Ngenest merupakan film bergenre komedi yang dirilis pada tahun 2015, cerita dari film Ngenest diadaptasi dari kisah nyata Ernest Prakasa. Film Ngenest bercerita tentang keresahan Ernest Prakasa sebagai seorang minoritas dan terlahir dari keturunan Tionghoa. Mmm, Paket komplit.
Film dimulai dengan adegan Ernest kecil yang baru masuk Sekolah Dasar dan bertemu dengan Fariz dan kawan-kawan, karena fisik Ernest yang berbeda dengan mereka membuat dia sering menjadi bahan perundungan Faris dan kawan-kawan.
Beranjak SMP ternyata perundungan kepada Ernest (Kevin Anggara) tidak berakhir, mulai dari dipalak anak-anak SMA di bus hingga terus mendapat perundungan dari Fariz dan kawan-kawan.
Karena sering dirundung teman-temannya, akhirnya Ernest mencoba mengatasi masalah tersebut dengan bergabung bersama Fariz dan kawan-kawan, sayang cara tersebut ternyata gagal.
Ernest kemudian belajar untuk menerima nasib, tetapi Ernest sadar bahwa perlakuan tersebut tidak harus dialami oleh keturunannya nanti.
Demi memutus mata rantai keturunan mata sipit, Ernest kemudian bertekad untuk menikahi seorang perempuan pribumi, sehingga kelak anak cucunya tidak merasakan apa yang dirasakan Ernest.
Setelah lulus SMA, Ernest dewasa (Ernest Prakasa) melanjutkan pendidikannya di Bandung, akhirnya di kota tersebut Ernest bertemu dengan seorang perempuan pribumi bernama Meira Anastasia (Lala Karmela) yang kebetulan juga seiman dengan dirinya.
Perkenalan Ernest dan Meira berjalan mulus, tetapi masalah muncul ketika Ernest bertemu dengan ayah Meira (Budi Dalton) yang memiliki pengalaman buruk dengan Etnis Tionghoa sehingga melarang Meira untuk dekat dengan Ernest.
Setelah melalui perjalanan panjang akhirnya Ernest berhasil meluluhkan hati ayah Meira dan mendapat restu untuk menikah.
Setelah menikah ternyata ketakutan Ernest belum juga berakhir, Ernest mulai membayangkan bagaimana jika anaknya memiliki mata sipit seperti dirinya, ketakutan tersebut membuat Ernest menunda-nunda untuk mempunyai anak.
Kritik Sosial
Film Ngenest merupakan kritik sosial kepada masyarakat yang selalu memberikan perlakuan diskriminasi kepada etnis Tionghoa karena mempunyai penampilan fisik yang berbeda, padahal penampilan fisik yang berbeda bukanlah sebuah kesalahan, kita tidak bisa menentukan seperti apa bentuk fisik kita ketika lahir.
Ernest yang mencoba untuk berteman dan bergaul dengan Fariz dan kawan-kawan merupakan kritik kepada masyarakat yang menganggap bahwa entis Tionghoa hanya mau berteman dan bergaul dengan sesama Tionghoa.
Adegan ketika Ernest datang ke konser Punk dan pingsan karena kekurangan oskigen, ketika dia dibangunkan oleh anggota dari band Punk, mereka terkejut karena ada "Punk Cina". Padahal etnis Tionghoa datang menonton konser Punk bukanlah hal yang aneh dan salah, toh etnis Tionghoa juga adalah manusia normal yang butuh hiburan. yakali dagang terus bos!
Perundungan kepada Ernest yang menyebabkan dia menjadi trauma selama bertahun-tahun sampai takut untuk memiliki anak, dapat dijadikan pelajaran untuk selalu berpikir dahulu sebelum bertindak, kita tidak akan pernah tahu berbagai efek buruk apa yang muncul ketika kita melakukan perundungan kepada orang lain.
Pernikahan antara Ernest (Tionghoa) dan Mei (Pribumi) merupakan kritik kepada masyarakat yang menganggap bahwa etnis Tionghoa hanya ingin menikah dengan sesama Tionghoa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H