Mohon tunggu...
Inge
Inge Mohon Tunggu... -

Menyenangi KESEDERHANAAN. EGO tidaklah sederhana tetapi CINTA.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesederhanaan Matematika

18 Juni 2010   14:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:27 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_170852" align="alignleft" width="225" caption="Euclid of Alexandria and Father of Geometri (sumber gambar: http://en.wikipedia.org/wiki/Euclid)"][/caption]

Berbicara tentang matematika biasanya banyak yang alergi apalagi ingat jaman-jaman sekolah dulu, tak terkecuali penulis sendiri.

Saya teringat ketika dibangku kuliah dulu salah seorang dosen Matematika saya memberikan tanggapannya tentang fenomena sarjana-sarjana teknik yang bekerja di lading-ladang sosial atau non-teknik. Menurutnya hal tersebut bukanlah sebuah fakta yang ambigu atau rancu. Pada dasarnya orang-orang teknik mempunyai kekuatan dalam memprediksi masa depan. Mereka mampu untuk melihat jauh ke depan, mempunyai visi yang jauh kedepan. Hal ini tak lepas dari peranan Matematika itu sendiri. Dengan Matematika, seseorang dilatih untuk berpikir secara logis dan sistematis dan hal ini yang sangat dibutuhkan dalam merancang sebuah masa depan. Karenanya orang-orang teknik yang bekerja di bidang-bidang sosial seperti misalnya bank, akan ditempatkan pada bidang perencanaan atau analisis.

Sejak dibangku sekolah dasar, kita sudah diperkenalkan dalam Matematika tentang bentuk soal cerita dan cara penyelesaiannya. Bagi mereka yang mengambil jurusan eksakta, metode perumusan dan penyelesaian masalah menjadi sangat penting, dan disinilah peranan Matematika dalam soal ceritanya.

Metode penyelesaian masalah dalam soal cerita urutannya sebagai berikut:

  1. Diketahui: Anda diminta untuk menuliskan semua fakta yang ada dalam soal cerita tersebut yang akan menjadi sumber data dalam penyelesaian masalah nanti.
  2. Ditanyakan: Anda sedang ditanya apa yang menjadi masalah dan atau apa yang ingin dicari/diselesaikan dalam masalah tersebut.
  3. Penyelesaian: Disini anda diminta untuk menyelesaikan suatu masalah berdasarkan data/fakta yang ada.

Jelas terlihat dari metode penyelesaian soal cerita Matematika tersebut, ada langkah-langkah logis yang sistematis yang harus dijalankan. Otherwise you will get lost atau jauh panggang dari api, yang artinya menurut kamus istilah Matematika dudul: kepala yang gatal namun pantat yang digaruk!

Langkah pertama, diketahui: kita diminta mengumpulkan data sebanyak mungkin sesuai fakta yang ada, jadi bukan ngasal, tidak ditambahkan dan ataupun dikurangi. Disini kita dilatih untuk mengidentifikasi sesuatu.

Langkah kedua, ditanyakan: disini kita dilatih mengidentifikasi masalah dan merumuskannya berdasarkan data/fakta yang ada. Ini melatih kita untuk fokus pada masalah sehingga tahu apa yang terjadi sebenarnya, bukan berdasarkan hasil tebak-tebak berhadiah. Jika kita tidak dapat merumuskan masalah dengan benar, maka dengan sendirinya masalah yang ada tidak akan dapat terpecahkan dan atau terselesaikan.

Langkah ketiga, penyelesaian: disini kita dilatih untuk menyelesaikan masalah secara terstruktur. Banyak metode yang bisa diaplikasikan dalam penyelesaian masalah sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Disini kita ditantang untuk berani bereksperimen dalam arti mencoba metode-metode yang ada dalam penyelesaian masalah. Kata Mas Meddy, Jangan Takut Bereksperimen. Dengan bereksperimen kita dilatih untuk menjadi seseorang yang eksploratif, kreatif, dan inventif (pinjam istilahnya Kompasianer Markus Budirahardjo atas komentarnya disini).

Ekploratif: kita dilatih untuk mengeksplorasi segala kemungkinan yang ada yang bisa diterapkan dalam penyelesaian suatu masalah.

Kreatif: kita dilatih untuk berkreasi dalam penerapan metode-metode penyelesaian masalah yang ada.

Inventif: dengan mengeksplorasi dan berkreasi, kita akan mampu menemukan jalan terbaik dalam penyelesaian suatu masalah yaitu benar, tepat, dan singkat.

Jika seseorang terbiasa melakukan hal seperti ini, maka niscaya pandangan-pandangan atau pemikiran-pemikiran orang tersebut sifatnya visioner sebagaimana yang Mariska ulas dalam Seks dan Interpretasi Politik dalam Bahasa.

Jadi jangan takut untuk mencintai Matematika karena Matematika akan membantu menyelesaikan persoalan hidup baik langsung maupun tak langsung.

Matematika adalah sebuah kebutuhan, sama halnya seperti membaca dan menulis. Karenanya seorang anak kecil ketika dirasakan sudah mampu untuk berpikir lebih maju akan diajarkan ketiga hal tersebut yaitu: membaca, menulis, dan berhitung.

Salam matematika!

* Terimakasih kepada Kompasianer Meddy Danial, Markus Budiraharjo, dan Mariska Lubis atas tulisannya yang sudah menginspirasi tulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun