Mohon tunggu...
Komunitas Keluarga Kompasianer
Komunitas Keluarga Kompasianer Mohon Tunggu... -

K-Tiga adalah kepanjangan dari Komunitas Keluarga Kompasianer. Komunitas ini didedikasikan sebagai wadah silaturahim kompasianer, khususnya yang memiliki anggota keluarga yang juga memiliki akun kompasiana. Grup ini juga dibuat sebagai sarana berbagi info dan inspirasi seputar dunia keluarga. Diharapkan K-Tiga bisa menginspirasi kompasianer lain untuk menularkan semangat menulis di lingkungan terdekatnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Muhammad Rizki Dwi Agustin: Berkembang dalam Prestasi dan Berpandangan Luas Berkat Pramuka

17 Oktober 2015   19:41 Diperbarui: 18 Oktober 2015   11:49 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Dok. Pri | Ruang tamu yang juga menjadi ruang keluarga, ketika berada di rumah Rizki bersama Nurika dan Delita (Ojek Pribadi kala itu)"]

[/caption]

Saat itu, aku jujur kebingungan untuk bertanya ini dan itu, namun menurut Ayah Rizki, keadaan ekonomi keluarganya memang tidak bisa dibilang berada, untuk menghidupi satu istri dan tiga anaknya saja, Ajat Sudrajat rela bekerja serabutan. Karena memang menurutnya, ibunda Rizki, Adah Jubaedah yang tidak lain istrinya hanya melakoni kegiatan mengurus rumah, atau lebih akrab dengan panggilan ibu rumah tangga. 

Akan tetapi, prinsip yang dimiliki Ajat sungguh mengingatkan ku kepada Ayah, walau redaksi berbeda namun pesan itu sama dengan apa yang Ayah katakan dulu kepada anak-anaknya. Ini perkataan Ajat “Kalau saya nanti mati mas, lalu anak-anak saya tidak sekolah jujur saya khawatir mereka tidak bisa bertahan hidup, karena dipastikan saya tidak bisa memberikan warisan apapun kepada mereka, Akan tetapi kalau mereka tetap sekolah minimal S1, saya yakinkan mereka mampu hidup dimana pun nantinya. Oleh karena itu saya rela kerja apapun untuk Nurika, Rizki dan si bungsu Aziz”.

Meleleh hati ku ketika mendengar itu, karena perkataan Ayah begitu jelas dan nyaring kala itu. Rasa haru saat itu sekuat tenaga ku tahan, walau pada akhirnya tak tertahan ketika ku sedang berada dikamar tidur setelah pulang. Penuturan Ajat, Rizki adalah anak yang tidak terlalu banyak tingkah, karena kegiatan di rumah setelah pulang sekolah lebih banyak digunakan belajar, dan setelah magrib mengaji. Pun kalau pagi, Rizki sudah harus pergi ke sekolah, apabila sempat Ayahnya mengantar, apabila tidak Rizki berjalan kaki atau ikut tumpangan mobil bak yang melewati sekolahnya.

[caption caption="Dok. Pri | Lantai rumah Rizki yang hanya plesteran semen halus, yang sejujurnya sudah jarang saya temui di beberapa tempat"]

[/caption]

Ajat juga menuturkan, bahwa keseharian Rizki apabila naik angkot setidaknya harus dibekali Rp. 10.000,-/hari, dari situ bisa dikatakan butuh kurang lebih Rp. 300.000,- untuk biaya tranportasi Rizki ke sekolah. Belum lagi apabila Rizki ada kegiatan mengajar pramuka kepada adik binaan setiap pekan, setidaknya apabila di hitung butuh Rp. 500.000,- Rizki dalam satu bulan. Dan perlu digaris bawahi, bahwa itu tanpa jajan atau beli camilan disekolah, tentu  Ibunya menyiasati agar Rizki membawa bekal ke sekolah.

Itu baru biaya transportasi, apabila ditambah dengan tunjangan sekolah yang per/bulannya Rp.350.000,- maka dibutuhkan Rp. 850.000,-, pun untuk biaya kehidupan sehari-hari untuk makan keluarga, biaya listrik dan  air dalam satu bulan setidaknya keluarga tersebut butuhkan Rp. 1.500.000,-. Kebutuhan tersebut belum termasuk si sulung Nurika yang sedang berkuliah di universitas dan si bungsu Aziz yang sedang duduk dikelas 6 sekolah dasar. Kalau digabungkan antara keperluan Nurika dan Aziz, setidaknya butuh Rp. 2.000.000,- dalam sebulan.

[caption caption="Dok. Pri | Ayah, Ibu dan Kakak Rizki yang ketika berada di rumah, dan sempat ngobrol santai bersama ku"]

[/caption]

Kemudian, karena Rizki dan Aziz adalah siswa yang akan menghadapi ujian nasional dan kelulusan, setidaknya dalam waktu dekat ini keduanya butuh dana sekitar Rp. 2.000.000,- meliputi biaya try out, bimbingan belajar tambahan, perpisahan akhir tahun, dan biaya lainnya. Jadi apabila diakumulasi kebutuhan keluarga Rizki, kurang lebih sekitar Rp. 7.000.000,- dengan  tambahan dana tidak terduga sekitar Rp. 600.000,-.

Dan apabila Rizki nantinya setelah lulus kuliah pada bulan April mendatang, maka setidaknya dibutuhkan dana sekitar Rp. 10.000.000,-, agar Rizki tetap bisa melanjutkan pendidikannya. Maka apabila diakumulasi secara keseluruhan, setidaknya Rizki membutuhkan dana yang cukup besar, yaitu Rp. 17.000.000,-.

Dana tersebut, dengan pekerjaan Ajat yang serabutan dengan penghasilan satu bulan kisaran Rp.800.000,- tentu terasa sangat berat. Oleh karenanya, dengan berbagai prestasi yang dimiliki Rizki, semangat berbagi walaupun dirinya kekurangan, dan juga kecintaan akan kepada keluarga, teman, masyarakat juga negara, akankah kita membiarkan Rizki berjuang sendiri? Aku yakinkan tidak, karena keyakinan Rizki bahwa manusia saling membutuhkan adalah hal yang harus terwujud dengan nyata, salah satunya dengan berperan aktif dalam Community Act.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun