"Apaan, Yan?", tanya Mara, masih menatap bukunya
"Suara hati aku"
"Masa aku bisa denger suara hati kamu, dokter aja harus pake stetoskop buat denger"
"Ih tapi serius ini aku nanyanya, soalnya kayanya setiap kali aku lihat muka kamu jantung aku serasa deg-degan banget".
Mara berhenti memperhatikan bukunya dan menatap kedua mata Tian dibawahnya. Ternyata selama ini Tian bukan sedang mengagumi langit, tetapi ia sedang mengagumi Mara---cinta pertama dan terakhirnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!