Mohon tunggu...
Keisha Lagunsad
Keisha Lagunsad Mohon Tunggu... Lainnya - Anyeong

Anyeong

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berbicara melalui Makeup

7 Maret 2021   21:55 Diperbarui: 7 Maret 2021   22:32 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan teknologi dan informasi tidak dapat kita hindari. Kemajuan ini memengaruhi banyak sekali aspek kehidupan manusia, bagaimana kita berkomunikasi, melahirkan banyak penemuan baru, budaya-budaya baru, dan dampak-dampak lainnya. Sebelum adanya kemajuan di era digital ini, manusia hanya menggunakan media komunikasi seperti radio, majalah, buku, TV, dan lain-lain. Namun, karena kemajuan ini lahir banyak media berbasis internet yang membantu manusia, seperti media sosial, portal berita daring, dan lain-lain. Adanya internet ini melahirkan banyak budaya baru melalui penggunaan media sosial seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan lain-lain. Bagaimana bisa media sosial melahirkan budaya baru? Karena kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan di media sosial kemudian menjadi suatu hal yang terus dilakukan dan menjadi budaya bagi masyarakat. Budaya inilah yang disebut juga sebagai Pop Culture. Pop culture atau budaya pop ini dapat dilihat melalui Circuit Of Culture. Dalam Circuit Of Culture terdapat elemen-elemen yang ada didalamnya yaitu representasi, identitas, produksi, konsumsi, dan regulasi.
Salah satu budaya pop yang sangat dekat dengan kita kini adalah TikTok. TikTok adalah media sosial yang memberikan fasilitas bagi penggunanya untuk memproduksi dan menikmati video yang berisi konten-konten menarik. Dilansir dari Tempo.com, pengguna TIkTok di Indonesia tahun 2020 sudah mencapai 30,7 juta pengguna. Penggunanya dapat membuat video dan dapat mengunggahnya ke dalam aplikasi tersebut dan video yang diproduksi tersebut juga bisa dinikmati oleh pengguna lainnya. Kegiatan produksi dalam TikTok bisa diawali dengan pengguna membuat video langsung dalam TikTok yang sudah mempersiapkan fasilitas, terdapat banyak pilihan audio dan juga efek yang bisa digunakan. Kegiatan produksi juga bisa dilakukan di luar aplikasi, artinya pengguna bisa mempersiapkan video yang sudah ada, bisa juga memasukan gambar milik kita, kemudian pengguna bisa mengunggah video dan gambar ke Tik Tok. Pengguna juga tetap bisa menggunakan efek dan audio dari TikTok. Setelah pengguna mengunggah hasil produksi, pengguna dapat melihat berapa banyak jumlah pengguna lain yang sudah melihat video yang diunggah, pengguna juga akan menerima pemberitahuan apabila ada pengguna lain yang menyukai dan memberi komentar kepada unggahan tersebut.  Pembuatan konten atau produksi dalam aplikasi ini sangat beragam, seperti ada konten tentang fesyen, makeup, makanan, musik, bernyanyi, menari, dan jenis-jenis konten lainnya. Salah satu konten yang sangat sering dibuat adalah konten tentang makeup. 

Dalam kegiatan produksi, pengguna harus memperhatikan makna yang ingin disampaikan melalui konten, budaya dan nilai yang ada didalamnya. Salah satu content creator untuk makeup di TikTok adalah Jharna Bhagwani dengan nama pengguna TikTok @jharnabahwani. Pembuat konten ini sudah sangat banyak memberikan karya makeupnya ke TikTok, dari makeup yang terlihat seram, cantik, sedih, unik dan masih banyak lagi jenis makeup yang Jharna unggah. Salah satu konten yang membuat Jharna menjadi terlihat oleh banyak orang adalah TikToknya yang memperlihatkan makeup yang menunjukan kebudayaan Indonesia sekaligus memperlihatkan makna dari lagu yang ia gunakan dalam kontennya yang berjudul "Lathi". Dalam videonya, ia menunjukan dengan makeup bahwa ada perempuan yang dirantai yang memaknai bahwa perempuan dalam lagu itu dikekang dan tidak memiliki hak berbicara untuk dirinya sendiri. Setelah makeup pertama, Jharna menunjukan makeup yang memperlihatkan wanita yang menggunakan kebaya untuk memaknai bahwa perempuan bisa mandiri, kuat, dan berdiri dikaki sendiri. Pada makeup terakhir, Jharna menunjukan look makeup yang terlihat menyeramkan, dimana perempuan tersebut seperti sedang melakukan ritual, dimana Jharna ingin menyampaikan bahwa perempuan tersebut sudah bebas dan berani melawan siapapun yang berani menghalangi kebebasan. Dari konten ini dapat dilihat bahwa ada nilai budaya dan makna yang disampaikan oleh Jharna melalui makeup dan memperlihatkan bahwa makeup dapat berbicara. 

Sumber:

Fiske, John. (2002). Introduction To Communication Studies. London: Taylor & Francis e-Library 

Kompas.com. (2020, 9 Juni). Mengapa Lathi Challenge Ramai di Indonesia? Ini Penjelasan Psikolog. Diakses dari, Kompas.com

Tempo.co. (2021, 31 Januari). Harapan Sandiaga Uno untuk 30,7 Juta Pengguna Tiktok di Indonesia. Diakses dari, Tempo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun