasakan dalam Teori Jarum Hipodermik oleh saya sebagai audients menumbuhkan rasa keingintahuan dan mencari informasi mengenai banjir di Kabupaten Sintang karena pemberitaan yang terus menerus tersebut. Ditambah adanya efek afektif yang mengakibatkan penonton menjadi bersimpati sehingga dari sini, saya ingin sekali berkontribusi untuk membantu saudara-saudara di Sintang dalam bentuk donasi dan doa.

Contoh nyata yang terjadi juga di tempat tinggal saya, Kota Pontianak mulai banyak gerakan-gerakan donasi dan kemanusiaan dari teman-teman mahasiswa di beberapa Universitas di Pontianak sehingga memudahkan saya untuk berdonasi.

Adapun penambahan pengetahuan mengenai faktor-faktor alam dan manusia yang mengakibatkan banjir hingga kebijakan pemerintah yang disinggung oleh program talkshow ‘Sapa Indonesia Malam’ sehingga saya menjadi ingin mencari dan mengetahui lebih jauh penyebab dan penanggulangan jika terjadi banjir untuk saya terapkan dan saya pelajari lebih secara mendalam. 

Daftar Pustaka

Pengertian Teori Jarum Hipodermik : Jalaluddin Rakhmat. 1985. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Remaja Rosdakarya

Berita Banjir Kabupaten Sintang, Kompas.com, https://regional.kompas.com/read/2021/11/15/214723178/bencana-banjir-sintang-hampir-4-pekan-ribuan-warga-masih-mengungsi-ini?page=all , Diakses pada 18 November 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun