Kepentingan Pribadi VS Kepentingan Masyarakat
Asap Pribadi # Asap Publik
Ruang tertutup suasanya pengap
Kaca berembu perlu dilap
Kita semua cemas dan berharap
Selesai masalah asap
Hallo Mas Bro dan Mbak Bro!
Apa kabar? Semoga yang lagi banyak masalah segera bisa move on.
Jangan suntuk gitudong. Mukanya jangan kaku kayak kanebo kering.
Pagi ini membaca halaman utama kompasiana sudah ga ada lagi yang menulis tentang sampah. Pada kaca mata kita disini masalah sampah ini belum selesai. Harus ada penyelesaian yang nyata dan jelas. Pemerintah perlu memberitahukan kepada kita semua sudah sampai mana sih perkembangannya.
Dari kemarin-kemarin heboh soal asap yang melanda melanda Indonesia. Jangan sampai masalah asap cuma dijadikan pengalihan isu atau justru isu lain diangkat untuk membiaskan isu soal asap. Beruntung "aktor asap" ini karena kemarinada kejadian di Paris. Padahal asap sedang ramainya dibahas.
Asap sudah melanda Sumatera. Melanda negara tetangga. Melanda Jokowi. Kemarin ada yang ngomong dan ahaaa. Otak ini seperti terbuka lebar. Saat mendengar ucapan seorang Bapak, “Saat masalah macet dan banjir sudah bukan lagi masalah. Lawannya Jokowi mencari masalah baru untuk menjatuhkannya.”
Asap jadi cara terbaru dalam perpolitikan nasional. Setidaknya inilah analisis masyarakat yang beredar. Perang melawan asap rokok belum selesai. #AsapPribadi. Muncul #AsapMassal yang beraninya cuma keroyokan dan main belakang. Ini asap bukan sembarangan asap. Asap menjadi sinyal bahwa kelompok “orang rendahan” di negeri ini. Tidak pernah berhenti untuk merongrong negerinya sendiri. Hanya demi “sesuap nasi” (baca: uang). Bagi mereka Tuhan adalah uang dan uang adalah Tuhan. Mereka tidak peduli dengan masalah orang lain. Ternyata tanpa mereka sadari. Malah menciptakan komoditas ekspor baru yang tidak menghasilkan dan justru merugikan, ekspor asap. Tidak menguntungkan sama sekali lagi untuk Kita. Tapiuntung besar buat mereka.
Semua pihak perlu membicarakan ini. Dalam media apapun itu. Dalam dunia nyata atau pun dunia maya. Untuk menunjukkan tingkat ..., hmm. Bahasa kerennya tuh. Urgensi. Ya bener. Untuk menunjukkan tingkat urgensi dari #MelawanAsap ini. Semua orang Indonesia wajib ngomonginsoal ini. Untuk menunjukkan seberapa pentingnya masalah ini untuk diselesaikan. Untuk menggerakkan hati dan pikiran yang beku dipemerintahan. Menunggu seluruh negeri berkoar-koar dulu baru bertindak. Negera Kita. Negeri yang tercinta ini kan masih diisi dengan orang-orang berpikiran primitif.
“Cara berpikir kita masih memadamkan api. Bukan mencegah agar api tidak menyala.”
Sayangnya, media kita masih saja membahas kasus pribadi oknum pemerintahan yang ga penting”. Anggota DPR jalan-jalan lah. Anggota DPR yang komentar diacara tv lah. Adu mulut kepala daerah dengan anggota DPR lah. Berita yang tidak memberikan manfaat dan edukasi sama sekali. Beritanya memang mendapatkan predikat paling dicari di ibukota (baca: Jakarta). TapiIndonesia bukan cuma ibukota. Banyak masalah lain didaerah yang perlu diperhatikan dan dicari solusinya.
Kita perlu menyadari bahwa masalah yang dihadapi tidak sekedar asap yang ngebul. Asapnya ini sudah punya makna yang lebih mendalam. Ini reality showyang bernama “Indonesia in Reality”. Acaranya sedang berjalan dengan ratingdan sharing tinggi. Banyak penonton yang ngomongindi jejaring sosial. Bahkan sampai menjadi trending topicdi twitter. Ada oknum tertentu yang Kita kasih nama sebagai “sutradara masalah”. Mereka “dibelakang” ingin menunjukkan kepada setiap penontonnya. Kalau masalah bisa terjadi berulang-ulang di “reality show”ini tanpa ada tindakan besar, jelas, dan nyata yang dilakukan oleh pemerintah. Dan faktanya penonton menikmati acara ini dan entah sampai kapan.
Entah sampai kapan penontonnya akan diam saja dan menonton. Entah sampai kapan yang punya “gawe” akan bertindak. Menunggu hujan petir dan byarrr, semua akan berubah menjadi baik dengan tiba-tiba?. Jangan mimpi. Entah kepada siapa juga ini Kita sedang ngomong. Padahal cuma duduk didepan layar putih yang berisi barisan tulisan ini. Berharap tulisan yang menari-nari ini akan muncul didepan mata “Pemimpin yang Baik”. Kegelisahan Kita ini akan menari-nari dipikirannya. Menggerakkan motoriknya untuk menemukan solusi. Kita, masyarakat negeri ini menunggu bukti dan bukan janji. Apa yang akan dilakukan pemimpin di negeri ini atas semua masalah ini.
Harapan akan tetap ada.
Hidup tanpa harapan adalah mati.
Patung pahlawan berdiri gagah
Dibawah langit sore berwarna merah
Dudduk diam gaselesikanmasalah
Justru akan semakin memperparah
Tembalang, Semarang
11:36 WIB 18 Nopember 2015
Tulisan Kita
Kalau ada pertanyaan atau hal-hal yang mau didiskusikan silahkan memberikan komentar dibawah.
Terimakasih
Tentang Kita
Twitter : keKITAan_
Facebook : Tentang Kita
Instagram : kekitaan_
Youtube : Kita/
Website : kekitaan.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H