Di tengah persaingan ekonomi global yang semakin ketat, ASEAN membuktikan diri sebagai kekuatan strategis melalui Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Perjanjian perdagangan terbesar di dunia ini tidak sekadar menjadi alat integrasi ekonomi, melainkan instrumen penting bagi ASEAN untuk memperkuat posisinya di panggung internasional.
RCEP menghadirkan peluang unik bagi negara-negara Asia Tenggara untuk bersama-sama menaikan daya saing, memperluas jaringan perdagangan, dan menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih tangguh. Bagaimana ASEAN memanfaatkan mega kesepakatan ini untuk menunjukkan relevansinya di era globalisasi?
Dikenal sebagai blok perdagangan terbesar di dunia, RCEP mencakup 15 negara, termasuk sepuluh negara anggota ASEAN serta China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru. Dengan menghapus tarif pada sekitar 92% barang yang diperdagangkan, RCEP memberikan akses pasar yang lebih baik bagi produk-produk dari negara-negara ASEAN, harapannya adalah peningkatan volume perdagangan dan memperluas pasar ekspor, memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi regional.
RCEP memungkinkan pelaku usaha untuk memanfaatkan sumber daya dari negara anggota lainnya, menciptakan peluang untuk produksi barang dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Menurut data dari Asian Development Bank (ADB), RCEP mewakili 30,2% dari GDP dunia dan 27,4% dari perdagangan global.Â
Dengan demikian, produk-produk dari ASEAN dapat bersaing lebih baik di pasar global, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan dan salah satu aspek yang krusial terkait penguatan rantai nilai regional.
Peningkatan Investasi Asing
RCEP berpotensi menarik lebih banyak investasi asing langsung (FDI) ke negara-negara anggota. Menurut laporan UNCTAD World Investment Report 2023, aliran FDI ke kawasan Asia-Pasifik diperkirakan akan meningkat seiring dengan implementasi RCEP.Â
Dengan menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif dan memberikan kepastian hukum, RCEP menjadi magnet bagi investor asing. Dan diperkirakan bahwa investasi asing langsung ke kawasan ini bisa saja mencapai $1 triliun pada tahun 2025.
Peningkatan FDI tidak hanya membantu pengembangan industri lokal tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru. Menurut estimasi McKinsey & Company, RCEP dapat menciptakan hingga 1 juta lapangan kerja baru di sektor-sektor, seperti manufaktur dan teknologi informasi dalam dekade mendatang yang tentu sangat penting bagi negara-negara anggota yang memiliki populasi muda yang besar dan membutuhkan kesempatan kerja.
Dampak Ekonomi Makro
Dari perspektif ekonomi makro, RCEP diperkirakan akan memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara-negara anggota, seperti pada Indonesia diproyeksikan akan mengalami peningkatan ekspor sebesar $5,01 miliar pada tahun 2040 berkat perjanjian ini. Jika Indonesia tidak bergabung dalam RCEP, ekspor diperkirakan hanya akan meningkat sebesar $0,23 miliar pada tahun yang sama.Â
Pertumbuhan ekonomi yang stabil ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat di seluruh kawasan, tidak lupa menekankan peran RCEP dalam mengatasi tantangan ekonomi negara-negara anggota pasca-pandemi COVID-19. Dengan memfasilitasi perdagangan yang lebih lancar dan mengurangi hambatan tarif, perjanjian ini dapat mempercepat pemulihan ekonomi di kawasan yang telah terpukul keras oleh pandemi.
Tantangan dan Resiko
Meskipun peluang yang ditimbulkan sangat signifikan, tantangan dan risiko akan tetap ada, seperti peningkatan persaingan dari produk impor yang dapat mempengaruhi industri lokal dan mengancam keberlangsungan beberapa sektor. Misalnya, sektor pertanian di beberapa negara mungkin menghadapi tekanan akibat masuknya produk pertanian dari negara lain dengan biaya produksi yang lebih rendah.Â
Selain itu, ada juga kekhawatiran terkait standar regulasi dan perlindungan lingkungan. Beberapa pihak berpendapat bahwa liberalisasi perdagangan dapat mengarah pada eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan jika tidak diatur dengan baik.Â
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan yang tepat untuk melindungi industri dalam negeri sambil tetap memanfaatkan manfaat dari liberalisasi perdagangan, diperlukan juga ada kerjasama antara negara-negara anggota untuk menetapkan standar yang jelas dalam hal perlindungan lingkungan dan keberlanjutan.
Peran dalam Stabilitas Ekonomi Global
RCEP juga berperan penting dalam stabilitas ekonomi global. Sebagai blok perdagangan terbesar di dunia yang mencakup 30% dari PDB global dan 27% dari perdagangan dunia, RCEP menjadikan ASEAN sebagai pemain kunci dalam perekonomian Asia-Pasifik. Dengan mengintegrasikan ekonomi regional, RCEP dapat berkontribusi terhadap stabilitas dan pertumbuhan ekonomi global.
Dalam konteks geopolitik saat ini, di mana ketegangan antara kekuatan besar seperti AS dan China semakin meningkat, keberadaan RCEP memberikan alternatif bagi negara-negara anggota untuk memperkuat kerjasama ekonomi tanpa terjebak dalam konflik politik. Hal ini memungkinkan ASEAN untuk memainkan peran mediasi dalam isu-isu global.
RCEP menawarkan peluang besar bagi negara-negara ASEAN untuk memperkuat posisi mereka di pasar global. Dengan memanfaatkan akses pasar yang lebih baik, penguatan rantai nilai regional, dan peningkatan investasi asing, ASEAN dapat menjadi kekuatan ekonomi yang lebih signifikan di dunia.Â
Seperti yang dinyatakan oleh Kaushik Das dari McKinsey & Company, "RCEP akan menempatkan ASEAN di garis depan pemulihan ekonomi global," mendorong pelaku bisnis untuk mengambil tindakan besar demi menciptakan ekosistem berkelanjutan dan inklusif. Keberhasilan implementasi RCEP tidak hanya akan membawa manfaat ekonomi bagi negara-negara anggota tetapi juga akan memperkuat posisi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H