Mohon tunggu...
Kita/
Kita/ Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Semua orang pasti punya keresahan. Pasti punya masalah. Kita bisa berbagi apapun untuk selesaikan itu. Kita disini mau berbagi banyak hal lewat tulisan, foto, dan video.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cina, Temenku Minoritas yang Mayoritas : #SosialKita11

6 Februari 2016   07:58 Diperbarui: 18 Juli 2016   10:07 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ga cuma bahasa asing yang diserap bangsa asing juga

Lempar teman malah ga kena
Kena kepala bisa amnesia
Mereka bukan orang Cina
Kita sama-sama orang Indonesia

Halo Mas Bro dan Mbak Bro.

Selamat tahu baru imlek ya buat yang merayakan.

Melihat temen berkulit putih, mata irit, dan wajah oriental di mall-mall pasti udah biasa. Rasa iri sering muncul sama mereka. Dengan pakaian dan kendaraan yang selalu bagus dan diatas rata-rata. Kalau diruang terbuka mereka jarang keliatan tapi begitu dipusat jualan. Mereka jadi banyak.

Di Indonesia rekan sedarah kita yang sudah bangga disebut Indonesia ini tergolong minoritas. [1]Tapi ternyata penduduk dari San Fransisco sepertiga berasal dari Cina. Sedangkan di Indonesia, Wikipedia ngomong kalau berdasarkan data sensus 2010 kalau keturunan Cina adalah 2.832.519 jiwa.

Seperti yang disebut dalam sejarah. [2]Bangsa Tiongkok datang ke Indonesia sejak abad 4 untuk tujuan belajar agama dan akhirnya terus berlanjut dengan latar belakang dagang. Hubungan yang sudah baik sejak lama akhirnya membuahkan hadiah kewarganegaraan kepada mereka. Dalam Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Indonesia disebutkan “Yang menjadi Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara”. Bersyukur sekaligus miris. Bangsa yang sudah hidup bersama sejak sebelum maseh ga segera mendapatkan pengakuan. Lahir bersama, tumbuh bersama, tidur bersama, bahkan akhirnya dikubur di tanah yang sama. Baru mendapat pengakuan pada 2006.

Sulit memang menerima hal baru dalam kehidupan kita. Sampai akhirnya ada keyakinan kalau itu benar-benar berguna dan bermanfaat. Tapi untuk fakta selanjutnya sulit atau ga. Sudah ga jadi masalah lagi. Meskipun mendapat gelar kebangsawanan sebagai minoritas. Harus diakui kalau keadaan temen kita ini “dibalik layar” adalah mayoritas.

Istilah gampang untuk mewakilinya adalah kecil-kecil cabe-cabean, eh cabe rawit. Untuk kerja kerasnya memulai semua usaha dari NOL BESAR. Kalau ada kata-kata diatas “salut”, maka akan diucapkan untuk mereka. Indonesia semakin kaya. Ga cuma menyerap bahasa asing dan digubah menjadi bahasa Indonesia. Ternyata orang asing juga bisa diserap menjadi bangsa Indonesia. Salut buat Indonesia. Tosss.

“Ga peduli apapun agama, suku, warna kulit, dan apapun itu. Ga peduli. Siapapun yang cinta Indonesia dan “berbuat baik dengan cara yang baik” untuk Indonesia, itulah Indonesia. “

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun