Pembaca Kompasiana yang setia,
[caption id="attachment_228608" align="alignleft" width="300" caption="Menulis ( http://media.photobucket.com/image/writing/JessPrincessofTrouble/writing-2.jpg?o=8)"][/caption]
Kali ini saya ingin membahas dua tulisan saya di Kompasiana yang jumlah pengunjung/pembacanya mencapai lebih dari 300 pengunjung, sebuah jumlah diatas rata-rata dari pengunjung tulisan-tulisan saya yang berkisar antara 100-200 pengunjung/pembaca.
Dua tulisan ini sebenarnya adalah merupakan rangkaian percobaan saya terkait masalah terpopuler dan kecenderungan pembaca untuk mengunjungi tulisan-tulisan yang terkait dengan sebuah topik yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat. Percobaan ini didasarkan pada pemilihan judul sebuah tulisan.
Pemilihan judul ini pernah saya diskusikan dengan beberapa Kompasianer khususnya yang berkecimpung dalam dunia jurnalistik seperti Firman Seponada dan Rukyal Basri. Secara umum dikatakan bahwa judul adalah salah satu faktor yang signifikan untuk menarik minat para pembaca terhadap sebuah tulisan. Oleh karena itu judul sebisa mungkin dibuat provokatif dalam arti yang positif yang akan mengundang rasa penasaran pembaca. Namun yang terpenting dari itu semua adalah jangan menipu para pembaca dengan membuat judul yang tidak sesuai isi tulisan dan atau kualitasnya dibawah rata-rata. Sebuah tulisan sebisa mungkin memberikan asas manfaat yang positif bagi para pembacanya. Pemberian judul juga memerlukan sebuah imajinasi dalam penentuannya, contoh seperti yang diutarakan oleh Pungky disini.
Dua tulisan saya yang ingin saya bahas disini adalah:
1.Video Mimin Mumet dan As. Kwok beredar di NN (rating: menghibur)
Tulisan yang bersifat hiburan dan humor ini menampilkan video dari lagu Kegagalan Cinta oleh Rhoma Irama dibuat pada saat kasus video porno dengan tersangka Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari sedang hangat dibicarakan.
Kata video sengaja ditambahkan pada judul tulisan tersebut dengan asumsi psikologis pembaca akan tertarik mengunjungi/membaca dengan adanya kata video tersebut. Dalam tempo dua hari tulisan tersebut dikunjungi oleh kurang lebih 400 pembaca, sebuah pencapaian yang fantastik mengingat tulisan-tulisan hiburan saya selama ini dikunjungi kurang lebih 200 pembaca.
Tulisan hiburan saya dengan mengambil teman-teman kompasianer sebagai tokoh tulisan saya sudah sering saya lakukan, dan tokoh Mimin Mumet sampai dengan saya membuat tulisan tersebut telah saya pakai sebanyak duakali.
Jika saya menganalisa jumlah pengunjung pada tulisan-tulisan Mimin Mumet dan As. Kwok diblog mereka masing-masing, maka dengan mengambil mereka sebagai tokoh tulisan saya, jumlah pengunjung kurang lebih sama dengan jumlah rata-rata yang selama ini mengunjungi tulisan-tulisan saya. Karenanya saya berasumsi dengan menambahkan kata video pada judul tulisan saya maka ada kemungkinan terjadi lonjakan pengunjung dikarenakan kasus video porno artis yang sedang ramai dibicarakan. Ternyata ekspetasi saya tidak terlalu jauh meleset meskipun tulisan tersebut tidak masuk dalam salah satu kategori tulisan terpopuler saat itu.
2.Ramadhan Bukan Hanya Milik Kaum Muslim (rating: Inspiratif)
Awalnya dalam draft tulisan saya, tulisan tersebut akan diberi judul Menikmati Bulan Puasa Ramadhan bersama orang-orang terkasih. Namun kemudian saya berubah pikiran karena ingin mencoba membuktikan apakah dengan member judul yang provokatif nan positif akan membuka rasa penasaran pembaca dan membawa pada salah satu tulisan terpopuler.
Dikarenakan saya harus log off setelah mempublish tulisan tersebut, maka saya tidak bisa mengamati secara langsung perkembangan pengunjung tulisan tersebut. Namun dari informasi yang saya terima dari salah seorang sahabat Kompasianer, tulisan tersebut ternyata masuk dalam salah satu tulisan yang menjadi headline (HL) dan juga menjadi salah satu tulisan yang terpopuler dengan jumlah pengunjung saat itu mencapai kurang lebih 600 pengunjung.
Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa pemilihan judul saya tepat telah mengundang rasa penasaran pembaca untuk mengunjungi tulisan tersebut, dan dengan menjadi salah satu tulisan yang HL semakin membuka kesempatan tulisan itu dikunjungi oleh para pembaca. Ada beberapa tulisan saya yang pernah masuk dalam HL namun jumlah pengunjung tidak sebesar tulisan tentang Bulan Ramadhan ini, kecuali tulisan saya tentang tips hidup hemat diperantauan. Tulisan ini telah mencapai 915 pengunjung (hingga saat saya menuliskan tulisan tentang bedah kasus ini), namun hal ini dikarenakan ada kesalahan teknis dari Kompasiana saat itu dimana tulisan tersebut menjadi HL duakali selama periode Hari Jumat-Minggu, sehingga Kompasianer Doddy Poerbo memprotesnya disini.
Dengan menjadi salah satu tulisan yang masuk dalam HL dan terpopuler pada saat yang bersamaan, maka hal ini menunjukkan bahwa tulisan tersebut memiliki kualitas yang diakui oleh admin Kompasiana dan juga diterima dengan positif oleh para pembaca yang mana dapat dibaca pada tanggapan-tanggapan yang masuk semuanya bernilai secara positif.
Kesimpulan yang bisa saya ambil dari percobaan ini adalah bahwa sebuah tulisan yang masuk kategori terpopuler tidak harus dengan menggunakan judul yang berbau seks secara negative untuk menarik minat para pembaca/pengunjung, juga tidak harus menggunakan judul yang provokatif negatif untuk mengundang para pembaca dan komentar dalam jumlah yang banyak. Sebagaimana yang diulas Mariska Lubis disini, maka mari mencoba menulis dengan bahasa yang positif karena itu melatih diri kita juga untuk berpikir secara positif.
Jika ada pesan khusus yang ingin disampaikan oleh penulis sesuai dengan asas manfaat yang positif, maka tak ada salahnya mencoba membuat judul yang provokatif positif.
Kejarlah target terpopuler karena ide positif atau pesan moral positif yang ingin disampaikan kepada para pembaca, bukan karena ingin mengejar popularitas yang sifatnya semu semata.
Salam positif!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H