Mohon tunggu...
Kita/
Kita/ Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Semua orang pasti punya keresahan. Pasti punya masalah. Kita bisa berbagi apapun untuk selesaikan itu. Kita disini mau berbagi banyak hal lewat tulisan, foto, dan video.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Taman Safari Prigen - Cara Membungkam Atasan, Belajar Sabar, & Melayani Raja : #UlasanKita1

19 Februari 2016   18:37 Diperbarui: 18 Juli 2016   09:58 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Rumah Maya Taman Safari Prigen (Gambar : Screenshot www.safariprigen.com)"][/caption]

Taman Safari Prigen : Ketika Yang Kedua Jadi Nomor Satu
Apa kelebihannya, kenapa kita harus kesana?

Jadikan aku yang kedua
Buatlah diriku bahagia
Meskipun Cuma yang kedua
Safari Prifen yang terluas di Asia

Halo Mas dan Mbak Bro

Udah pernah kebun binatang belum?

Berlibur ke kebun binatang buat anak dari Desa Sitabotabo, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Medan, Negara Indonesia, Tata Surya Bima Sakti dulunya adalah hal yang erruar biasah. Saking luar biasanya. Isu punahnya hewan masih kalah sama serunya nonton “Tuyul & Mbak Yul”. Atraksi hewan itu belum ada apa-apanya jagonya Surya, Genta, dan Gerhana. Ingat masa jayanya kedua sinetron itu?

Lion King menjadi “penggoda” pertama yang berhasil menarik perhatian anak kecil pedalaman Sumatera sama binatang. Lagu Hakuna Matata masih bisa bernyanyi sendiri dimulut saat sedang melamun sendiri di toilet. Segala binatang bisa menjadi nyata berbicara, menyanyi, bahkan ngedance. Ditambah lagi nilai sosial yang ditanamkan lewat perjuangan seorang anak untuk diakui kembali ditempat asalnya.

Momen indah itu terbayang sekilas saat akan menghadiri Coverage Taman Safari Prigen di Semarang. Sayangnya semua cuma bisa menjadi khayalan saja. Insiden terlambat pada saat acara membuat semua sirna. Tapi entah kenapa meski sudah telat saya masih tenang-tenang saja.

Kalau dalam tulisan Coverage Taman Safari Prigen di Semarang kompasianer disapa “Halo adventurer”. Kalau ada acara ditipi yang bilang My Trip My Adventurer. Maka acara Coverage Taman Safari Prigen di Semarang yang diadain di Spiegel & Bistro Kota Lama Semarang kemarin adalah my adventur become real. Tagar #SafariPrigenMyAdventur perlu diabadikan. Untuk mengingat petualangan saya hari itu.

Berawal dari jam 04:00 WIB saya sudah bangun mempersiapkan laporan mingguan. Saya sudah izin sama atasan buat berangkat jam tujuh pagi agar bisa pulang lebih awal. Supaya bisa ikut acara Coverage Taman Safari Prigen di Semarang. Biasanya masuk kerja jam sembilan pagi. Tapi 06:57 WIB saya udah sampai kantor. Laporan mingguan sudah saya kerjakan 90% kemarin. Tinggal finishing touch, diperiksa atasan, dan selesai.

[caption caption="Gambar : Karya Kita"]

[/caption]

“Persiapkan yang terbaik untuk hasil yang terbaik.”

Tepat 07:30 WIB pekerjaan saya udah selesai dan siap dicetak. Sayangnya ternyata disitulah petualangan saya dimulai. Saat atasan periksa ternyata ada tambahan data dari atasan yang perlu dimasukkan agar memperkuat materi laporan. Ternyata data itu sudah ada dari kemarin jumat, 12 Februari 2016. Sedangkan sekarang hari sabtu, 13 Februari 2016 pada saat laporan sudah selesai itu. Kenapa ga kasih dari kemarin?

Karena data tambahan cuma dua lembar, saya ga ambil pusing dan langsung tancap gas. Data saya masukkan dan ... coba tebak apa Mas Bro & Mbak Bro. Ternyata data baru harus mengubah format baku laporan yang sudah ada dalam 2 tahun terakhir. Saya harus buat format laporan baru. Sedangkan jam sudah berteriak tiap detiknya karena sudah 09:23 WIB. Ok, kalau saya mengeluh maka ga akan sempat lagi. Langsung saya kerjakan supaya bis selesai maksimal jam 10:00 WIB dan dipastikan saya akan sedikit terlambat ke acara duet Kompas dan Taman Safari. Sekali lagi “sedikit terlambat”.

Waktu berjalan tanpa sadar sudah 10:33 WIB dan kata sedikit terlambat udah ga berlaku. Sedangkan laporan yang harus diulang dari awal dan baru selesai sekitar 50%. Tiba-tiba ada “telpon yang ramah banget” dari panitia kompas. “Selamat pagi Mas Kita ini Kiki dari kompas ...”. belum selesai dengan kalimatnya langsung saya sambar, “Ya Mbak saya datang Mbak. Saya terlambat ya Mbak.” Baiknya responnya tetep ramah, “Oh ya Mas, cuma memastikan aja.” Waktu kembali berjalan dan saya harus berperang batin dengan jam yang terus berputar, laporan yang berjalan pelan menuju finish, dan atasan yang mondar-mandir ga jelas.

Setelah melihat jam yang sudah menyentuh angka 11:00 WIB. Atasan saya bertanya, “Gimana udah slesai?”. Anehnya saya bisa jawab dengan tenang dan pelan,”Belum Pak.” Dia mendekati monitor dan kembali bertanya, “Loh kok belum?”. Belum sempat saya jawab,”Oalah komputernya kok lemot toh?”. Saya ga jawab. Dia setidaknya jadi tau kenapa saya kerjakan laporan itu dari minggu lalu untuk persiapan acara kompasiana. Dan akhirnya saudara-saudara jam dua belasan kurang akhirnya laporannya selesai. Saya udah seneng banget dan udah beresin meja kerja sambil cetak hasil kerjaan. Saya serahkan ke atasan dan sembari diperiksa. Alat-alat kantor saya masukkan dalam tas. Tiba-bisa bad news datang. “Loh ini masih salah lo”. Begitu pernyataan singkatnya.

Saya kembali kerjakan. Belum lima menit saya kerjakan ada rekan kerja yang datang, “Memang kau termasuk sabar ya”. Saya heran dengan omongannya itu. Heran bukan karena Dia ngomong gitu tapi karena saya juga merasakan hal yang sama. Saat itu saya cuma berpikir kerjakan dengan pelan-pelan sampai selesai. Karena kalau saya buru-buru dan saat udah dikumpul selesai. Saya punya atasan yang ga segan-segan telpon kapan pun dan dalam keadaan apapun. Sudah cukup sejarah kelam temen-temen yang udah keluar mengalami hal yang kayak gitu. Melihat jam yang udah mendekati jam istirahat, Dia cuma bilang, “Nanti jangan lupa makan siang bareng ya”, sambil meninggalkan ruangan. Sialnya pernyataan itu ga tepat untuk momen seperti itu. “Sial ....”, itulah celotehan dalam hati.

Singkat cerita akhirnya selesai sekitar jam setengah satuan. Sambil ngeprint saya sms panitianya yang telpon tadi dengan bilang saya berangkat ke TKP. Sayangnya dibalas, “Tapi ini juga acaranya udh mau slsai gpp yah mas..:)”. Jawaban saya waktu itu tegas dan lugas kayak Ahok. Hahaha.

“Gpp Mbak

Saya tetap berangkat

Bsk2 saya ga akan bisa ikut acara kayak gini lg kan :)

Terimakasih”

[caption caption="Gambar : Dokumentasi Pribadi"]

[/caption]

Cetak dan selesai. Karena format baru. Atasan yang Mr. Perfect masih aja banyak permintaan. “Kamu ada acara ga?. Kalau ga ada ini mending dibenerin dulu.” Haaa, ada acara atau ga?. “Pak, saya kan udah izin dari kemarin dan itu diacc”, begitulah teriakanku keras dan kencang. Dalam hati tapi. Kalau dari awal ga izinkan ngapain saya datang pagi-pagi ke kantor. Itu sih bukan pertanyaan ya. Itu kalimat perintah ga langsung yang intinya mau bilang, “Kamu tetep dikantor ya”. “Kalau memang ga diizinin dari awal kan, ya terus terang aja gitu ya”. Yah, ... begitulah bisikan hati nakal saat itu. Tapi kan pertanyaan atasan itu tetep harus dijawab. Ga tau harus respon bagaimana lagi. Saya cuma bisa senyum. Pasang senyuman terikhlas sedunia tepat satu jengkal didepan matanya.

“Senyum tulus dan penuh harapan ternyata bisa meluluhkan kerasnya hati atasan yang Mr. Perfect”

Mujizat terjadi saudara-saudara, “Oh ya sudah kamu berangkat aja biar saya yang selesaikan”. Ups, hmm, tunggu. Itu kalimat marah atau apa?

Saya diam 2-3 detik dan kalimat itu berulang lagi. Oh ok, saya segera tinggalkan ruangan dengan kalimat, “Saya duluan ya Pak.”

#

“Permisi Mbak acara dari kompas tadi udah slesai ya?”, tanyaku gesa-gesa. Harapan “aneh”. Berharap ada jawaban, “Belum Mas, belum mulai malahan.” Padahal acara mulai pukul 10:00 WIB dan saya baru sampai TKP 13:00an WIB. Ya jelas acaranya udah selesailah. “Emang kompas sama taman safari janjian jam karet gitu”. Sayangnya momen beberapa detik itu saya berharap seperti itu.

“Ya Mas, baru aja”, ada Mbak-Mbak yang jawab.

“Trus panitianya kemana ya Mbak?”

“Itu Mas lagi pada ngobrol”, sambil menunjuk beberapa cowok dan cewek sedang duduk manis sambil bercanda dengan kostum pakaian taman safari.

Saya cuma bisa liat mereka sedang ngobrol asik. Dan anak telat ini tentu ga berani mengganggu. Karena tau kodratnya telat ya, kalau ga dicuekin, diomelin, dan ga-ga yang lain lah. Saya menunggu sekitar lima menit dan berharap mereka segera selesai ngobrol. Sambil menunggu saya sms Mbak Kiki tadi yang dengan ramah telpon saya meskipun udah telat. Tapi ga ada respon saudara-saudara.

Sampai akhirnya Mbak-Mbak yang tadi saya sapa diawal negor, “Mas kompasianer?”. Entah kenapa untuk pertama kalinya sangat senang mendengar kata Kompasianer dan bangga mengakuinya, “Ya Mbak”. “Itu disana ada anak-anak Kompasiner yang lagi ngumpul Mas”, sambil menunjukkan gerombolan wajah “berpikir” sedang ngobrol. Pertemuan singkat itu membuat saya untuk pertama kalinya bertatap muka dengan sesama Kompasianer. Nama dan wajahnya masih terngiang saat buat tulisan ini adalah Pak Bro Thamrin Sonata. Namanya memunculkan dua pertanyaan buat saya. Pertanyaan serius, “Apa hubungannya dengan Betaria Sonata?”. Pertanyaan nyeleneh, “Apa hubungannya dengan Raja Dangdut?”. Pertemuan singkat itu dan sosok inspiratif ini menumbuh semangat one day one article buat saya.

“Mas Kita ya?”, ya Mbak.

“Oh ya, saya Kiki dari kompasiana”.

“Ada materi yang bisa saya pelajari ga ya Mbak?”.

“Sebentar ya”, sambil pergi mendekati Mas Mas dan Mbak Mbak dari Taman Safari Prigen.

“Mas materinya diemail aja ya”

“Oh ok deh Mbak.”

“Sambil ngobrol boleh pesan makan loh Mas.”

Satu hal yang jadi pelajaran buat saya pada hari itu adalah sabar. Saya sabar dalam tekanan kerja. Meski udah telat ternyata panitia juga masih sabar meladeni saya dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sudah ditanyakan saat acara. Bahkan masih sabar menemani saya ngobrol soal kompas dan Taman Safari Prigen sampai sore.

Berkaca dari momen itu saya cuma perlu menyadari satu hal. Saya yang bukan pengujung Taman Safari Prigen aja tetep dilayani dengan baik. Apalagi orang-orang yang berkunjung langsung ke kebun binatangnya. Sebagai kebun binatang yang terluas di Asia dengan luas 400ha dan 3000 lebih satwa. Penanganan mereka pasti baik. Pernyataan ini semata berdasarkan pengalaman saya pada hari itu. Mereka adalah perwakilan banyaknya karyawan yang ada disana. Taman Safari yang berada di desa Jatirejo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur itu adalah kawasan hutan lindung yang didirikan sejak tahun 1997. Butuh kesabaran berada dilingkungan yang jauh dari kota dan berhadapan dengan binatang yang ga bisa diajak bicara. Seperti layak Lion King.

[caption caption="Gambar : Screenshot www.safariprigen.com"]

[/caption]

Untuk melakukan sesuatu minimal kita harus punya dua alasan kenapa dan untuk apa. Begitu juga dengan rencana ke Taman Safari Prigen. Kenapa saya harus kesana. Sederhana aja karena belum berkunjung kesana aja saya udah diperlakukan selayaknya raja. Raja telat tapi. Pelanggan adalah raja itu bukan omong kosong lagi. Kedua selain hiburan yang akan didapatkan ternyata edukasi juga menjadi poin penting yang diterapkan disana. Terbukti dengan tiga pilihan tiket masuk yang disertai fasilitas animal education dan wahana permainan. [1]“Safari Adventure, Taman Safari Indonesia II juga memberikan banyak sekali petualangan yang menarik seperti Elephant Journey, Swimming With Dolphin, Safari Outbound, Education Package for Students dan beberapa Animal Education Show yang bisa dinikmati di Taman Safari Indonesia II. ... Stuntman Show yang sangat menegangkan dan menarik yaitu The Journey To The Temple Of Terror.” Untuk siapapun yang benar-benar manik dengan binatang. Ga perlu khawatir dengan hewan-hewan disana karena mereka diperlakukan layaknya dengan berkepribinatangan dan berkeprihewanan. Mereka diperlakukan layak hewan bukan layaknya manusia ya. Dilepas hidup bebas seperti habitat aslinya.

Dengan fasilitas yang sudah menyenangkan tentu sebagai pengunjung kita harus merasa aman. Pengelola Taman Safari Prigen juga memperhatikan hal itu. Sebelum sampai ke TKP ada beberapa pos pemeriksaan. Kalau berangkat kesana dengan kendaraan umum. Tenang aja Mas Bro & Mbak Bro ada angkutan khusus untuk berkeliling. Setelah masuk kedalam butuh 2-3 kilometer sampai kita ngedate sama satwa yang dilindungi. Tiga km kemudian adalah show terbaiknya.

Satwa khas dari benua Amerika, seperti winnie the pooh (baca: beruang madu), terus tokoh utama GGS, serigala, dan hewan yang sudah dijadikan motor, bison. Nah di benua Afrika ada yang keren nih. Kita bisa bertemu dengan hewan dan burungnya dalam paket yang terpisah. Ada unta dan burung unta, kuda nil, gajah, serta jerapah. Sedangkan untuk benua Asia ga usah disebut ya, Masa ga tau? Beneran ga tau? Sama berarti ya. Seadainya ada hasiah untuk kita yang belum pernah kesana ya.

Ada kunjungan gratis gitu buat kompasianer. Semoga “petugas” konten hatinya tergerak ya. Sampaikan harapan kita semua ini sama Mas Bro atau Mbak Bro pengelola Taman Safari Prigen. Sehingga mimpi melihat sepasang lion narsis digerbang utama “rumah maya“ Taman Safari Prigen bisa terwujud.

Untuk menutup sedikit masukan untuk “rumah manyanya”. Mayoritas foto perjalanan dalam situsnya diisi oleh wajah-wajah bukan Indonesia. Ya, sayang aja gitu tempatnya di Indonesia, namanya Taman Safari Indonesia tapi model promosinya bukan orang Indonesia. Cukuplah hewan Afrika dan Amerika yang ditransfer kekebun binatangnya.

Semoga berguna

Senang bisa berbagi dengan kalian.

Ada unta ada burung unta
 Di Taman Safari Prigen
 Semoga liburan kesana ga cuma cita-cita
 Tapi nyata dan terasa seperti oksigen

Tembalang, Semarang
 17:37 WIB 19 Januari 2016
2016/02/19/6-12
 Tulisan Kita

Telah diposting ulang di kekitaan.com

[1] http://safariprigen.com/about-us-id

Kalau ada pertanyaan atau hal-hal yang mau didiskusikan silahkan memberikan komentar dibawah.
Terimakasih

Tentang Kita
Twitter : keKITAan_
Facebook : Tentang Kita
Instagram : kekitaan_
Youtube : Kita/
Website : kekitaan.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun