Mohon tunggu...
Mas Riyanto Riadi
Mas Riyanto Riadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Belajar dan terus belajar adalah kunci utama dalam mencapai sebuah kesuksesan hakiki

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengelolaan Kinerja: Antara Berburu Sertifikat dan Pendidikan Bermartabat

30 Januari 2024   15:04 Diperbarui: 30 Januari 2024   16:42 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengelolaan kinerja guru dan kepala sekolah merupakan langkah yang seharusnya memberikan manfaat nyata, namun seringkali terjerat dalam praktik yang tidak sesuai dengan tujuan aslinya. Meskipun diinisiasi dengan baik, implementasi di lapangan menyiratkan beberapa kritik sosial yang perlu dicermati.

Ketidakpahaman Maksud dan Tujuan:
Sebagian guru dan kepala sekolah mungkin belum sepenuhnya memahami maksud dan tujuan pengelolaan kinerja. Hal ini dapat mengakibatkan interpretasi yang keliru dan kecenderungan fokus pada jumlah sertifikat daripada pada peningkatan kompetensi dan kualitas pembelajaran.

Komersialisasi Proses:
Beberapa individu malah memanfaatkan pengelolaan kinerja sebagai peluang untuk mendapatkan keuntungan finansial dengan menjadikan sertifikat sebagai alat tukar. Ini merusak esensi dari upaya ini, yang seharusnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mengurangi beban administrasi.

Kurangnya Pengawasan:
Kurangnya pengawasan dan evaluasi terhadap implementasi pengelolaan kinerja bisa menjadi pemicu penyalahgunaan. Diperlukan mekanisme kontrol yang ketat untuk memastikan bahwa program ini dijalankan sesuai dengan visi dan misi yang seharusnya.

Fokus pada Kuantitas daripada Kualitas:
Munculnya tren mengukur kesuksesan dengan seberapa banyak sertifikat yang didapatkan seringkali mengalihkan perhatian dari peningkatan kualitas mengajar. Harus ada penekanan kembali pada substansi dan dampak nyata yang dirasakan oleh para siswa.

Menciptakan Distorsi dalam Motivasi:
Ketika sertifikat menjadi tujuan utama, motivasi guru untuk meningkatkan kompetensi dan memberikan pengajaran yang berkualitas bisa terdistorsi. Inilah yang menyebabkan penyimpangan dari nilai-nilai inti pendidikan.

Pengelolaan kinerja guru dan kepala sekolah seharusnya menjadi alat untuk peningkatan kualitas pendidikan, bukan sekadar ritual administratif atau peluang bisnis. Diperlukan upaya bersama untuk mengoreksi arah dan memastikan bahwa setiap langkah yang diambil benar-benar memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.(MRR)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun