Mohon tunggu...
Kelana Saputra
Kelana Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Fidelis Ad Imperium

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kembangkan EBT, PLN Kolaborasi dengan China dan Jepang

9 Oktober 2022   16:32 Diperbarui: 9 Oktober 2022   16:38 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PT PLN (Persero) sedang melakukan riset penyebaran teknologi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia bekerja sama dengan China dan Jepang. Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan beberapa Memorandum of Understanding (MoU) antara PLN dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), Kyudenko Corporation dan China Renewable Energy Engineering Institute (CREEI).

Direktur Jenderal PLN Darmawan Prasodjo mengatakan PLN telah meluncurkan kerjasama seluas-luasnya untuk mengatasi krisis energi dan perubahan iklim. Menurutnya, aliansi strategis sangat penting untuk membangun kapasitas energi negara untuk mengembangkan teknologi pembangkit listrik yang ramah lingkungan.

Untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060, diperlukan teknologi yang dapat menggantikan generator berbasis bahan bakar fosil untuk mendukung beban dasar dan stabilitas sistem, termasuk memberi daya pada daerah dan pulau terpencil, katanya. "PLN akan melakukan kajian detail pengelolaan sistem tenaga listrik jarak jauh," kata Darmawan dalam keterangan tertulis, Senin (26 September 2022).

Darmawan optimistis kerja sama pengembangan EBT di daerah terpencil menjadi penting untuk masa depan. Ia berharap hasil penelitian ini akan memberikan gambaran dan model perencanaan untuk meningkatkan bauran EBT di daerah terpencil hingga 100%.

Sementara itu, Harris Yahya, Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE, Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM), menambahkan pemerintah berkomitmen melakukan transisi energi secara bertahap pada 2060.

Artinya, tidak akan ada lagi pembangkit listrik berbahan bakar fosil dalam beberapa tahun ke depan. Karena itu, kita harus segera memikirkan penggantinya. "Saat ini kapasitas EBT kita sekitar 8,5 GW dan kita belum maksimalkan. Jadi kita harus kolaps lagi untuk pengembangan solar, geothermal, hydro, wind dan ocean. Harus," kata Harris.

Wiluyo Kusdwiharto, Project Management Director PLN dan EBT, menjelaskan penandatanganan MoU tersebut merupakan bentuk komitmen PLN untuk mengembangkan sistem EBT yang andal di Indonesia. Tiga perjanjian bersama untuk mempelajari teknologi EBT meliputi:

1. PLN sedang melakukan penelitian bersama dengan JICA dan Kyudenko Corporation pada pasokan listrik 100% dari pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan yang terpencil.

2. Kerjasama antara PLN dan CREEI dalam program bantuan teknis untuk teknologi rendah karbon dan perlindungan lingkungan dan sosial.

3. PLN bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengujian Ketenagalistrikan dan EBTKE dalam program penelitian dan penelitian pembangkit energi baru terbarukan.

"Dari MoU dengan CREEI PLN akan mendapatkan transfer knowledge yang intensif dalam menghadapi transisi energi dan menuju net zero emission. Sementara nota kesepahaman dengan JICA akan memberikan kajian model pengembangan EBT di daerah remote," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun