Sebagai calon dokter hewan, sangat penting untuk memahami cara berkomunikasi dengan baik dengan pemilik hewan untuk menghindari kesalahpahaman. Komunikasi yang efektif membangun kepercayaan antara dokter, pemilik, dan hewan selain menjamin bahwa informasi disampaikan dengan jelas. Komunikasi terapeutik adalah salah satu metode komunikasi yang relevan, menurut Yankes Kemkes, yang didefinisikan sebagai komunikasi yang dimaksudkan untuk membantu pasien dalam pemulihan fisik, mental, dan emosional. Dalam kedokteran hewan, ini dapat digunakan untuk memahami kebutuhan hewan dan membangun hubungan positif dengan pemiliknya.
Tahapan dalam Komunikasi Terapeutik untuk Dokter Hewan
Untuk mengetahui kondisi hewan secara menyeluruh, terdapat beberapa tahapan komunikasi terapeutik yang perlu dilakukan:
1. Greetings
Langkah pertama adalah menyapa dengan baik dan sopan pemilik hewan. Ini dapat membuatnya merasa nyaman dan tidak khawatir. Pastikan untuk memperkenalkan diri sebagai dokter hewan atau calon dokter hewan, dan jelaskan proses pemeriksaan yang akan dilakukan. Yakinkan pemilik bahwa hewan mereka berada di tangan yang tepat.
2. Sinyalemen
Tahap ini adalah pengumpulan informasi dasar untuk mengidentifikasi hewan dan memberikan konteks awal. Informasi yang perlu dikumpulkan meliputi:
Identitas Hewan: Nama, spesies (anjing, kucing, burung, dll.), ras, jenis kelamin, usia, warna, dan tanda khas.
Riwayat Kepemilikan: Nama pemilik, alamat, nomor telepon, dan waktu kepemilikan.
Fungsi Hewan: Apakah hewan dipelihara sebagai peliharaan, penjaga, pekerja, atau ternak. Untuk hewan ternak, tambahkan tujuan pemeliharaan, seperti produksi susu, daging, atau pembiakan.
 Habitat dan Lingkungan: Tempat tinggal hewan (di dalam atau luar rumah) dan paparan terhadap hewan lain atau satwa liar yang dapat memengaruhi risiko penyakit tertentu.
3. Anamnesa
Anamnesa adalah proses mengumpulkan informasi menyeluruh tentang keluhan utama dan riwayat kesehatan hewan. Pada tahap ini, tanyakan:
Keluhan Utama: Masalah yang dialami hewan, durasi gejala, dan pola yang muncul.
Riwayat Penyakit Saat Ini: Gejala spesifik, tingkat keparahan, faktor pemicu, serta pengobatan yang telah diberikan di rumah.
Riwayat Penyakit Sebelumnya: Penyakit yang pernah dialami, prosedur medis, alergi, serta riwayat vaksinasi dan pencegahan penyakit (cacing, kutu, caplak).
 Riwayat Reproduksi: Status reproduksi, seperti kehamilan atau sterilisasi.
Perilaku dan Pola Makan: Kebiasaan makan, minum, buang air, serta perubahan perilaku.
Interaksi dengan Hewan Lain: Identifikasi hewan lain yang menunjukkan gejala serupa.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah proses memeriksa seluruh tubuh hewan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan. Pemeriksaan ini mencakup:
Kondisi umum hewan (alert, depresi, lemas, dll.)
Sistem pernapasan, kardiovaskular, dan pencernaan
Suhu tubuh
Kulit, bulu, serta organ-organ lainnya
Hasil dari pemeriksaan fisik ini akan membantu dokter hewan dalam membuat diagnosis yang akurat dan menentukan langkah pengobatan.
Setelah semua tahapan komunikasi terapeutik selesai dilakukan, catat semua informasi penting yang telah dikumpulkan. Dokumentasi ini sangat berguna untuk diagnosis, pemantauan kondisi hewan, dan perencanaan pengobatan yang lebih terarah. Catatan ini juga membantu dalam membangun rekam medis hewan yang dapat digunakan di masa depan.
Komunikasi terapeutik adalah kunci penting bagi dokter hewan dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pemilik dan hewan. Dengan memahami dan menerapkan tahapan komunikasi ini, kita tidak hanya dapat membuat diagnosis yang akurat, tetapi juga membangun hubungan yang baik dengan pemilik hewan. Mari praktikkan komunikasi terapeutik yang efektif untuk mendukung kesejahteraan hewan dan meningkatkan kepercayaan pemilik terhadap layanan kita!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI