apakah bener kerja kelompok menyebabkan mahasiswa malas menjadi ketergantungan? mari simak penjelasan berikut ini.
menjadi mahasiswa bukan cuman tentang pengakuan sebagai mahasiswa dikalangan masyarakat. Menjadi mahasiswa dapat melakukan lebih dari itu, Mahasiswa merupakan kaum intelektual yang paling dekat dengan masyarakat bahkan mahasiswa merupakan anggota masyarakat  yang memiliki nilai tambah tersendiri. Tak hanya itu mahasiswa juga merupakan harapan bagi  masyarakat yaitu mampu menjadi agen of change atau sekelompok mahasiswa yang mampu membawa perubahan menjadi lebih baik lagi.
Tapi .. bagaimana jika mahasiswa itu terkena syendrom social loafing atau kemalasan sosial? Apakah masih menjadi harapan bagi masyarakat ke pada mahasiswa untuk dapat membawa perubahan menjadi lebih baik lagi? Sedangkan  untuk dirinya sendiri enggan untuk merubah menjadi mahasiswa yang lebih  produktif  lagi. Contoh kecil yang dapat kita ambil  yaitu " saat mengerjakan tugas terutama kerja kelompok".
Dunia perkuliahan merupakan suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dengan  penugasan, bahkan keduanya dapat dijadikan menjadi suatu kesatuan yang utuh. Mengerjakan tugas merupakan tanggung jawab yang harus dipikul oleh mahasiswa. Salah satunya tugas kelompok, tugas kelompok merupakan  hal yang sering kita temui bahkan menjadi hal biasa bagi kalangan mahasiswa. Tak hanya mahasiswa saja. Bahkan sejak duduk di bangku sekolah dasar tugas kelompok sudah sering kita dengar dan kita lakukan.Â
meksipun bekerja dalam kelompok adalah kesempatan yang baik bagi pengalaman belajar mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi dan kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (McCorkle, dkk., 1999 dalam Hall & Buzwell, 2012). Namun, bekerja secara bersama dalam kelompok dapat mengurangi motivasi dan usaha individu (Xiangyu, Huanhuan, Shan, Fei, & Zhongxin, 2014) karena hal tersebut yang menyebabkan mahasiswa kurang motivasi dalam mengerjakan tugas yang menyebabkan kerja kelompok tidak efektif. Hal ini dapat dikenal sebagai fenomena kemalasan sosial, kemalasan sosial merajuk pada usaha individu ketika berada dalam kelompok dibandingkan ketika individu bekerja secara sendirian (Baron & Byrne, 2005). Kemalasan sosial diartikan sebagai pengurangan motivasi dan usaha ketika individu bekerja secara bersama-sama dibandingkan dengan ketika mereka bekerja secara individual (Karau & Wiliams, 1993).
Ada pun faktor-faktor yang dapat memengaruhi kemalasan sosial yaitu : kurangnya identifiability dari kontribusi individu dalam kelompok, (Williams, Harkins, & Latane 1981), rendahnya motivasi berprestasi (Metiase, 2016) dan rendahnya kohesivitas kelompok (Anggareini & Alfian, 2015 ; Lam, 2015). Selain itu kurangnya kohesivitas dalam kelompok, yaitu ada individu yang kurang memiliki rasa kebersamaan dan inisiatif untuk peduli pada kelompok (2002, dalam Goo, 2011) menyatakan bahwa kohesivitas kelompok merupakan hal yang signifikan dalam pencapaian kerja kelompok. Perilaku kemalasan sosial dapat menjadi sebuah masalah karena dapat menimbulkan kekecewaan pada mahasiswa saat bekerja dalam kelompok (Pang, Tong, & Wong, 2011, dalam Anggreini & Alfian, 2015). Mahasiswa mengalami konflik ketika mereka bekerja sama dengan pelaku kemalasan sosial dalam kelompok (Goo, 2011).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H