Mohon tunggu...
kekonamara odelya
kekonamara odelya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pentingnya Sterilisasi Hewan Kesayangan: Kucing dan Anjing

21 Juni 2024   12:45 Diperbarui: 21 Juni 2024   12:52 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hewan peliharaan atau hewan kesayangan merupakan hewan yang dimiliki oleh manusia yang berfungsi sebagai teman bagi manusia yang memeliharanya (Nugroho, 2023). Dewasa ini, mayoritas masyarakat yang memiliki hewan peliharaan adalah hewan peliharaan dengan jenis anjing dan kucing. Hewan peliharaan ini biasanya akan mempunyai kepribadian yang menyenangkan dan juga dapat memberikan kebahagiaan bagi pemilik atau orang yang merawatnya melalui interaksi yang dilakukan antara pemilik hewan dan juga hewan peliharaan itu sendiri.

Banyak hal yang harus dipenuhi oleh pemilik hewan untuk menjamin hewan peliharaannya sejahtera. Memiliki sebuah hewan peliharaan diikuti dengan adanya tuntutan dan kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap keberlangsungan dan kesejahteraan hidup hewan peliharaannya tersebut. Seorang pemilik hewan peliharaan harus memperlakukan hewannya dengan manusiawi (Bogdanoski, 2010). Tidak hanya memastikan hewan peliharaan terus hidup dan berumur panjang, seorang pemilik hewan peliharaan harus mampu untuk memastikan hewan peliharaannya berada dalam kondisi yang sehat, baik secara fisik maupun secara mental, serta tidak kekurangan apa pun (seperti pakan, minuman, tempat berteduh).

Hewan kesayangan, seperti kucing atau anjing, merupakan pilihan yang sangat menguntungkan untuk dipelihara dan dikembangbiakkan. Kucing yang dipelihara sekarang merupakan kucing domestik dengan nama Felis catus atau Felis domesticus. Kucing memiliki banyak manfaat yang dapat memberikan kebahagiaan kepada manusia (Binetruy, 2019). Oleh karena itu, perawatan dan pembiakan kucing dan anjing adalah hal yang perlu mendapat perhatian khusus.

Kucing merupakan hewan dengan siklus birahi seasonal polyestrus. Hal ini menunjukkan bahwa kucing memiliki kemampuan reproduksi yang sangat cepat, dan jika tidak dikendalikan, populasi kucing dapat dengan cepat melebihi kapasitas penampungan tempat penitipan hewan atau tempat-tempat lainnya (Corona, 2020). Kucing memiliki kemampuan untuk berkembang biak sebanyak tiga hingga empat kali dalam setahun (Baquero, 2020). Sehingga dalam satu kali periode kebutingan, 1—6 ekor anak kucing akan lahir. Masa menyusui kucing sekitar 2 bulan, setelah itu kucing dapat birahi kembali.

Sedangkan, anjing betina memiliki siklus seksual monoestrus (hanya satu ovulasi per siklus) dengan spontan ovulasi (ovulasinya tidak dipicu oleh perkawinan, seperti kucing). Estrus pertama muncul pada usia 6—14 bulan dan waktunya tergantung pada breed dan ukuran anjing betina. Siklus birahi berlangsung 5—12 bulan. Jika tidak ada upaya kontrol populasi terhadap kucing ataupun anjing dalam satu tahun, jumlah populasi mereka dapat bertambah berkali-kali lipat.

Berdasarkan data Euromonitor tahun 2021, tercatat bahwa populasi hewan peliharaan kucing dan anjing di Indonesia pada tahun 2017 hingga 2021 terus meningkat. Populasi hewan peliharaan kucing pada tahun 2017 meningkat dari 2.290.000 ekor menjadi 2.959.000 ekor pada tahun 2021. Angka ini mengindikasikan populasi kucing meningkat sebanyak 129% berdasarkan data. Sedangkan untuk hewan anjing pada tahun 2017 populasi yang ada adalah 477.500 ekor dan pada tahun 2021 meningkat hingga 556.800 ekor dengan peningkatan sebesar 117% populasi hewan anjing (PT. Unicharm Indonesia Tbk, 2021). Diiringi dengan siklus birahi anjing dan kucing, populasi ini akan terus meningkat jika tidak ditangani secara tepat dan dapat menimbulkan beberapa kerugian.

Meningkatnya populasi tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sampai menimbulkan kejahatan dan penyiksaan pada kucing dan anjing liar.  Seringkali kita menemukan kucing dengan mata tidak lengkap, pemotongan anggota tubuh, rusaknya atau hilangnya anggota tubuh akibat kecelakaan oleh manusia yang tidak bertanggung jawab, hingga luka akibat disiram air panas. Di China, terdapat tradisi yang disebut dengan festival Yulin, yaitu sebuah tradisi untuk mengonsumsi daging kucing. Mereka memperoleh daging kucing dengan menjaring dan menangkap secara besar-besaran kucing liar.

Tidak hanya konsumsi daging kucing, bahkan di Indonesia masih banyak pedagang yang secara terang-terangan menjual daging anjing di pasar. Perdagangan anjing untuk daging masak ini merupakan hal yang memprihatinkan mengingat rabies merupakan penyakit yang dapat membahayakan, baik untuk hewan itu sendiri maupun pada manusia. Masih banyak kelompok manusia yang menganggap bahwa mengonsumsi daging anjing merupakan suatu tradisi. Nampun, perlu diingat pula bahwa hal ini dapat mengakibatkan perebakan penyakit zoonosis.

Populasi kucing dan anjing yang tidak terkendali dapat menimbulkan masalah bagi manusia, karena mereka dapat berperan sebagai vektor penyakit dan dapat menularkan infeksi kepada manusia. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia disebut dengan zoonosis. Salah satu contohnya adalah toxoplasmosis, yang disebabkan oleh parasit intraseluler bernama toxoplasma gondii (Zaaboul, 2019).

Selain menimbulkan risiko zoonosis, peningkatan populasi kucing & anjing juga dapat menimbulkan penyakit reproduksi pada hewan tersebut. Contoh penyakit reproduksi hewan adalah pyometra. Pyometra merupakan penyakit dalam sistem reproduksi yang sering menyerang anjing betina (Baithalu et al. 2010). Pyometra pada anjing didefinisikan sebagai suatu kondisi adanya akumulasi nanah dalam lumen uterus anjing betina yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan hormonal sehingga terjadi infeksi bakteri dan produksi cairan berlebih di dalam uterus (Bigliardi et al. 2004). Pyometra merupakan keadaan yang sangat serius pada hewan mamalia betina, keadaan ini dapat menyebabkan hewan infertil bahkan dapat menyebabkan kematian pada kasus serviks tertutup (Khoirudin, 2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun