Mohon tunggu...
Kelompok 9 XIIMIPA4
Kelompok 9 XIIMIPA4 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Halo hai semuanya! Kami dari kelompok 9 XII MIPA 4, akun ini ditujukan sebagai media pengunggahan tugas kami di kelas 12 ini.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Labelling Generasi Strawberry terhadap Mayoritas Generasi Z di Jakarta

19 Februari 2024   22:08 Diperbarui: 19 Februari 2024   22:35 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Akhir-akhir ini, di media sosial muncul istilah generasi strawberry yang ditujukan pada generasi z. Istilah ini memicu perdebatan di berbagai kalangan, mengenai betapa lebih baiknya generasi mereka daripada generasi z yang dinilai "lembek" dalam menghadapi rintangan kehidupan. Meskipun begitu, tidak jarang juga dari kalangan generasi Z mencetak berbagai prestasi yang mengharumkan nama bangsa. Contoh nyatanya, seperti meraih juara lomba debat di WUDC (World Universities Debating Championship) 2024 yang diraih oleh mahasiswa Indonesia di Vietnam, tim karate Indonesia yang terdiri dari siswa SD, SMP, dan SMA yang berhasil meraih medali emas di ajang Maia International Karate Open (MIKO) pada 2-3 Desember 2023 di Maia, Portugal dan prestasi-prestasi lainnya. Kemudian, apa yang membuat generasi z ini dinilai atau dicap sebagai generasi strawberry?

      Generasi strawberry memiliki makna sebagai generasi yang dinilai "lembek" layaknya daging buah strawberry. Dimana strawberry ini tampak cantik dan kokoh di bagian luarnya namun pada bagian dalamnya lebih lunak dan cenderung "lembek". Penampilannya yang cantik dan kokoh ini seringkali dikaitkan dengan ide-ide kreatif serta inovasi-inovasi yang kerap kali dilontarkan oleh anak muda yang dijuluki generasi strawberry ini. Penggambaran tentang generasi strawberry ini, juga memiliki keterkaitan dengan mental generasi strawberry yang dianggap tidak sekuat dan "se-tahan banting" generasi-generasi lain diatas generasi z. Mengutip dari pendapat Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul "Strawberry Generation: Mengubah Generasi Rapuh Menjadi Generasi Tangguh" serta dalam ceramah online melalui kanal YouTube nya, generasi strawberry merupakan generasi yang penuh dengan ide-ide kreatif, namun mudah menyerah dan mudah terluka. Banyak sekali inovasi-inovasi yang lahir dari ide kreatif anak-anak muda, namun disaat yang bersamaan, tak sedikit pula anak-anak muda yang senantiasa berbagi keluh kesahnya melalui laman pribadi sosial media mereka. Sebagai seorang pendidik, Prof. Renald Kasali mencoba mengkaji peristiwa "Strawberry Generation" ini secara lebih lanjut. 

      Dalam buku "Strawberry Generation: Mengubah Generasi Rapuh Menjadi Generasi Tangguh", pada poin keempat bertuliskan, "Banyak generasi sekarang yang lebih mudah lari dari kesulitan" dikala seharusnya mereka bisa menyelesaikan kesulitan tersebut, mengapa mayoritas generasi z justru menghindari kesulitan-kesulitan itu? Seperti pada kisah yang beredar di Twitter berikut ini, "Keponakan laki2 Gen Z br lulus kuliah di daerah & nyari kerja di Jkt, apa2 takut. Pdhl skrg udah gampang bgt ada ojol & gmap, apa2 tinggal buka HP. Lah gue cewe dulu nyari kerja di Jkt thn 2004, modal pake peta kertas, ke mana2 naik kopaja/metromini, HP msh monophonic. Sumpah gemez bgt daya juangnya rendah, gimana mau dpt kerjaan bersaing dgn ribuan org kalau br mau pergi interview aja takut di jln, overthinking HRD-nya gak suka, dsb. Hadeuuuh gemes bgt sumpah. Hrs didorong bgt biar lebih PD.  " atau seperti "Kerjaan ga pernah beres, kerja 3 jam udah izin pulang,alasan ada aja,gaji minta gede,pas kerjaan banyak ngeluh,ga ada kerjaan ngeluh,hari ini overtime besok izin ga masuk, ayo apalagi". Contoh nyata lainnya, baru-baru ini telah populer kasus tentang seorang karyawan muda dimarahi oleh seorang publik figur berinisial LM yang menjadi atasan di perusahaan tempat ia bekerja di Jakarta. Peristiwa tersebut disebarluaskan oleh seseorang yang merupakan anak magang di perusahaan itu, dan direkam secara sembunyi-sembunyi agar aksinya tidak diketahui oleh sang publik figur tersebut. Sementara itu, kejadian di dalam video tersebut telah melanggar privasi, dan dalam suatu perusahaan juga dilarang menyebarluaskan apa yang terjadi di perusahaan tersebut. Alasan karyawan tersebut dimarahi adalah karena kinerja yang kurang maksimal di perusahaan tersebut. Sang publik figur berinisialkan LM dari perusahaan tersebut menyatakan bahwa dirinya bukanlah pemimpin yang baik apabila tidak bisa mengarahkan perusahaannya menuju sebuah kemajuan. Selain itu, LM juga telah mengklarifikasi atas tindakannya tersebut setelah videonya menjadi viral di media sosial. Komentar-komentar netizen yang timbul dalam unggahan video Tiktok itupun cenderung berpihak kepada LM seperti, "Yang up vt gak ada etikaaaa", "yg rekam gen z (emotikon tertawa)", "Normal ga si di dunia kerja", "Kirain bakal semarah apa. itu sih masih halus.", dan "Dunia kerja bukan nya emang kayak gini ya?". Sehingga, pada akhirnya netizen cenderung mencibir tindakan yang dilakukan oleh anak magang yang merekam serta mengunggah kejadian tersebut karena dianggap mencari justifikasi atas tindakannya tersebut. 

      Contoh-contoh tersebut, mengakibatkan banyak dari mereka memukul rata bahwa generasi z adalah generasi strawberry yang bermental lemah, mudah merasa stress, sakit hati, bahkan depresi ketika dihadapkan dengan tantangan tertentu dalam hidup. Akibat lainnya ialah kinerja generasi z khususnya dalam hal serta niat untuk mengerjakan suatu pekerjaan mulai diragukan oleh mayoritas pekerja. "gen z ini lembek bgt klo kerja. Jgnkan kerja bang, tmn2 gue msh pada magang aja ngeluh mulu pada pake koyo di jidat, bolak balik rs dan blg 'kayanya gue gbs dh kerja kantoran". "Sebentar2 gen z mana yg pk koyo di jidat? Gen z jompo edition?" atau seperti pada komentar berikut "Lembur seminggu terus ocehannya, "ah abis gajian pokoknya gw harus healing, capek bener kerja begini". Begitulah ungkapan-ungkapan yang beredar dari beberapa akun di Twitter. Dan terkadang menurut generasi-generasi di atas generasi z, masalah yang dihadapi hanyalah masalah sepele yang tak perlu terlalu dipusingkan. Sehingga banyak pula stereotip yang beredar, yang secara tidak langsung mengatakan bahwa generasi z bereaksi secara berlebihan ketika dihadapkan suatu masalah tertentu. 

      Labelling atau penjulukan generasi z adalah generasi strawberry tidak bisa semata-mata digeneralisasikan ke seluruh angkatan generasi z. Nyatanya, masih ada generasi z yang mampu bertahan dalam menghadapi tantangan kehidupannya untuk mau bekerja dan berusaha di tengah hiruk-pikuk ibukota. Di media sosial seperti Tiktok dan Twitter sering kali dipenuhi dengan curhatan mereka mengenai betapa tidak sanggupnya mereka ketika mendapat tekanan dalam bekerja, baik itu dalam rupa teguran, omelan, terkena macet di jalan raya atau bahkan karena harus berhimpit-himpitan di dalam transportasi umum seperti kereta dan bus publik. Namun, mereka tetap bertahan demi bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh generasi z yang bekerja di perkantoran di Jakarta. Berdasarkan unggahan video dari akun Tiktok @cete.r, seorang perempuan pekerja kantoran menceritakan pengalamannya bekerja di Jakarta serta berbagai kesulitan yang dialaminya. Di dalam video tersebut diceritakan bagaimana ia harus bangun pagi setiap hari agar tidak terlambat untuk bekerja, belum lagi harus berdesak-desakkan di dalam KRL dengan orang-orang lain yang juga mengejar waktu untuk sampai ke tempat kerja. Dalam unggahan tersebut, juga menggambarkan kondisi betapa para budak korporat ibukota begitu dikejar waktu dan selalu dituntut untuk mengerjakan segala tugas yang dibebankan dengan tepat waktu. Curhatan lainnya juga muncul dari seorang generasi z melalui akun Youtube @mochtrian3141 dalam video shorts-nya, menceritakan dirinya sebagai karyawan yang merantau dan bekerja di ibukota. Ia lelah menghadapi ketidakpuasan dirinya terhadap ekspektasi yang ia ciptakan sendiri saat sedang bekerja, namun tidak menjadi alasan baginya untuk menyerah. Ia percaya bahwa melalui proses antara dirinya dengan rekan-rekan timnya dapat membuat menjadikan dirinya lebih baik lagi untuk bisa bertumbuh kembang, karena menurutnya akan lebih lelah apabila tidak bisa bekerja sebagaimana dirinya sekarang.

      Tidak semua generasi z adalah generasi strawberry yang dinilai bermental "lembek" dan mudah "terluka". Namun, banyak juga dari mereka yang justru memiliki potensi besar serta memiliki kreativitas yang tinggi dalam bidang yang mereka tekuni. Banyak generasi z yang selalu mencoba berinovasi dan membuat terobosan-terobosan baru melalui karya-karya mereka. Contoh-contoh nyata dari generasi z yang mau berusaha membuka peluang bisnis serta kerja sudah cukup banyak ditemukan di ibukota. Yunna Mercier merupakan seorang generasi z alumni Universitas Pelita Harapan yang berhasil mendirikan Animate yaitu brand skincare miliknya yang sudah berhasil menjual jutaan paket produknya dan mendapat pengakuan dari penggunanya. Ceritanya berawal dari dirinya saat masih menduduki bangku SMP dan mengalami masalah kulit sensitif serta berjerawat pada dirinya. Pada zaman itu, Ia perlu merogoh kocek yang cukup mahal demi menyembuhkan jerawatnya, namun hal tersebut pun tidak menjamin pula. Akhirnya, Ia mencoba untuk membuat formulasi skincare-nya sendiri karena merasa lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh wajahnya. Meskipun, banyak mengalami kegagalan, Ia tidak pernah berhenti untuk selalu mencoba sampai akhirnya Ia menemukan formulasi yang cocok untuk wajahnya. Sebelum Ia merilis Animate, Ia melakukan uji coba selama enam bulan ke 200 orang panelis, dan hampir seratus persen hasilnya cocok. Bukti kegigihan serta kerja kerasnya sebagai perintis skincare lokal menjadi kebanggaan sebagai bukti bahwa dari seorang generasi z dapat menciptakan peluang dalam berbisnis serta membuka peluang kerja. 

      Contoh nyata lainnya ialah Daniel Hermansyah, ia merupakan seorang content creator sekaligus owner dari salah satu coffee shop yang cukup terkenal di Indonesia yakni "Kopi Chuseyo". Ia menemukan celah bisnis serta peluang dalam berwirausaha melalui konsep coffee shop yang bertemakan dunia hiburan Korea atau lebih dikenal dengan sebutan K-pop. Melalui ide briliannya ini, pada tahun 2019 tepatnya di Gading Serpong, Tangerang, Daniel berhasil membuka coffee shop-nya itu untuk yang pertama kalinya. Brand "Kopi Chuseyo" sendiri, kini telah memiliki banyak penggemar yang memungkinkan Daniel untuk memperluas cabang usaha kopi nya. Kemudian, untuk membuktikan ketangguhannya berbisnis selama di masa pandemi, Daniel mampu bertahan dengan segala upayanya untuk mencegah terjadinya penurunan minat pasar terhadap coffee shop miliknya. Ia memberikan berbagai promo seperti potongan harga, gratis ongkir pengiriman minuman, mengizinkan coffee shop-nya untuk turut andil dalam memeriahkan suatu acara atau event tertentu, dan lain sebagainya. Konsep yang unik serta sangat mengikuti perkembangan zaman ini,  merupakan ide yang timbul dari seorang generasi z sehingga mampu menarik banyak orang untuk ikut meramaikan usahanya.

      Di era dewasa ini, generasi z sepatutnya mampu menghadapi segala rintangan kehidupan dengan semangat yang optimis serta memiliki ambisi untuk dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam menghadapi rintangan, tentu akan timbul rasa takut dalam diri kita serta kekhawatiran akan hasil yang tak pasti. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran bagi generasi z untuk berani menghadapi rintangan tersebut dengan langkah-langkah persiapan yang matang sebelum bertindak. Jika gagal dalam menjalankannya, itu hal yang wajar karena melalui pengalaman kita dapat belajar untuk tidak mengulangi hal yang sama di masa mendatang. Di dalam lingkungan sosial pun, kemampuan berbicara serta bersikap dengan orang lain perlu juga diperhatikan. Bertutur kata sopan serta bersikap baik juga akan menjadikan seorang generasi z lebih disegani dan dipercaya oleh masyarakat.

      Pada hakikatnya, tidak ada generasi manapun yang dirasa lebih baik atau buruk dari generasi lainnya. Karena semua generasi memiliki kelebihan, kekurangan serta tantangannya tersendiri. Sehingga, berbeda zamannya akan berbeda pula tantangannya. Maka, istilah generasi strawberry yang sering dilontarkan terhadap generasi z seharusnya bisa menjadi refleksi serta evaluasi bagi generasi yang ditujukan maupun generasi yang melontarkan pernyataan tersebut. Sebaiknya, antar generasi saling berkolaborasi dan saling memenuhi kebutuhan satu sama lain, demi terciptanya kualitas generasi yang lebih baik di masa yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun