Mohon tunggu...
Inge
Inge Mohon Tunggu... -

Menyenangi KESEDERHANAAN. EGO tidaklah sederhana tetapi CINTA.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Inge: Mumet yang Dudul

5 Januari 2011   03:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:57 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah pada satu hari Permaisuri Inge terlibat sebuah pembicaraan dengan Mimin Mumet.

Mimin Mumet, Janda Mas Joko

“Min, kamu kenapa? Koq wajahmu kusut gitu?” tanya Permaisuri Inge kepada Mimin Mumet.

“Lagi bete banget dengan Mas Joko, permaisuri!” jawab si Mimin dengan kesal.

Mimin memang sedang merasa kesal dengan Mas Joko dikarenakan soal biaya pengasuhan anak-anak mereka, Budi dan Andee, yang biayanya semakin meningkat terutama untuk kebutuhan pendidikan mereka. Kekesalan Mimin semakin meningkat manakala dia mendapat berita jikalau si D-wee, istri baru Mas Joko, telah hamil tujuh (7) bulan. Hal ini memicu kekhawatiran tersendiri buat si Mimin mengingat biaya tanggungan untuk anak-anaknya dari Mas Joko akan terbagi juga pada calon anak Joko dan D-wee kelak.

“Kamu bete kenapa lagi dengan si Joko? Apa dia sedang membuat ulah?” tanya sang permaisuri kalem.

“Untuk sementara sih belum, permaisuri. Tapi ntah nanti jika anak dia dari D-wee lahir!” masih juga kesal si Mimin.

“Oh, si D-wee lagi hamil toh? Sudah berapa bulan kandungannya?”

“Sedang berjalan tujuh bulan. Kemarin baru saja mereka membuat acara selamatannya.”

“Lalu apa yang kamu khawatirkan jika kelak anak mereka lahir?”

“Permaisuri ini memang dudul ya! Ya jelas saja saya khawatir karena itu artinya biaya tanggungan untuk anak-anak saya akan terbagi ke anak mereka.”

“Hmmm…terbagi kan kalau kita bicara soal kuantitas, Min. Tapi kalau kita berbicara tentang kualitas, maka percaya deh masing-masing anak itu pasti ada rejekinya masing-masing. Semuanya tinggal bagaimana kita mensyukurinya, Min…,” urai sang permaisuri mencoba menenangkan si Mimin.

“Hikss…Mimin tetap nggak rela, permaisuri..,” jawab Mimin terisak.

“Lalu apa yang kamu inginkan?” tanya permaisuri lebih lanjut.

“Hikss…Mimin sebenarnya masih mencintai Mas Joko. Mimin tak ingin membaginya dengan orang lain. Mimin hanya ingin memiliki Mas Joko seorang. Mimin ingin anak-anak Mas Joko hanyalah dari saya saja, tak ada yang lain. Mimin mungkin jahat, egois. Tapi itulah yang Mimin inginkan. Mimin tak ingin berbagi dengan yang lain, hikss…hikss….Pokoknya Mimin gak rela, gak rela, gak relaaaaaaaaaaaa! Mimin tak ingin kasih sayang Mas Joko terbagi-bagi untuk orang lain selain Mimin dan anak-anak Mimin!”

“Hmmm…Mimin…coba bayangkan dan andaikan Tuhan itu memilih-milih membagikan kasih sayangNya. Barangkali kita berdua gak bakal kebagian kasih sayangNya, Min…” kata permaisuri.

“Kenapa bisa begitu, permaisuri?” tanya Mimin penasaran.

“Masalahnya sangat jelas sekali, karena kita berdua dudul dan mumet,” jawab Permaisuri Inge .

“Hahahahahahaahahahahahahahahahahaahhaahahahahahahahahahahaha…” berdua sang permaisuri dan Mimin tertawa terbahak-bahak.

****

Sambungan dari kisah sebelumnya, Kisah Inge: Antara Janda dan Istri Joko Erdhianto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun