Oleh : Daffa Rizqi Prayudya (IESP 2016)
    Lembaga keuangan khususnya perbankan merupakan lembaga intermediasi yang memiliki fungsi sebagai perantara antara pihak pemilik uang lebih dan membutuhkan uang. Pentingya peran perbankan memberikan konsekuensi bahwa lembaga keuangan harus efisien di dalam menjalankan usahanya. Inefisiensi perbankan memiliki dampak sistemik di dalam perekonomian. Dampak sistemik merupakan konsekuensi dari interkonektivitas yang kuat antar lembaga. Asian Financial Crisis yang terjadi pada tahun 1997-1998 merupakan salah satu contoh peristiwa atas inefisiensi perbankan. Peristiwa tersebut menyebabkan Indonesia mengalami krisis moneter. Krisis moneter memberikan shock yang menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi negatif pada tahun 1998 (Lihat pada Gambar 1) . Krisis tersebut menyebabkan sebanyak 16 bank dilikuidasi untuk mencegah meluasnya risiko sistemik. Memburuknya kesehatan perbankan tersebut diperparah dengan pengelolaan manajemen utang luar negeri yang tidak hati - hati dan tidak melakukan lindung nilai (Bank Indonesia, 2010)
Sumber : Data BPS diolah penulis
    Sejak awal tahun 2020, dunia dikejutkan dengan pandemi Covid-19. Negara - negara di Asia Tenggara seperti Indonesia juga terkena dampak negatif pandemi tersebut (ASEAN, 2020).  Dampak negatif pandemi tersebut menyebabkan terganggunya supply chain, daya beli masyarakat, dan penurunan produktivitas perusahaan. Hal tersebut menyebabkan perbankan menghadapi risiko kredit akibat dari potensi gagal bayar para debitur tersebut. Risiko tersebut berpotensi menyebabkan perbankan menjadi inefisien dan menjadi bank yang gagal. Kegagalan bank dapat menyebabkan risiko sistemik di tengah-tengah pandemi ini. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti bank -- bank mana saja yang efisien di tengah pandemi ini. Sehingga kita dapat mengetahui gambaran atas perbankan di Indonesia
Teori Produksi dan Konsep Efisiensi
    Teori ekonomi menjelaskan bahwa perusahaan memerlukan pengelolaan yang baik ketika melakukan produksi. Proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan yaitu mengubah input menjadi output (Pindyck dan Rubinfeld, 1996) .Salah satu pengembangan teori produksi adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas banyak digunakan untuk mewakili hubungan antara output dengan input (Tan, 2008). Persamaan tersebut terdapat elastisitas output dari input menggambarkan teknologi yang diterapkan oleh perusahaan tersebut Fungsi produksi tersebut dapat dilihat dalam bentuk  :
    Menurut Bauer dkk. (1998), pengukuran efisiensi bagi lembaga keuangan difokuskan pada pengukuran frontier efficiency. Metode tersebut mengukur penyimpangan dalam kinerja dari perusahaan di frontier efficiency berdasarkan metode yang diterima secara umum (best practice). Metode pengukuran frontier dibagi menjadi dua jenis yaitu Data Envelopment Analysis (DEA) untuk non-parametrik dan Stochastic Frontier Analysis (SFA) untuk parametrik (Coelli, 1996).
Sumber : Olahan penulis diadaptasi dari Pichop (2009)