Mohon tunggu...
Ghea Utari Mahar
Ghea Utari Mahar Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari tujan hidup

Slow but sure, i will find myself

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Bertanya dari Anak Kecil

12 Februari 2016   02:42 Diperbarui: 12 Februari 2016   02:57 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di sebelah kiri saya, ada Nana, dan di kanan saya ada Mumu. Anak kecil itu, nggak ada meteor jatoh atau tornado, bisa tiba-tiba berantem. Serius.

"Miss... itu mis.. Mumu sekarang jahat bangeet"

"Iiih.. kamu.. apaan.. nggak... dia duluan miis"

Heu, kalian, paling juga beberapa detik lagi baikan..

 

"Nggaak, selamanya aku nggak mau temenan lagi sama Nanaa. Di sekolah juga ada tuh miss yang jahat. Masa aku pernah dijailin"

"Iya tuh miss. Si anu, nakal banget.. Aku juga pernah dijailin"

"Waktu itu si itu pernah dijailin sama si anu juga kan? Duh, mis. Bandel banget daah"

Dalem hati, heu. Bener kan, cuma beberapa detik kalian berantemnya ._. 

Seringkali, saya lupa kalau mereka masih kelas 1 SD. Kritis banget. Saya cerita soal tokoh yang saya buat, mereka nanya hal yang saya nggak duga, di luar cerita. Mereka juga suka bikin negosiasi, mau ngerjain latihan soal sedikit, tapi kompensasinya dikasih PR banyak. Suka berimajinasi, katanya ada ufo di depan rumahnya. Atau, berperan seolah-olah mereka itu arsitek, "Miss.. harusnya disebelah sini di bikin kolam renang.. di situ dikasih pager.." Kadang juga, bertanya seperti seorang scientific, "Emang, kalau cabainya diambil dari pohonnya, bisa numbuh lagi, miss?

Nggak jarang, mereka suka membingungkan definisi yang seringkali diabaikan sama orang dewasa. Misalnya, ketika saya bercerita bahwa lampu pertama kali ditemukan oleh Thomas Alfa Edison. "Miss.. saya bingung, jadi, lampu itu ditemukan atau diciptakan?" Jreeng. Aduh, kalian, masih kelas 1 SD saja kritis bangeet. Padahal mereka bukan sekolah di kelas internasional, tapi dipinggiran kota Jakarta dan Tangerang. Hehe. 

Jangan-jangan, sebenernya kebanyakan anak kecil itu kritis? Cuma, karena sistem (atau kultur?), mereka dituntut untuk nurut kepada guru atau orang yang lebih tua? Kebiasaan apa-apa nurut, terus jadi anak pasif?

Nah, cuma, kalau sedang berantem gini nih, saya baru sadar kalau mereka ini masih kecil. Hehe

---

"Itu dia bedanya orang dewasa sama anak kecil, kalau anak kecil, berantem ya berantem, terus baikan kayak lupa mereka pernah berantem. Kalau orang dewasa, begitu berantem, baikannya lama" kata Mas Randi.

Sudah besar begini, tapi belajar juga dari anak kecil, yang nggak pernah malu buat bertanya, bernegosiasi, berimajinasi, tanpa harus pusing karena kesal dengan si ini atau si itu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun