Diam mu adalah segumpal kelam yang menutup terang
Diantara bentangan waktu yang begitu panjang
Keheninganpun datang dengan suara yang begitu lengang
Mengiringi sedu sedan yang begitu mengguncang
Diam mu adalah malam yang sangat mencekam
Seperti murka yang sangat menakutkan
Bagaikan amarah yang penuh dengan ancaman
Menjadi emosi yang tak pernah bisa kukendalikan
Diam mu adalah lembah gurun yang begitu gersang
Di balik jurang-jurang curam yang berbatu tajam
Gunung-gemunung menatap nanar di kejauhan
Kengerian alam yang begitu menantang
Diam mu adalah hutan yang begitu lebat
Tak tahu arah dan semakin tersesat
Kemana melangkah? Sedangkan jejak semakin lama semakin berat
Semua menjadi gelap, tujuan itu semakin tak terlihat
Diam mu adalah rahasia yang tak pernah bisa ku ketahui
Seperti teka teki yang tak pernah bisa ku mengerti
Bagaikan sebuah misteri yang tak pernah bisa ku pahami
Inilah kehampaan hidup yang terus kujalani
Diam mu adalah kesakitan yang begitu perih
Menuai lumpuh yang begitu pilu
Kesengsaraan datang tanpa rasa kasih
Kematian ini hanya menunggu di depan pintu
Terbang bersama awan nan putih
Diam mu adalah titik nol dari kewarasanku
Batoh, 7 Juli 2013
Menjelang subuh, 04.55 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H