Mohon tunggu...
Mustaqimah Isnani
Mustaqimah Isnani Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

seorang perempuan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tampung Ambruk

31 Juli 2011   04:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:13 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menampung mereka menyatakan

bocoran-bocoran atap yang hendak ditambal

dari air-air hujan yang menyejukan

ember-ember sudah tidak berguna

namun air hujan tetap merembes

tak mampu menahan

apalagi semennya kurang

apalagi adukannya kurang rata

apalagi bata-bata kualitas rendah

apalagi pasirnya pasir laut

ditambah kayu-kayu lapuk.

Petir, badai tiba-tiba menyerang

semakin menambah kebocoran

walau sudah ditambal

air-air pun mulai naik

seloka-selokan penuh lumpur meluap

angin kencang menghantam atap

pecah, terbang dan terburai

dinding-dinding mulai retak

petir menyambar pohon

angin pun merobohkannya

menubruk dinding yang katanya kokoh

lalu ambruk,.........

jogja, 30 juli 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun