Mohon tunggu...
Komunitas Keluarga Kompasianer
Komunitas Keluarga Kompasianer Mohon Tunggu... -

K-Tiga adalah kepanjangan dari Komunitas Keluarga Kompasianer. Komunitas ini didedikasikan sebagai wadah silaturahim kompasianer, khususnya yang memiliki anggota keluarga yang juga memiliki akun kompasiana. Grup ini juga dibuat sebagai sarana berbagi info dan inspirasi seputar dunia keluarga. Diharapkan K-Tiga bisa menginspirasi kompasianer lain untuk menularkan semangat menulis di lingkungan terdekatnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Muhammad Rizki Dwi Agustin: Berkembang dalam Prestasi dan Berpandangan Luas Berkat Pramuka

17 Oktober 2015   19:41 Diperbarui: 18 Oktober 2015   11:49 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dok.Pri | Rizki bersama sahabat dekatnya yang selalu mendukung berbagai kegiatan yang dilakukan Rizki"]

[/caption]

Bukti kecintaannya kepada alam Rizki realisasikan dengan cara menanam pohon, ini karena pohon memiliki banyak manfaat, selain pohon menjadi produsen oksigen, pohon juga berperan sebagai mengikat air dan tanah yang paling kuat. Oleh karenanya, Rizki menggerakan program menanam pohon acap kali digelar perkemahan para anggota pramuka.

Mendapati penjelasan Rizki tentang pramuka kala itu, aku terlihat sangat malu kepada diri sendiri. Karena ketika aku seumurnya, bisa dikatakan tidak sampai untuk memiliki kepedulian lebih baik kepada sesama bahkan alam. Dari Rizki saat itu aku belajar banyak hal, dan ketika aku  tanya siapa yang paling berpengaruh dalam pembentukan pola pikirnya. Rizki menjawab ada dua faktor yang mendukungnya dalam pola pikirnya, yang pertama ia mengatakan orang tuanya, dan kedua adalah lingkungan sekolah terkhusus dalam ekstra kurikuler pramuka.

Rumah Mungil Yang Mengingatkan Ku Pada Ayah

Ketika Rizki berbicara tentang orang tua, aku sangat ingin bertemu dengan orang tuanya. Sampai pada akhirnya Nurika menawariku untuk datang kerumahnya, tawaran tesebut ku sambut dengan hangat. Akan tetapi Rizki tidak bisa ikut pulang kerumah saat itu, dikarenakan ia masih memiliki kelas hingga pukul 5 sore.

Dari SMA N 1 Cibungbulang menuju rumah Rizki, membutuhkan waktu sekitar 15 menit apabila menggunakan motor, namun apabila menggunakan angkot bisa jadi 30 menit menurut Nurika yang mengantarku kerumahnya. Pun angkot yang menuju rumahnya itu bisa dikatakan jarang, karena memang rumah Rizki berada disalah satu kampung yang berada kawasan gunung salak.

Untuk mencapai rumah Rizki, aku menggunakan jasa ojek pribadi, yang tidak lain adalah kakak kelas ku yang hari itu sedang memiliki waktu santai. Pemandangan sawah dan gunung hadir ketika aku menuju rumah Rizki, dengan jalanan menanjak, ditemani kelokan tajam, lengkap dengan kondisi jalan yang rusak membuat para pengendara motor harus berhati-hati.

[caption caption="Dok. Pri | Rumah Rizki yang cukup jauh dijangkau dari kota Bogor"]

[/caption]

Motor berhenti disebuah rumah mungil yang didepannya terhampar jalanan rusak, Nurika keluar dan memberikan bahasa tubuh agar aku masuk. Aku ambil beberapa foto terlebih dahulu sebelum masuk, setelah selasai baru  ku masuk dengan melepas sepatu.

Kurang lebih 6 km, dari SMA N 1 Cibungbulang menuju rumah Rizki. Nurika mempersilahkan ku masuk dan duduk. Aku hanya pandangi rumah mungil Rizki, tidak ada seorang pun dirumahnya saat itu, hingga aku harus menunggu beberapa saat sampai Ayahnya Rizki datang, disusul kemudian  oleh Ibunya.

Namun sebelum itu, inilah penggambaran rumah Rizki yang ku datangi kala itu. Rumah Rizki bisa ku katakan mungil, memiliki 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan ruang tamu ala kadarnya. Lantai hanya beralaskan semen yang diplester halus, dinding berwarna orange mewarnai sekitarnya, pun hanya terpampang sebuah sertifikat penghargaan Nurika karena telah menjadi pembicara sebuah acara. Ruang tamu tersebut sepertinya sekaligus ruang keluarga, namun juga sekaligus tempat menyimpan lemari pakaian keluarga tersebut. Beberapa saat hanya bisa ku pandangi keadaan rumah tersebut, entah karena heran, simpati atau apalah itu. Aku hanya bisa terdiam sebelum akhirnya Ayah Rizki menyapaku ketika ia datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun