Mohon tunggu...
Kelik Wardiyono
Kelik Wardiyono Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di SMAIT Ibnu Abbas Klaten

Seorang yang menyukai bersepeda, membaca buku dan travelling untuk menambah wawasan dan kearifan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Cintailah Profesi dan Customer Anda

18 November 2024   07:07 Diperbarui: 18 November 2024   08:16 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

"Seorang pecinta bukanlah orang yang mengharapkan imbalan dari orang yang dicintainya, atau menuntut sesuatu dari kekasihnya itu. Tetapi sejatinya, pecinta adalah orang yang bermurah hati memberi kepada kekasihnya, bukan malah memperoleh sesuatu darinya".  (Kitabul Hikam, ibnu 'Athaillah as-Sakandari)

       Beberapa waktu lalu, sebagai penanggung jawab Penerimaan Santri Baru 2025/2026, saya di WA-pri oleh salah satu pengelola lembaga pendidikan. Beliau meminta kesempatan untuk menyebarkan brosur lembaga pendidikannya ketika momen tes seleksi di Ibnu Abbas. Ekspansi masif ini diambil, karena pasca pandemi Covid-19 terjadi pengurangan jumlah siswa baru dari 5 kelas menjadi 4 kelas. Tren penurunan jumlah pendaftar juga signifikan dari tahun ke tahun. Saya menyambut baik permintaan itu, sekaligus menyampaikan "aturan main" penyebaran brosur dari lembaga lain di tes PSB Ibnu Abbas. Walhamdulillah, beliau memahami sekaligus mengucapkan terimakasih.

       Saya teringat dengan kredo pertama yang ditulis Philip Kotler dan Hermawan Kartajaya dalam buku Marketing 3.0, From Product to Customer to the Human Spirit: "cintailah pelanggan anda dan hormatilah pesaing anda". Jangan mencoba-coba untuk menjadikan pelanggan menjadi sasaran atau target, atau bahkan berupaya "membunuh" pesaing anda.

       Persaingan antar lembaga pendidikan yang semakin ketat saat ini, mengandaikan setiap lembaga pendidikan memberikan pelayanan yang baik. Customer yang kecewa dapat merugikan lembaga pendidikan dengan berbagai macam cara, seperti tidak menyekolahkan anak berikutnya ke sekolah kita, menyebarkan word of mouth negatif, tidak mereferensikan atau menganjurkan anak teman, kerabat dan kenalan bersekolah di sekolah kita, bahkan sampai mengajukan gugatan ke jalur hukum.

       Berdasarkan pengalaman, adakalanya konsumen yang kecewa dan marah karena mendapatkan pelayanan yang tidak baik justru menjadi sangat loyal setelah berkomunikasi dengan pengelola lembaga pendidikan dan mendapat solusi yang tepat. Idealnya, pengelola lembaga pendidikan harus melihat bahwa setiap complain dan keluhan siswa/wali siswa sebagai peluang untuk perbaikan diri dan kelembagaan sekaligus upaya mempererat hubungan. Hal lainnya adalah bahwa adanya complain dan keluhan meniscayakan komunikasi yang intens antara pengelola lembaga pendidikan dengan customernya sehingga solusi yang tepat dapat dihasilkan. Syukur-syukur gabungan antara komunikasi yang intens dan solusi yang tepat akan menghasilkan penambahan jumlah  wali siswa yang "jatuh cinta" pada sekolah/lembaga pendidikan kita.

       Oleh karena itu, pengelola lembaga pendidikan perlu memiliki faktor-faktor yang membuat daya tarik customer meningkat. Hermawan Kartajaya dalam Marketing With Heart, The Seven Drivers of the Real Marketeers menyebutkan tiga faktor  Personal Attraction yaitu: Physical Appearance/penampilan fisik, Competency/kompetensi (meliputi elemen knowledge, skill and attitude) dan Communication/komunikasi.

       Alih-alih hanya berfokus pada 3 faktor personal attraction  di atas, pimpinan lembaga pendidikan perlu memikirkan hal yang lebih dalam dan mendasar. Bagaimana seorang pengelola lembaga pendidikan akan melayani customernya dengan hati, jika ia merasa tidak nyaman atau tidak mencintai pekerjaan dan customer dari pekerjaannya? Maksud saya di sini bukan berarti setiap person pengelola pendidikan harus mencintai setiap customer, tetapi segala perilakunya sebaiknya mencerminkan rasa cinta pada profesi yang dijalankan dan menyadari arti penting menjalin hubungan dengan costumer. Wujudnya adalah adanya rasa peduli, empati, perhatian dan ingin membantu customer lembaga pendidikannya dari waktu ke waktu. Cinta kepada pekerjaan dan hubungan kepada customer, diikuti oleh sikap ingin memberikan kebermanfaatan dan bantuan kepada sesama akan membuat hidupnya lebih bahagia.

       Tentunya pelayanan dari hati akan sampai dan masuk ke dalam hati. Cinta perlu diperjuangkan, dan untuk memperjuangkan cinta, seseorang kadang harus melakukan pengorbanan yang besar. Namun hasil akhirnya kadang mengejutkan kita. Terakhir saya mengutip kalimat Hermawan Kartajaya dari Lao Tzu: "Love is of all passions the strongest, for it attacks simultaneously the head, the heart and the senses".

  • Alternatif Poin Tindakan: Jika anda adalah salah satu pejuang di lembaga pendidikan, temukan faktor-faktor yang menyebabkan anda jatuh cinta pada profesi yang anda jalani sehingga anda akan berusaha memperjuangkan dan bersedia berkorban untuk memperjuangkannya. Jika anda seorang pemimpin di lembaga pendidikan, rumuskanlah berbagai hal yang menyebabkan orang-orang yang berjuang bersama anda  memiliki alasan untuk mencintai, memperjuangkan dan mau berkorban untuk memperjuangkan cintanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun