Tulisan ini mencoba mengenal moderasi beragama dari sudut pandang Guru Pendidikan Agama Islam yang bertujuan untuk menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana terkait moderasi beragama.Â
Apa itu moderasi beragama? Mengapa moderasi penting? Dan bagaimana strategi menginternalisasikan dalam pembelajaran di satuan pendidikan sekolah dasar?
Bangsa Indonesia sebagai bangsa dengan kondisinya yang plural dan perbedaan banyak suku, ras, golomgan, budaya, dan agama dalam menghadapi ancaman-ancaman yang ekstrim.
Ideologi liberal dari barat yang menghendaki adanya kebebasan yang mengancam budaya dan moral ketimuran. Akhirnya timbullah Islam yang liberal, bebas, dan tidak terkontrol.
Dalam syariat Islam tidaklah mengenal pembenaran terhadap sikap yang ekstrim dan juga tidak pula menyepelekan tuntunan maupun aturan syariat.
Sifat berada di tengah-tengah atau pertengahan Islam sangat jelas pada seluruh aspek dan bidang, baik dalam hal ibadah, muamalah, pemerintahan, maupun perekonomian, dan lain sebagaianya.
Dalam konteks agama, dalam satu ajaran agama disetiap agama pasti memiliki
aliran yang di dalamnya ditemukan perbedaan dalam praktek menjalankan ibadahnya.
Dalam agama Islam pun demikian. Adanya empat madzhab tersebut merupakan representasi perbedaan dalam Islam yang mana antara satu dan lainnya terdapat perbedaan dalam hal praktek pengamalan syariat dalam Al Quran maupun Sunah.
Hal tersebut terjadi karena bentuk pendekatan ijtihad yang dilakukan oleh madzhab satu dengan yang lainnya tidak sama. Sehingga produk dari hasil ijtihad berupa hukum islam antara satu madzhab dengan madzhab yang lain terdapat perbedaan.
Namun belakangan sering menjadi sorotan bahwasanya dalam Islam sering terjadi intoleransi antar alirannya. Adanya rasa fundamentalisme dalam beragama mengakibatkan kita terlalu sempit dalam melihat realitas perbedaan yang ada.
Bahkan, dari sifat fundamental itu bisa berkembang menjadi radikal yang justru sangat bertentangan dengan agama Islam itu sendiri.
 Berdasarkan beberapa kajian hasil survey dan penelitian menunjukkan trend, pendidikan atau Lembaga pendidikan hari ini menjadi salah satu objek favorit untuk mengembangkan paham-paham konservatif-radikal.
Kecenderungan akan penerimaan dan kesepahaman terhadap pemahaman-pemahaman konservatif-radikal tumbuh subur di lembaga pendidikan, terutama di tingkat sekolah menengah.
Hal tersebut tentu cukup mengkhawatirkan, mengingat sektor pendidikan merupakan medium yang memainkan peran kunci dalam menentukan kondisi sosial masyarakat, baik masa kini atau masa depan.
Dengan melihat posisi sentral serta peran vital yang dimiliki oleh pendidikan, upaya Islam moderat memiliki peluang yang sama besarnya untuk dikembangkan dan disebarluaskan secara massif di dalamnya.
Hal tersebut menuntut peran aktif Lembaga pendidikan untuk meluruskan segala pola pikir masyarakat yang keliru dan menanamkan nilai-nilai Islam yang moderat. Melalui pendidikan peserta didik diajak untuk melihat realitas yang ada bahwasanya perbedaan adalah sebuah kepastian yang ada.
 Sebagai sebuah warga negara yang berkeadaban yang tinggal di negara yang plural dan sebagai makhluk Tuhan yang diciptakan dalam perbedaan sudah menjadi keharusan untuk kita untuk berlaku toleran, menghormati dan menerima keberagaman yang ada.
Dalam hal ini pemahaman moderasi menjadi sangat diperlukan untuk membentuk sikap moderat. Moderat bukan saja pada unsur politik, sosial, dan antar agama melainkan dalam agama itu sendiri.
Menurut Yusuf Qardhawi Islam merupakan agama yang moderat dalam hal syar'iyah dan ubudiyah. Sebagaimana yang telah dipaparkan bahwasannya praktek hukum islam di Indonesia yang terdapat perbedaan seringkali menjadi alasan untuk bersikap intoleran terhadap sesama umat islam sendiri.
Seperti halnya yang terjadi di sekolah-sekolah tingkat menengah hingga perguruan tinggi, salah satu contohnya yaitu  pada pelajaran fiqih ibadah sering kali terjadi perbedaan pendapat mengenai hukum-hukum fiqih yang terdapat pada materi-materi yang sedaang dipelajari.
Walau sebenarnya sudah ada buku paket atau buku panduan yang menjelaskan tentang hukum-hukum tersebut secara jelas beserta dalilnya. Hal ini terjadi dikarenakan beragamnya background pemahaman-pemahaman yang dimiliki para peserta didik.
Seperti yang diketahui bahwa masyarakat di Solo Raya memiliki berbagai macam pemahaman atau ormas agama yang diikuti. Seperti Muhammadiyah, NU, MTA, LDII dan Salafi.
Dalam hal ini pemahaman moderasi beragama menjadi sangat diperlukan untuk membentuk sikap moderat. Maka dari itu peran guru PAI di sekolah-sekolah khususnya sangat diperlukan penanaman sikap moderasi dalam beragama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H