Mohon tunggu...
keisya Shafira
keisya Shafira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Gizi Universitas Airlangga

Mahasiswa Gizi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Buruk Makanan Cepat Saji Bagi Kesehatan

8 Juni 2024   13:15 Diperbarui: 8 Juni 2024   13:32 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai salah satu kebutuhan utama manusia, pangan memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup. Pada  zaman dahulu, makanan cepat saji tidak berperan besar bagi nenek moyang kita. Untuk  memenuhi kebutuhan pangannya, mereka lebih  memilih bercocok tanam dan beternak. Juga bisa mendapatkan  bahan  dengan  menjual hasil pertanian dan peternakan.

Berkat kecanggihan teknologi era yang modern saat ini, keberadaan fast food semakin memuaskan masyarakat dalam  memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari.Kebiasaan konsumsi masyarakat Indonesia  bisa digantikan oleh makanan cepat saji. Semakin banyaknya restoran cepat saji mampu mengubah gaya hidup  masyarakat. Saat menyantap makanan, orang ingin segala sesuatunya dilakukan secara instan, nyaman, dan cepat, tanpa memikirkan isi makanan tersebut.

Konsumsi makanan cepat saji secara terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Konsumsi makanan cepat saji secara berlebihan dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti hipertensi, obesitas, diabetes, dan dislipidemia. Selain itu, fast food juga dapat membahayakan kesehatan gigi.

Salah satu penyakit paling berbahaya yang disebabakan oleh makanan cepat saji adalah obesitas. Obesitas dapat memicu berbagai penyakit lain, antara lain penyakit jantung, asma, stroke, diabetes, serta peradangan tulang dan send Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, jumlah penderita obesitas pada usia di atas 18 tahun sebanyak 21,8%. Selain itu, 31,0% orang berusia di atas 15 tahun menderita obesitas sentral.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Nielsen pada tahun 2008, diketahui bahwa 69% penduduk perkotaan Indonesia lebih memilih makan dengan cepat. Makan siang 33D44 orang, makan malam 25% orang, snack 9%, snack 2D44 orang. Selain itu, survei yang dilakukan Heryanti pada tahun 2009 mengungkapkan bahwa kelompok pelajar memiliki tingkat asupan makanan cepat saji tertinggi dengan nilai 83,3%.

 Banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi makanan cepat saji di kalangan remaja. Faktor-faktor tersebut antara lain pengetahuan gizi, pengaruh teman, tempat makan dan menghabiskan waktu yang nyaman, makanan yang cepat dan nyaman, rasa yang enak, merek makanan yang terkenal, dan harga yang murah. Hal ini dapat mendorong banyak remaja untuk mengonsumsi makanan cepat saji. Dampak-dampak yang ditimbulkan dari makanan cepat saji tersebut tidak terlepas dari bahan/zat-zat yang terkandung dalam makanan cepat saji. Konsumsi makanan cepat saji atau junk food yang terlalu sering juga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit yang berbahaya, seperti kolesterol tinggi, diabetes, penyakit jantung, gangguan ginjal, dan kerusakan hati. 

Salah satu efek makanan cepat saji bagi tubuh yakni dapat memengaruhi tingkat energi tubuh. Mengonsumsi makanan cepat saji dapat memberikan kita energi agar kita bisa menjadi lebih bersemangat. Tetapi, kita juga harus berhati hati terhadap jumlah makanan cepat saji yang kita konsumsi. Mengonsumsi makanan cepat saji dengan berlebihan akan mengakibatkan tubuh memiliki asupan energi yang berlebihan pula. Terlebih lagi, makanan cepat saji mengandung sejumlah besar lemak yang sebagiannya terakumulasi dalam tubuh serta berkontribusi terhadap obesitas. 

Peningkatan berat badan usai mengonsumsi makanan cepat saji tidak terlepas dari tingginya kandungan lemak dan gula yang pada makanan. Seseorang yang mengonsumsi makanan tinggi lemak, berat badannya lebih cepat meningkat dibandingkan mereka yang mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat dalam jumlah kalori yang sama.  Jika hal ini terus berlanjut, maka dapat menyebabkan obesitas. Remaja yang memiliki obesitas memiliki potensi 80% lebih besar untuk memiliki obesitas pada saat dewasa. Remaja yang mengalami obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakitpenyakit berbahaya seperti penyakit jantung, asma, stroke, diabetes, serta radang pada tulang dan persendian.  Oleh karena itu, kita perlu melakukan pemantauan berat badan normal sebagai upaya pencegahan penyimpangan berat badan dan jika terjadi penyimpangan maka langkah-langkah pencegahan dan penanganan dapat segera dilakukan. 

Dapat disimpulkan bahwa makanan cepat saji memiliki dampak negatif terhadap kesehatan. Setelah mengetahui kerugian-kerugian dan dampak negatif makanan cepat saji bagi tubuh, tentunya saat ini sudah muncul niat dalam diri masing-masing untuk menghentikan atau mengurangi kebiasaan buruk tersebut. Selanjutnya, bulatkan tekat untuk berhenti mengkonsumsi makan junk food dengan menghindari restoran cepat saji. Perlahan-lahan beralihlah ke makanan yang sehat seperti buah dan sayuran. kemudian tumbuhkanlah kecintaan pada makanan sehat. Belajar memasak menjadi hal yang sangat baik untuk kesehatan maupun meningkatkan hobi baru sapalagi untuk perempuan. Apabila sudah memiliki kecintaan yang besar terhadap dunia masak-memasak maka akan timbul dengan sendirinya keinginan untuk memasak sendiri aneka makanan yang inginkan. Serta utamakanlah memasak makanan yang sehat atau yang mengandung 4 sehat 5 sempurna.

Referensi

Dewita E. Hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada remaja di sma negeri 2 tambang. Jurnal Kesehatan Tambusai. 2021;2(1):7--14. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun