Pada awal Agustus, Tian dan Mara sudah menjadi sangat dekat, tidak ada yang dapat memisahkan mereka berdua. Namun, satu hal yang masih menjadi pertanyaan semua orang adalah, apakah mereka berdua sudah berstatus. Minggu itu mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama piknik sambil membaca buku.
"Mar, kita Senin ada tugas apa gak?", tanya Tian yang sedang tiduran di atas kain piknik mereka.
"Mencintaimu, Yan", jawab Mara yang sedang fokus membaca bukunya.
"Aduh, sudah tambah lancar saja gombalnya si Mara", kata Tian sambal tersenyum. Mara hanya tersenyum dan tidak memperhatikan raut wajah Tian, dia sangat terfokus pada buku yang sedang dibacanya.
"Mar, kalau semisalnya gue suka sama lo, lo bakal gimana?", tanya Tian. Mara tersentak, dia merasakan telinganya memanas, untungnya buku yang dia baca masih menutupi wajahnya. Mara perlahan-lahan menurunkan bukunya dan melihat Tian yang sedang melihat dalam-dalam ke matanya.
Mata. Satu-satunya hal yang dapat meluluhkan hati Mara. Mata mengandung banyak sekali emosi dan perasaan. Terlalu banyak hal yang tidak dapat disebutkan secara lisan namun dapat disampaikan melalui tatapan seseorang, dan saat itu tatapan Tian seperti sedang meneriakkan kata-kata gue suka sama lo, Mar, kalau lo sendiri bagaimana?
"Lo suka sama gue?", tanya Mara. Tian tetap menatap Mara dalam-dalam, dengan mata coklatnya lalu berkata, "Iya".
Deg. Mara tidak pernah menyangka bahwa Tian akan se-frontal ini. Tatapan mata mereka tidak pernah putus, Mara sudah menyampaikan apa yang dia pikirkan melalui tatapannya, "Gue juga suka sama lo, Yan, sejak kita pertama bertemu di kelas."
Tian tersenyum, sangat lebar. "Jadi, kalau gue ngajak lo pacaran, lo mau gak?". Mara tersentak lagi, memang lelaki semacam Tian ini akan selalu memberikan Mara kupu-kupu liar beterbangan dalam perutnya. "Gue mau, kalau lo mau". Tian tersenyum lagi, dia duduk dan menggenggam tangan Mara. "Mara, kamu mau pacaran sama aku gak?", tanya Tian.
"Aku mau asalkan itu sama kamu", jawab Mara.
Tian kembali tiduran, tetapi kali ini, ia mengistirahatkan kepalanya di paha Mara.
"Kedengeran gak?", tanya Tian