Kepalang membuka pintu ruang yang aku sembunyikan, aku memilih untuk melanjutkan apa yang aku rahasiakan selama ini. Entah akhirnya akan seperti apa, aku akan menerima semuanya. "Selamanya... Sampai kita tua... Sampai jadi debu... Ku di liang yang satu... Ku di sebelahmu..." aku memilih untuk menyanyikan sebait lagu tersebut, tentu dengan perasaan yang aku miliki saat ini.
Tiba-tiba ia tersenyum, merapikan anakan rambutnya yang terbuai angin, "Urusan aku dengan sajakku belum beres, Biru karena baru setengahnya aku menulis," ucapnya sambil menyodorkan satu buah buku catatan yang ia genggam sedari tadi. "Namun, kalau kamu mau menemaniku untuk membereskannya, akan aku izinkan. Sampai jadi debu, kan. Mari saling mengikat!"