Mohon tunggu...
I Wayan Darmayasa
I Wayan Darmayasa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yayasan Kedai Masyarakat

Berbagi cerita dan kegiatan-kegiatan Yayasan Kedai Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Studi Tiru dan Adaptasi Pertanian Organik Berbasis Minyak Atsiri untuk Mitigasi Perubahan Iklim

17 Desember 2024   21:01 Diperbarui: 17 Desember 2024   21:01 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu kendala utama yang ditemukan selama proses studi tiru adalah kebutuhan investasi besar untuk pengadaan dan pengoperasian alat distilasi atau penyulingan minyak atsiri. Teknologi distilasi membutuhkan peralatan khusus yang tidak hanya membutuhkan sumber daya kompeten dalam pembuatan tetapi juga memerlukan biaya operasional yang tinggi, termasuk bahan bakar, air, dan tenaga kerja terampil. Hal ini menjadi tantangan khususnya bagi petani kecil atau komunitas dengan keterbatasan akses pendanaan. Selain itu, terdapat kendala terkait kondisi geografis dan iklim. Misalnya, tanaman nilam sebagai salah satu sumber minyak atsiri memiliki kebutuhan air yang cukup tinggi, sehingga sulit dibudidayakan di daerah dengan ketersediaan air terbatas saat musim kemarau.

Solusi yang dapat diterapkan dengan melakukan adaptasi tanaman berdasarkan ketersediaan air. Tanaman nilam merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah berair, namun saat musim kemarau panjang tanaman nilam di Laksmi Farm juga dilakukan penyirman secara berkala. Pengelolaan air melalui teknik penampungan air hujan dan menampung air dari sumber mata air yang ada di bawah kebun menggunkan tandon juga dapat menjadi solusi.

Berbeda dengan yang dilakukan Kemas di kebun percontohan di Tanglad, Nusa Penida. Daerah kering tanpa sumber air dan hama kera menjadi tantangan dalam melakukan pertanian organic. Tanaman Kenanga dan Serai dapat tumbuh dan bertahan di daerah yang kering. Budidaya kenanga dan serai dapat menjadi alternatif karena kedua tanaman ini lebih toleran terhadap kekurangan air. Kenanga menghasilkan minyak atsiri dengan nilai ekonomis tinggi, sementara serai mampu tumbuh di tanah marginal dan kering dengan perawatan minimal.

Melihat pembuatan alat distilasi yang kompleks dan rumit tentu membutuhkan investasi yang besar. Kendala tersebut dapat diupayakan melalu kemitraan dengan pihak swasta, pemerintah, atau lembaga non-profit juga dapat membantu menyediakan pendanaan atau peralatan distilasi dengan skema subsidi atau pinjaman lunak.

Tidak hanya itu, Laksmi Farm sangat rinci memperhitungkan efisiensi energi dalam proses distilasi. penggunaan bahan bakar alternatif seperti limbah kayu pertanian untuk mengoperasikan alat distilasi dapat mengurangi biaya operasional. Pak Nyoman Arta juga melakukan desain ulang sistem distilasi agar lebih hemat energi dan meningkatkan produksi juga menjadi solusi jangka panjang.

Dengan adaptasi teknologi dan diversifikasi tanaman sesuai kondisi lokal, pertanian organik berbasis minyak atsiri dapat menjadi solusi berkelanjutan yang mendukung ekonomi masyarakat dan mitigasi perubahan iklim. Hasil studi tiru ini dapat diterapkan di lokasi lain dengan melakukan identifikasi kondisi geografis dan sumber daya lokal untuk menentukan tanaman atsiri yang paling sesuai. Selain itu, perlunya pembentukan badan usaha petani untuk berbagi investasi dalam teknologi distilasi dan pemasaran produk serta pengembangan program pelatihan untuk petani mengenai teknik budidaya, pengelolaan air, dan efisiensi distilasi dengan melakukan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait salah satunya dengan Pak Nyoman Suma Artha sebagai konseptor dan pelaku usaha untuk membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk minyak atsiri organik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun