Mohon tunggu...
Kelvin Cahyadi
Kelvin Cahyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - menulis apapun yang saya rasa menarik!

selamat datang di laman kompasiana milik Kelvin! semoga tulisan-tulisan saya menghibur, memberi insight, dan silahkan berikan masukan opini kamu juga di komentar!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mencoba Sukses dengan Cara Tercepat, Apa Benar Bahagia yang Didapat?

24 Maret 2022   09:54 Diperbarui: 24 Maret 2022   09:59 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Beberapa tahun terakhir ini sepertinya semua orang semakin banyak melihat berbagai iklan yang mengandung kata kunci 'cepat' dalam promosinya. Beberapa contohnya ialah penghasilan besar sejak muda, pinjaman uang cepat dengan cara yang mudah, menjadi cantik atau rupawan dalam semalam, hingga melangsingkan badan secara instan. Rasa-rasanya berbagai hal ingin dilakukan secara cepat dan tepat dengan ekspektasi hal fantastis dapat diraih seseorang nantinya. Semua orang terus bergerak cepat, berlomba-lomba menjadi yang terdepan untuk menjadi 'si nomor satu' dalam cabangnya masing-masing. Namun apakah benar bergerak cepat sedemikiannya nikmat?

2022 menggunjing kita dengan beberapa kasus luar biasa. Beberapa orang yang disebut-sebut sebagai pemuda yang memiliki harta kekayaan yang fantastis untuk orang seumuran nya tertangkap dan terbukti melakukan tindak pidana perihal keuangan. Hal yang dilakukan pun sama fantastisnya dengan kekayaannya yang dipamerkan ke hadapan publik. Beberapa pemuda tersebut terbukti melakukan tindakan 'main belakang' dengan kelompok atau perusahaan yang bergerak di bidang transaksi jual beli mata uang virtual atau yang kini marak disebut sebagai Trading.

Dengan buaian 'masukkan sejumlah uang dan raih berkali-kali lipat setelah nya', masyarakat berbondong-bondong meletakkan harapan untuk mendapatkan keuntungan agar bisa menjalani hidup layaknya pemuda dengan kekayaan fantastis tersebut. 

Nyatanya, bukan masyarakat yang untung, namun kelompok tertentu yang 'menggemuk' dengan uang cepat tersebut, termasuk para pemuda itu. Cepat mendapat uang, cepat pula pemuda tersebut dijemput petugas berwenang untuk bertanggung jawab atas perbuatannya yang cepat merugikan banyak masyarakat tersebut. Masyarakat berharap investasi untuk mendapat uang cepat, justru kesulitan ekonomi yang didapat secara cepat. Dari sini kita belajar bahwa yang cepat, belum tentu membawa bahagia.

Dalam kasus lain, perusahaan bisnis mulai memutar otak untuk menarik pelanggan. Salah satu hal yang dilakukan adalah memulai bisnis Pinjaman uang ilegal yang dilakukan secara daring atau Online  dan kerap kali disebut Pinjol ilegal(Pinjaman Online). Dengan harapan dapat meminjam sejumlah uang secara cepat tanpa proses yang rumit, banyak orang yang mencoba untuk mendekati mereka yang terafiliasi dalam kelompok pinjol ilegal. 

Terbutakan kebutuhan akan rupiah secepat mungkin, mereka pun tidak sadar akan ancaman bahaya yang menanti. Banyak dari mereka yang tidak menyadari bahwa uang cepat ini mengeluarkan bunga pinjaman yang cepat 'mekar' pula dengan angka yang tidak masuk akal. Berharap masalah selesai setelah meminjal uang dari pinjol ilegal, masyarakat pun terlilit hutang yang makin besar dari pinjol ilegal yang memberikan bunga diluar nalar. Sekali lagi, yang cepat belum jua terlihat nikmat.

Penampilan adalah segalanya bagi sebagian kalangan. Memperindah salah satu bagian tubuh adalah harapan untuk menarik perhatian banyak orang. Kebutuhan 'haus perhatian' ini mendorong orang untuk melakukan berbagai hal terhadap tubuhnya. Sebagian dari mereka memilih menggunakan obat-obatan yang diklaim memiliki khasiat memperindah bagian tubuh untuk mengubah warna atau bentuk bagian tubuh tertentu. Dengan promosi kata "cepat, instan, dalam semalam", banyak orang yang menjadikan tubuhnya bahan eksperimen dari obat yang entah bagaimana kelayakannya. 

Hasilnya, mereka yang tergiur janji rupawan instan, berujung pada trauma berkepanjangan. Berbagai kasus karena menggunakan obat tanpa pemeriksaan laboratorium yang disetujui pihak berwenang pun menjadi ganjaran para pengejar indah instan tersebut. Dan sekali lagi, yang katanya cepat, rupanya tidak nikmat.

 Melihat berbagai pihak berlomba meng-instan-kan proses membuat pikiran saya bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang manusia cari? Apa benar bahagia, kekayaan, ketenaran, dan bibit bobot tersebut dapat kita raih secara instan? Apa benar menjadi yang tercepat membuat kita senang? Saya pribadi berpendapat sebaliknya. Menjadi yang tercepat malah membuat seseorang mendapat tekanan tersendiri. Ada mereka yang dikatakan pintar sejak usia muda harus mendapatkan beban sebagai panutan bagi yang lain, ada mereka yang kaya sejak kecil karena orang tua harus menanggung ekspektasi yang begitu besar, ada yang menjadi kaya karena kerja keras sejak lama namun dicibir curang di antara teman-temannya yang belum berhasil, dan berbagai hal lainnya. Terkadang, menjadi yang tercepat justru bukan hal yang mudah, justru sebuah kesulitan tersendiri.

Dibanding berlomba menjadi yang tercepat, mengapa kita tidak berlomba untuk menjadi yang paling bahagia? Karena bahagia bukan ditentukan oleh takaran orang lain, namun menurut apa yang anda yakini sendiri. Cepat atau lambat, bahagia selalu milik setiap orang yang mau berbahagia dengan prosesnya sendiri. Tetap semangat dalam perjalanan kalian menemukan kebahagiaan! Bukan durasi yang menentukan, namun senyummu yang menjadi indikasinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun