Mohon tunggu...
I Wayan Darmayasa
I Wayan Darmayasa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yayasan Kedai Masyarakat

Berbagi cerita dan kegiatan-kegiatan Yayasan Kedai Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Studi Tiru dan Adaptasi Pertanian Organik Berbasis Minyak Atsiri untuk Mitigasi Perubahan Iklim

17 Desember 2024   21:01 Diperbarui: 17 Desember 2024   21:01 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kunjungan Para Petani ke Laksmi Farm

Desa Pujungan, 10 Desember 2024-Pertanian organik memiliki peran krusial dalam mitigasi perubahan iklim melalui pengurangan emisi gas rumah kaca dan pelestarian sumber daya alam. Minyak atsiri, dengan nilai tambah yang tinggi dan potensi pasar yang luas, menjadi komoditas unggulan dalam sistem pertanian organik. Pemilihan Laksmi Farm sebagai lokasi studi tiru sangat relevan karena pengalaman sukses mereka dalam menerapkan pertanian organik berbasis minyak atsiri di dataran tinggi. Dengan mengadaptasi model pertanian ini ke lahan kering, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian, meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim, dan memberikan nilai tambah bagi petani.

Kunjungan studi tiru ini bertujuan mempelajari teknik budidaya organik tanaman nilam secara mendalam, mengamati proses penyulingan minyak atsiri, dan memahami sistem pengelolaan pertanian berkelanjutan di Laksmi Farm. Melalui studi tiru dan adaptasi ini, Yayasan Kemas mengembangkan model budidaya Kenanga jenis yilang-yilang dan tanaman serai yang sesuai dengan kondisi lahan di Nusa Penida, serta membangun jaringan kerjasama sebagai pemenuhan target capaian tersedianya mitra pasar.

 

Hubungan Pertanian Organik Berbasis Minyak Atsiri dengan Mitigasi Perubahan Iklim

Pertanian organik yang dilakukan di Lakmi Farm oleh Nyoman Suma Arta berkontribusi signifikan dalam mitigasi perubahan iklim melalui berbagai mekanisme alami. Praktik pertanian organik mengurangi penggunaan bahan kimia sintetis seperti pestisida dan pupuk yang berkontribusi pada emisi gas rumah kaca. Sebagai gantinya, digunakan pupuk organik dan pengelolaan tanah secara alami yang meningkatkan kemampuan tanah menyerap karbon. Pertanian organik yang dibudidayakan merupakan pertanian integrasi yang sesuai dengan habitat dataran tinggi dan memberikan dampak penyerapan karbon dioksida.

Kopi jenis arabika, nilam, pohon murbai, alpukat, gamal dan jenis rerumputan terbentang di Laksmi Farm seluas 12 ha. Biji kopi dan minyak atsiri dari tanaman nilam diolah dan diekspor langsung ke luar negeri. Tidak hanya itu, berbagai olahan yang membuat nilai tambah juga dilakukannya secara kreatif dan santifik. Kulit biji kopi diolah menjadi minuman kelas elit seperti wine dan beer dengan cita rasa khas. Laksmi Farm juga membudidayakan kambing pengandaran sebanyak 80 ekor kambing dibuatkan kandang dan diberikan pakan campuran daun gamal, lamtoro, dan rerumputan seperti odot dan rumput gajah yang dipotong halus dengan mesin.

Minyak atsiri juga menawarkan manfaat ekonomi dan ekologi yang saling mendukung. Limbah tanaman penghasil minyak atsiri, kohe dan kencing kambing dapat diolah menjadi kompos sehingga mengurangi limbah organik dan meningkatkan efisiensi sumber daya. Dengan demikian, pertanian ini tidak hanya berfokus pada keberlanjutan lingkungan tetapi juga memberikan manfaat langsung kepada petani dan masyarakat lokal. Pendekatan holistik ini tidak hanya mengurangi jejak karbon tetapi juga menciptakan ekosistem yang mendukung keberlanjutan lingkungan dan alam secara keseluruhan.

Laksmi Farm telah berhasil membuka akses ke pasar internasional untuk produk minyak atsiri organik yang dihasilkan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan petani lokal, tetapi juga mendorong penerapan standar pertanian berkelanjutan yang diakui secara global. Dengan jaringan pasar yang luas, Laksmi Farm menjadi model bagaimana produk lokal yang ramah lingkungan dapat bersaing di tingkat global.

Melihat dan Belajar Langsung
Melihat dan Belajar Langsung

Kendala dan yang Ditemukan dalam Proses Studi Tiru dan Adaptasi

Salah satu kendala utama yang ditemukan selama proses studi tiru adalah kebutuhan investasi besar untuk pengadaan dan pengoperasian alat distilasi atau penyulingan minyak atsiri. Teknologi distilasi membutuhkan peralatan khusus yang tidak hanya membutuhkan sumber daya kompeten dalam pembuatan tetapi juga memerlukan biaya operasional yang tinggi, termasuk bahan bakar, air, dan tenaga kerja terampil. Hal ini menjadi tantangan khususnya bagi petani kecil atau komunitas dengan keterbatasan akses pendanaan. Selain itu, terdapat kendala terkait kondisi geografis dan iklim. Misalnya, tanaman nilam sebagai salah satu sumber minyak atsiri memiliki kebutuhan air yang cukup tinggi, sehingga sulit dibudidayakan di daerah dengan ketersediaan air terbatas saat musim kemarau.

Solusi yang dapat diterapkan dengan melakukan adaptasi tanaman berdasarkan ketersediaan air. Tanaman nilam merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah berair, namun saat musim kemarau panjang tanaman nilam di Laksmi Farm juga dilakukan penyirman secara berkala. Pengelolaan air melalui teknik penampungan air hujan dan menampung air dari sumber mata air yang ada di bawah kebun menggunkan tandon juga dapat menjadi solusi.

Berbeda dengan yang dilakukan Kemas di kebun percontohan di Tanglad, Nusa Penida. Daerah kering tanpa sumber air dan hama kera menjadi tantangan dalam melakukan pertanian organic. Tanaman Kenanga dan Serai dapat tumbuh dan bertahan di daerah yang kering. Budidaya kenanga dan serai dapat menjadi alternatif karena kedua tanaman ini lebih toleran terhadap kekurangan air. Kenanga menghasilkan minyak atsiri dengan nilai ekonomis tinggi, sementara serai mampu tumbuh di tanah marginal dan kering dengan perawatan minimal.

Melihat pembuatan alat distilasi yang kompleks dan rumit tentu membutuhkan investasi yang besar. Kendala tersebut dapat diupayakan melalu kemitraan dengan pihak swasta, pemerintah, atau lembaga non-profit juga dapat membantu menyediakan pendanaan atau peralatan distilasi dengan skema subsidi atau pinjaman lunak.

Tidak hanya itu, Laksmi Farm sangat rinci memperhitungkan efisiensi energi dalam proses distilasi. penggunaan bahan bakar alternatif seperti limbah kayu pertanian untuk mengoperasikan alat distilasi dapat mengurangi biaya operasional. Pak Nyoman Arta juga melakukan desain ulang sistem distilasi agar lebih hemat energi dan meningkatkan produksi juga menjadi solusi jangka panjang.

Dengan adaptasi teknologi dan diversifikasi tanaman sesuai kondisi lokal, pertanian organik berbasis minyak atsiri dapat menjadi solusi berkelanjutan yang mendukung ekonomi masyarakat dan mitigasi perubahan iklim. Hasil studi tiru ini dapat diterapkan di lokasi lain dengan melakukan identifikasi kondisi geografis dan sumber daya lokal untuk menentukan tanaman atsiri yang paling sesuai. Selain itu, perlunya pembentukan badan usaha petani untuk berbagi investasi dalam teknologi distilasi dan pemasaran produk serta pengembangan program pelatihan untuk petani mengenai teknik budidaya, pengelolaan air, dan efisiensi distilasi dengan melakukan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait salah satunya dengan Pak Nyoman Suma Artha sebagai konseptor dan pelaku usaha untuk membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk minyak atsiri organik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun