Mohon tunggu...
Kelik Wardiyono
Kelik Wardiyono Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di SMAIT Ibnu Abbas Klaten

Seorang yang menyukai bersepeda, membaca buku dan travelling untuk menambah wawasan dan kearifan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Good Leader Is Good Reader

27 Februari 2024   08:20 Diperbarui: 27 Februari 2024   08:21 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

         Setiap instruksi yang pemimpin berikan, setiap alur tindakan yang kita terapkan, setiap hasil yang diinginkan organisasi, dimulai dengan satu hal yang sama; sebuah keputusan. Salah satu tugas penting kepemimpinan adalah pembuatan keputusan. Seorang pemimpin yang memutuskan, sejelek apapun keputusan itu jika dievaluasi di kemudian hari, selalu akan lebih baik dari pada ketiadaan keputusan dan membiarkan pengikut dalam kebingungan.

         Lalu, bagaimana  kita menjamin bahwa semua keputusan pemimpin akan menghasilkan hasil terbaik untuk alasan-alasan yang sepenuhnya  berada di dalam kendali organisasi?. Menurut logika, sebagaimana dinyatakan oleh Simon Sinek (2019:17-20) dalam “Start With Why”, kuncinya adalah lebih banyak informasi dan data. Namun, hal ini saja tidak cukup, jika seluruh proses pembuatan keputusan itu digerakkan oleh asumsi yang salah.  Ada sekian faktor di luar otak rasional, analitikal dan lapar-informasi kita. Hal yang jauh lebih penting dari faktor logikal itu adalah faktor naluri dan keselarasan niat sejak awal.

         Simon Sinek bahkan menyatakan dengan keyakinan: “Organisasi yang mencapai lebih banyak, yang meraup hasil lebih banyak dengan menggunakan lebih sedikit orang dan lebih sedikit sumber daya, yang sangat berpengaruh, justru membangun produk dan perusahaan dan bahkan merekrut orang-orang yang benar-benar selaras dengan niat awal mereka”. Hal ini  akan berimplikasi kepada keberhasilan jangka panjang, alih-alih keberhasilan jangka pendek yang kasat mata dan kadang memerlukan “palu karet” untuk penyesuaian

         Hal ini menuntut seorang pemimpin harus menjadi seorang “pembaca yang baik”. Bukan hanya melahap buku dan bahan tersurat lain untuk bekal logika dan pengumpulan data di otak, ia harus melahap hal yang tersirat dari keadaan lingkungan organisasi dan dinamika hubungan personal dalam organisasi. Hal yang disebutkan terakhir ini akan membuatnya memiliki naluri yang terasah untuk mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan. Sehingga, pemimpin bukan saja merupakan orang cerdas, tetapi sekaligus menjadi orang yang arif.

          Alternatif Poin Tindakan: Beli atau pinjam serta bacalah buku yang akan menunjang efektifitas kepemimpinan anda. Baca keadaan lingkungan, harmoni dan dinamika personal dalam organisasi dan jadilah pemimpin yang merasakan setiap detak nadi kehidupan organisasi. Ketajaman logika perlu dibarengi dengan kepekaan naluri, sebagaimana kecerdasan akan semakin indah jika dihiasi dengan kearifan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun