Mohon tunggu...
Kevin Aditya Putra
Kevin Aditya Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

What's the Story Morning Glory?

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Garuda di Dadaku 1 dan 2: Film Anak Dengan Kritik Pedas Untuk Sepak Bola Indonesia

15 Desember 2020   13:34 Diperbarui: 15 Desember 2020   13:47 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dokpri
dokpri

Isu keluarga yang ada dalam "Garuda di Dadaku 1" sudah diperlihatkan di awal film ketika Bayu yang sangat menyukai Sepak Bola mendapat larangan dari kakeknya untuk mendekati apapun yang berhubungan dengan Sepak Bola, dan memaksa Bayu untuk ikut les musik, lukis, matematika, karena menurutnya akan berguna bagi masa depan Bayu, padahal Bayu tidak menyukai les-les tersebut dan terpaksa mengikutinya.

dokpri
dokpri

Meskipun mendapat larangan dari kakeknya, Bayu tetap nekat untuk bermain Sepak Bola secara sembunyi-sembunyi dengan keluar melewati jendela kamar, tak hanya itu, Bayu pun rela berbohong kepada kakeknya bahwa dia pergi untuk mengerjakan tugas sekolah, padahal Bayu bersama sahabatnya yang bernama Heri pergi menonton pertandingan final Liga Remaja Indonesia di Gelora Bung Karno.

curi-perhatian-5fd85584d541df0b40245b02.png
curi-perhatian-5fd85584d541df0b40245b02.png
Sedangkan isu komunikasi pada film "Garuda di Dadaku 2" diperlihatkan dari sifat Bayu yang tidak menyukai pemain baru yang bernama Yusuf (Aliando Syarief) karena kedekatannya dengan Heri membuat Bayu merasa terabaikan, serta permainannya yang bagus di lapangan berhasil mencuri perhatian para penonton.

Film bukan hanya sebagai sebuah hiburan, tetapi film juga bisa menjadi media dalam menyampaikan pesan, dalam film "Garuda di Dadaku 1" penulis mendapat pelajaran bahwa seseorang harus bisa jujur dan berani untuk berbicara terbuka tentang apa yang diinginkannya sehingga tidak menyusahkan orang lain, orang tua pun juga tidak boleh memaksakan apa yang dia inginkan kepada anaknya.

Dalam film ini watak kakek Bayu adalah orang yang keras, suka memaksakan keinginannya dan merasa selalu tahu apa yang dibutuhkan oleh Bayu, hal tersebut membuat Bayu menjadi anak yang tidak berani berbicara dan lebih banyak memilih untuk diam.

dokpri
dokpri

Salah satu adegan, ketika kakek Bayu bertanya siapa yang membuat lukisan yang dipegang Bayu dan Bayu hanya diam saja, akhirnya kakek Bayu menganggap bahwa lukisan tersebut hasil karya Bayu, dan memutuskan untuk mendaftarkan Bayu di Sanggar Seni Lukis yang biayanya mahal dengan menggunakan tabungan pensiun, padahal lukisan tersebut adalah hasil karya teman Bayu.

Adegan lainnya yaitu ketika Bayu merahasiakan kepada kakeknya bahwa dia masuk Sekolah Sepak Bola dan berakhir ketahuan kakeknya, saat kakeknya tiba di Sekolah Sepak Bola tersebut, penyakit jantung kakeknya kambuh dan sempat membuat Bayu menjauhi Sepak Bola.

Sedangkan dalam "Garuda di Dadaku 2" mengajarkan bahwa menjadi atlet itu tidak mudah, seorang atlet harus memiliki mental yang kuat karena tidak akan selalu berada di top perform maka dari itu ketika berada dalam performa buruk, seorang atlet harus siap dengan hujatan para penonton, tetapi tidak menjadi down, melainkan semakin semangat untuk berlatih sehingga kembali ke top perform.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun