Mohon tunggu...
KEIZAI EL YUSUF
KEIZAI EL YUSUF Mohon Tunggu... Auditor - saya adalah seorang pemimpi besar, penulis profesional (amin) yang punya ambisi besar mngilingi dunia dan membagikan goresan cerita keindahan Syurga Tuhan ke masyarakat luas melalui tulisan dan juga gambar. kegagalan atau kesalahan bukanlah sebuah kejahatan. mari membangun mimpi bersama saya.

saya adalah seorang pemimpi besar, penulis profesional (amin) yang punya ambisi besar mngilingi dunia dan membagikan goresan cerita keindahan Syurga Tuhan ke masyarakat luas melalui tulisan dan juga gambar. kegagalan atau kesalahan bukanlah sebuah kejahatan. mari membangun mimpi bersama saya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Adilkah Engkau Tuhan

17 Maret 2015   17:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:31 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


 

Terlahir telanjang dalam bungkus dunia yang kelam
Mata kecil tak mampu artikan makna hidup yang panjang
Hakikat kemana ruh ini akan berjalan dan kembali
Terombang ambing dalam samudera derasnya dunia

Aku hanyalah boneka orang tua
Mengenal banyak Tuhan dalam satu cinta
Menerakakan-Mu dalam syurga Cinta tuhanku
Salahkah Tuhan jika aku terlahir bukan Muslim

Adilkah Jika Neraka rumahku kelak
Sedang berjuta amal kebajikan yang telah tersulam
Berbakti kepada orang tua, agama dan sesama
Tegakah Engkau lukai hatiku yang terlanjur menduakan-Mu

Adilkah Tuhan diri kecilku mendengkap dalam penjara-Mu
Bukankah Engkau maha penyayang makhluk yang luasnya tak terbatas
Kemana sayap cinta-Mu itu wahai pemilik kerajaan Syurga
Sudah hilangkah mata hati-Mu sehingga Engkau palingkan wajah

Bukankah agama samawi Turun dari tangan Suci-Mu
Lalu kenapa Engkau bungkus kami dalam api
Bukankah sebiji kebaikan Engkau balas kebaikan
Kemana janji manis yang Kau tuangkan dalam Kitab ?

Menduakan-Mu penyebab amarah-Mu meledak, sebab Engkau adalah Tunggal
Amal ibadah terhalang dinding kokoh perselingkuhanku
Muara dari segala kebencian-Mu kepadaku yang lemah
Pintu langit menolak karena Tuhan cemburu ulah nakalku

Ku tahu jika kini Engkau campakkanku dalam jurang penyiksaan
Tak ada ampun lagi bagi amarah cemburu-Mu
Penyebab semua nya adalah menempatkan-Mu di kalbu sebagai yang kedua
Sedang Engkau Maha Tunggal untuk selamanya, kurasa ini adil

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun