Mohon tunggu...
Keisha Eleora Tambunan
Keisha Eleora Tambunan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student in Global Prestasi Senior High School

Research, Writing, and Social-Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pemanfaatan Fenomena Korean-Wave dalam Pemasaran, Anda Tim Pro atau Kontra?

11 April 2023   21:28 Diperbarui: 12 April 2023   11:44 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Beberapa pihak tetap melakukan pembelian pertama walaupun produk mendapatkan review yang buruk.

Beberapa dari mereka ingin melakukan konsumsi pertama terhadap produk tersebut karena memiliki spekulasi bahwa selera tiap orang berbeda-beda, apabila dinilai memang tidak berkualitas beberapa memutuskan untuk menghentikan proses konsumsi dan mengaku sedikit menyesal. 

Ada pula beberapa individu memutuskan melanjutkan tingkat konsumsi sampai masa promosi telah berakhir atau telah mencapai kepuasan maksimal (maximum utility) atau bisa dikatakan ketika mereka berhasil mendapatkan seluruh jenis merchandise yang disediakan maupun ketika masa promosi artis tersebut terhadap brand yang terkait telah berakhir. Namun, tidak ditemukan pihak yang beralih dari brand yang sudah digunakan sejak dahulu ke brand baru dengan Brand Ambassador atau model artis Korea tersebut, apabila produk tersebut dinilai tidak memiliki kualitas yang bersaing atau tidak lebih baik dari brand yang dipakai sebelumnya.

Dengan mengkaji dari sudut pandang sosiologis, perilaku penggemar ini bisa diidentifikasikan sebagai imitasi, mereka berusaha menjadi sama dengan idola mereka dengan melakukan tindakan peniruan untuk memodifikasi diri bergabung dalam sebuah komunitas dan berinteraksi. Selain itu, sugesti juga mengambil peranan dalam fenomena ini. Beberapa responden melakukan suatu tindakan tanpa pertimbangan, mengingat beberapa responden mengaku menyesal tidak mempertimbangkan beberapa faktor dalam melakukan pembelian produk tersebut.

Teori interaksionisme simbolik yang merupakan buah pikiran dari Herbert Blumer, George Herbert Mead dan Max Weber juga terlihat dalam peristiwa ini, suatu benda berupa merchandise Artis Korea dimaknai secara serupa oleh komunitas para penggemar secara luas. Selain itu, mengkaji dari teori lima hierarki kehidupan yang dikemukakan Abraham Maslow dan teori solidaritas sosial Emile Durkheim dikatakan bahwa pengaruh fanatisme dapat membentuk solidaritas sosial dikarenakan berawal dari kesamaan suka pada suatu hal menjadikan sifat tolong menolong mendukung informasi sosiologis terkait fenomena ini.

Dengan mengetahui bahwa marketing merupakan peranan dan fungsi lembaga ekonomi yang harus dijalankan dengan baik dan efektif agar kebutuhan dan tujuan tertentu dari lembaga ekonomi juga dapat terpenuhi, pemanfaatan fenomena Korean-Wave ini bisa menjadi alternatif solusi untuk teknik pemasaran. 

Ditafsir dari salah satu artikel, Steven Calvin Victory, Chief Executive Officer iStyle.id mengatakan "Kita pernah melakukan survey untuk penggunaan Brand Ambassador, ternyata masyarakat kita memiliki hubungan erat antara si idol atau Brand Ambassador tersebut. Jadi hal itu dimanfaatkan brand untuk membantu meningkatkan daya tarik dan popularitas produk," kata Steven saat acara 50 Tahun Hubungan Indonesia-Korea Selatan di Jakarta Selatan, (15/2/2023). 

Jadi, selagi idol tersebut memiliki citra yang baik, metode pemasaran ini sah-sah saja dan dipercaya dapat mendongkrak angka penjualan. Apabila hal ini bisa mengoptimalkan pendapatan nasional Indonesia dan memperluas pasar penjualan produk dalam negeri hingga ke luar negeri, mengapa tidak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun