Mohon tunggu...
Iman Suligi
Iman Suligi Mohon Tunggu... Administrasi - pensiunan guru

guru, pustakawan, berkebun, membaca, musik.

Selanjutnya

Tutup

Money

(Jangan) Karena Laba Setitik Rusak Laba Seluruhnya. (Layanan konsumen bervisi akhlak mulia).

5 Oktober 2011   13:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:18 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan karena ingin menang maka saya katakan saya pelanggan Alfamart, karena memang begitu adanya. Selain dekat, praktis, nyaman, juga layanannya menyenangkan. Apa mungkin kita berharap disapa dengan magig words atau sejuknya pendingin udara kalau belanja di toko biasa? Jadi belanja disini memang nyaman dan praktis sekalian bisa juga ngisi pulsa.

Meski berkali-kali kasir menanyakan apa saya punya kartu pelanggan, saya tetap tidak tertarik untuk memilikinya. Entahlah, tanpa kartu pelangganpun kalau butuh saya juga kesitu.

Suatu sore, tepatnya Sabtu sore suasana tempatku agak meriah. Di stadion tak jauh dari situ bakal ada konsert band terkenal. Mulai pukul setengah empat sore rombongan remaja dengan berbagai busana berduyun-duyun menuju lokasi pertunjukan. Beberapa  masuk Alfamart, sementara saya juga ada disitu membeli kebutuhan harian.

Dua orang remaja berbincang dengan temannya di depan rak botol minuman, kulihat oh itu bir dan jenis minuman beralkohol. Mereka berdiksusi kecil kemudian mencari snack. Setelah mereka pergi kudekati rak itu dan kudapati petunjuk bahwa utk membeli minuman beralkohol (raknya memang agak nylempit) disyaratkan usia tertentu dengan KTP.  Ah, memang begitu aturannya? Mungkin saja memang begitu. Saya memotret label itu dengan hp sayang hasilnya kabur.

Saya terus berpikir, pengaruh alkohol itu bagi para remaja pastilah negatif. Lebih jauh saya juga berfikir bahwa para remaja itu nanti mengabaikan sholat maghrib meski pertunjukan itu baru akan dimulai sesudah isya'. Mustahil rasanya ada remaja yang membawa sajadah nonton konser, atau sholat dulu saat nonton.

Refleksi dari kejadian itu adalah, jika Alfamart berharap keuntungan dari penjualan minuman beralkohol seberapa besar keburukan yang diakibatkan dari situ? Bukankah sia-sia jika di satu sisi CSR Alfamart diarahkan pada kegiatan positif sementara komoditi semacam itu akan menggerogoti kebaikan yang sudah dilakukan?

Adalah lebih bijak jika Alfamart menghapus komoditi itu dari daftar dagangannya dan mengganti dengan yang lain, toh yang butuh tak seberapa. Celakanya jika yang tak seberapa itu akan menular seperti kangker yang menggerogoti tubuh.

Terlintas dalam benak saya, ketika pembeli barang haram itu membayar di kasir yang berjilbab dan ramah itu, bagaimana konflik batinn yang dia hadapi. Demi generasi masadepan, wahai Alfamart hapus minuman alkohol dari rak tokomu, sediakan mushola kecil yang bersih dan rapi di salah satu sudut geraimu. Ini juga perlu diperhatikan agar pembeli yang kepepet maghrib misalnya, nggak repot.  Terus tingkatkan program-program tanggungjawab sosialmu lebih menyentuh, lebih berbobot, lebih inovatif dan...... Lebih Tulus!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun