Mohon tunggu...
Kelas Penulis
Kelas Penulis Mohon Tunggu... -

sekumpulan penulis amatir yang sedang belajar (demi hidup yang lebih baik) Situs blog: https://kelaspenulis.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tips Menulis: Minimalisme #02

19 September 2016   12:42 Diperbarui: 7 Oktober 2016   20:45 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini merupakan tulisan kedua dari teknik-teknik menulis prosa (fiksi). Akun Kelas Penulis di Kompasiana meneruskan hasil sharing dari beberapa orang hebat nan rendah hati di sebuah klub chatting (media sosial) berwarna kuning. Kami semua merupakan penulis pemula yang sama-sama belajar.

Klub ini, menerima siapapun yang ingin bergabung. Hubungi kami di email: writeforbetterlife@gmail.com. Terima kasih. Berikut ini tulisan tentang "Minimalisasi":


Kali ini berbicara tentang tema.

Tema menjadi modal penting kita menulis. Konsisten dengan tema yang akan kita sampaikan penting artinya. Chuck Palahniuk menyebut pembatasan tema ini dengan “minimalisme“. (Chuck adalah penulis novelFight Club”).

Tom Spanbauer (guru dan teman Chuck di klub menulis) menyebutnya, kuda. Horse. Dia menggunakan metafora kereta kuda yang ditarik oleh kuda.

Kuda yang Anda pakai dari pantai timur Amerika haruslah sama ketika kita sampai di tepi barat Amerika. Dengan konsisten terhadap tema alias “kuda”, kita bisa bikin cerita sedalam apapun yang kita mau.

Metafora lain untuk minimalisme adalah simfoni musik yang dimulai hanya dari melodi-melodi sederhana. Dalam perjalanannya, melodi itu berkembang dan makin kaya, penuh warna dan kuat begitu banyak instrumen musik lainnya menyumbang dengan variasi-variasinya. Tapi, tetap, dasar melodinya akan sama dari awal sampai akhir.

Pertama: konsisten dengan tema yang ingin Anda sampaikan!

Selanjutnya, pengembangan tema.

Anda tinggal memperkaya dan memberi warna pada tema Anda. Catat tema utama/pokok itu. Misalnya, Anda ingin menulis dengan tema “Klub Pembantu Rumah Tangga”.

Kita tahu, pembantu rumah tangga sering kali menjadi profesi yang dipandang sebelah mata. Namun, tak disangka, mereka membuat klub sendiri. Klub itu berubah besar menjadi sebuah korporasi raksasa.

Sebut saja korporasi itu bernama “Inem Inc”. Perlahan-lahan, tanpa disadari, Inem Inc ternyata juga mempengaruhi sebuah negara. Wajar saja, para pembantu rumah tangga itulah yang mendidik anak-anak, generasi bangsa. Tiga puluh tahun kemudian, sang pemimpin negara pun harus meminta pertimbangan Inem Inc. dalam menentukan kebijakan.

Demikianlah sekilas tentang pengembangan tema.

Kita bisa belajar tentang konsistensi dan pengembangan tema ini dengan riset, yaitu membaca, mendengarkan, dan memperhatikan.

Kuncinya, peka dan fokus.

Baca buku apapun, tangkap tema paling utama yang ingin disampaikan si penulis buku. Dengarkan cerita orang lain atau perhatikan dengan seksama untuk pengembangan tema. Jangan takut dianggap bodoh oleh orang lain.

Poin dasarnya pengembangan dan konsistensi dengan tema: bagaimana kita membentuk persepsi pembaca atas dunia fiksi yang kita ciptakan. Dengan konsisten terhadap tema dan membatasi pesan yang ingin kita sampaikan.

Memang, kesannya ini membatasi. Tapi, begitu kita mulai mengembangkan tema yang kita pegang secara konsisten, Anda akan selalu menemukan cara baru bagaimana mempresentasikan atau membentuk persepsi pembaca.

Datanglah ke pesta-pesta, taburkan benih tema Anda ke orang-orang berupa pertanyaan dan dengarkan bagaimana reaksi dan pendapat mereka. Misalnya saja, tanyakan ke mereka hal-hal yang Anda tidak tahu atau buatlah semacam survei sesuai tema yang Anda tetapkan.

Tanyakan kepada mereka tentang sampah, tentang pemerintah, tentang bagaimana menurut mereka kuku yang sehat itu, tanyakan ke mereka bagaimana mendidik anak-anak, dsb. dsb. Semacam survei.

Setelah itu, Anda akan panen hal-hal yang mengejutkan bagaimana tema Anda itu harus dikembangkan.

Pada saat panen, Anda akan mendapati dua pola besar bagaimana sebuah tema cerita berkembang di dalam cerita: (1) sesuatu yang buruk, terjadi, (2) usaha untuk memperbaikinya, tapi malah bikin hal buruk baru atau semakin parah.

Sebagai metode, pakailah poin-poin. Catat daftar yang bagi Anda menarik dari masukan orang-orang, teman dekat, atau saudara. Anda bukan saja mengembangkan tema, tapi juga mendapat ide plot. Ide alur cerita.

Selamat mencoba!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun