Mohon tunggu...
Kelinci Madu
Kelinci Madu Mohon Tunggu... Wiraswasta -

ungkapkan dengan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ijinkan Saya Berada Pada “Masa Itu”

8 Desember 2015   20:31 Diperbarui: 8 Desember 2015   20:45 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era telekomunikasi benar-benar dirasakan perkembangan dan revolusinya, akses informasi sangat mudah diperoleh kapan pun, dimana pun dan oleh siapapun hal ini berkaitan erat dengan evolusi teknologi yang bertumbuh dengan pesatnya. Dengan hitungan detik masyarakat belahan timur dunia bisa mengetahui yang sedang terjadi dibumi bagian barat, Pemerintah Indonesia sendiri telah genjar mempromosikan progam internet sehat internet cerdas yang merupakan bagian dari penumpasan buta internet alhasil sebagain besar penduduk Indonesia telah dapat menggunakan internet dan memahami betul penggunaanya. Teknologi digital ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat luas, isu –isu terhangat pun mulai dibahas secara terbuka dan mendapat berbagai respon, melalui informasi pula kita dapat mengikuti perkembangan pemerintahan yang sedang berkuasa.

Tidak hanya pemerintahan saat ini yang sedang dipantau namun pemerintahan-pemeritahan sebelumnya juaga mulai ditelusuri untuk “dibongkar” dengan maksud dan tujuan yang tidak diketahui jelas, pemberatasan korupsi menjadi trending topik abadi yang tiada habis masa kadaluarsanya semua diulas secara tajam baik dari pakar keuangan, politisi ataupun aktifis hingga masyarakat awam pun bisa memahaminya secara jelas. Melalui pekembangan informasi ini pula tergambar jelas peta politik nasional yang mengacu pada kepentingan individual bertopengkan kesejateraan rakyat, portal berita penuh dengan manuver politik hingga aksi saling menyalahkan satu dengan lainnya bahkan petinggi negara pun terseret dalam arus pusaran polemik yang sungguh mengganggu stabilitasi nasional.

Merasa bosan dengan segala pemberitaan yang ada saya pun iseng-iseng berselancar di dunia maya terutama sosial media, trend terbaru sosial media adalah perbandingan antara pemerintahan yang satu dengan lainnya disini titik menariknya para nitizen satu demi satu mulai mengungkap masa lalu bangsa Indonesia. Apa maksud diungkapnya masa lalu bangsa besar ini, rasa penasaran yang tinggi membuat saya membuka satu demi satu tautan yang berkaitan dengan sejarah bangsa tersebut terutama menyangkut perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdakaan.

Hampir semua tautan saya baca dengan seksama bahkan tanpa sadar saya meneteskan air mata saat membaca artikel-artikel tersebut, ingin rasanya saya kembali pada masa perjungan para pahlawan dalam perang merebut kemerdekaan tergambar jelas bagaimana harta dan benda menjadi sangat tidak berarti, bagaimana nyawa dijajakan demi sebuah pekikan “merdeka”, bagaimana rakyat jelata bersama tentara dengan peralatan seadanya bahu membahu membantu elit politik memperjuangkan kemerdekaan yang hakiki. Tak ada istilah korupsi, semuanya disumbangkan untuk kepentingan perang, tak ada istilah kekuasaan pribadi semuanya untuk kepentingan bersama.

Tak peduli luka, tak peduli nyawa yang mereka beri hanya satu kata yang terpatri dan menjadi motto abadi “merdeka !!”. tak terhitung berapa kerugian finansial yang diderita akibat perang yang berkecemuk, tak peduli seberapa nyaman mereka menikmati kekayaan alam yang melimpah ruah cukup sepiring singkong untuk mengganjal perut dan kaki yang kuat untuk terus melanjutkan perjuangan gerilya mempertahankan kemerdekaan sekali lagi kata “merdeka” kembali menggema.

Para pemimpin tak kalah mengambil peran penting dalam kemerdekaan, tak perlu kendaraan mewah anti peluru ataupun setelan seragam penuh tanda jasa cukup “mengendarai” tandu dan setelan satu mantel tebal yang dipakai hingga entah berapa lamanya hanya dengan bermodalkan semangat dan strategi yang matang para penjajah dapat diusir dari bumi pertiwi.

Ingin rasanya Saya kembali ke masa itu dimana seorang jederal besar angkatan bersenjata dikirimi sepotong kain oleh bapak negara karna sang jenderal hampir tak pernah mengganti setelannya. Kesahajaan yang ditunjukan bukanlah untuk sekedar pencitraan namun demikianlah adanya para pejuang itu hanya punya satu tekad “merdeka !!!”

Ingin rasanya Saya ada pada massa itu dimana para pemimpin saling berurai air mata saat melihat keadaan sahabat sesama pemimpin dalam keterpurukan demi untuk tetap mempertahankan kemerdekaan, hanya doa tulus untuk kesembuhan atas penyakit yang diderita oleh para sahabat seperjuangan yang dalam keadaanya sebagai tawanan politik.

Ingin rasanya saya pada masa itu dimana pembesar-pembesar negara tidak menaruh dendam meski pernah dipenjara karena berbeda ideologi dengan Bapak negara bahkan Bapak Negara mengamanatkan untuk menjadi ulama yang pernah dipenjara olehnya sebagai imam sholat jenazah beliau, sungguh pembesar yang hebat.

Kenyataan yang terjadi sekarang adalah mengumpulkan modal besar untuk menjaring kekuatan politik, ketika pengaruh tersebut sudah diperolehnya maka dibutuhan modal yang lebih besar lagi untuk makin memperluas kekuasaan dan pengaruhnya, pemimpin dijaman kemerdekaan juga memiliki pengaruh yang luas hingga bisa menginspirasi dan mengilhami negara terjajah lainnya untuk bangkit melawan penjajah. Bahkan pemilik pengaruh luas tersebut tak mampu membeli sekilo buah kesukaannya untuk sekedar dimakan hingga akhirnya para pengawal setianyalah yang dengan keadaaan finansial serba pas-pas’an berusaha memenuhi keinginan mantan bapak negara tersebut.

Sungguh tulus benar niat para pejuang dalam memberikan harapan besar sebuah kemerdekaan demi anak cucu mereka nantinya, prinsipnya biarlah penderitaan penjajahan ini mereka alami asalkan tidak berlanjut ke generasi selanjutnya.

Salam Hormat untuk Para Pejuang Dan Para Pahlawan yang selalu ikhlas berkorban baik harta, jiwa maupun raga.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun