Kaos hitam lusuh dengan celana ketat serta rambut mo hawk sepertinya sudah menjadi ritual khusus bagi anak punk. Bukan hanya di Indonesia, namun juga di dunia.
Dengan bermodalkan gitar okulele (Kentrung), deden atau kerap disapa (cacing )mencoba mengais rejeki dengan cara mengamen. memainkan gitar okulele, dan meminta uang seusai lagu didendangkan.
Beberapa orang yang disuguhkan lagu oleh remaja ini pun sepertinya acuh dan tidak tak mengenal dengan lagu yang didendangkan.Di tempat umum, hanya 1 orang yang memberikan uang  saat saya tanya dapat berapa den ?  Deden berkata "Lumayanlah,"  bang dapat 1000 (seribu rupiah)sambil mengantongi koin receh ke dalam tas pinggangnya. Deden tetap bersyukur dan tersenyum dan izin untuk mengamen 1kali lagi kepada saya " bang bentar ya 1 lagu lagi baru kita lanjut ngobrol " kata deden.
Di kawasan Cimahi yang terbilang cukup padat, sepertinya menjadi tempat populer bagi pengamen untuk meraup rezeki, hal tersebut lantaran musisi jalanan dengan atribute punk ini, tidak perlu untuk mondar-mandir saat mengamen. "Disini lumayan enak, soalnya macet bang jadi ga terlalu cape," kata deden saat berbincang dengan saya.
Deden mengaku sengaja membawakan lagu-lagu yang beraliran musik punk yaitu sebuah gerakan yang berbeda yang melawan kemapanan. "Kita tak suka pembodohan dan budaya pada umumnya oleh sistem kekuasaan yang ada," cetus deden.
Syair yang dilantunkan remaja ini, juga berisikan soal kritik terhadap pemerintah, dan beraroma anti kemapanan. Meski berpenampilan berbeda dengan masyarakat pada umumnya, remaja ini tak sedikitpun malu. "Setiap orang bebas mengekspresikan dirinya dalam berpenampilan bang, style deden ya seperti ini jadi gausah malu kan ga merugikan orang bang hehe" pungkasnya.
Saat ditanya deden tinggal dimanamasih bareng sama ibu sama bapa ?Deden mengaku bahwa dirinya masih memiliki orangtua. Remaja putus sekolah ini memilih untuk menghabiskan waktunya di jalan untuk meraih kebebasan, dan mencari uang. dia berkata dia tidak mau menyusahkan orang tuanya jika harus terus sekolah, " bukannya gamau sekolah bang, tapi kasihan ibu sama bapa yang kerjanya cuma mungutin botol bekas,jadi deden putus sekolah,buat cari uang buat bantu bapa sama ibu" kata deden.
Lalu saat ditanya deden kalo tidur pulang kerumah ? Â "Kadang pulang 2 minggu sekali, kadang 1 bulan. Kalau sehari-hari saya pindah-pindah saja. Tidur bisa di mana-mana, di taman, di depan toko," akunya.
Deden mengaku penghasilan dalam sehari tidak tetap. Bahkan deden, harus rela menahan lapar dan tidak makan. Namun jika nasib baik, dalam sehari,remaja ini mampu meraup Rp100.000.
"Kalau emang lapar enggak ada uang,saya ya gamakan bang paling cuma minum air aja udah.Waktu itu ada yang baik ngasih uang gede saya makan ayam di Nasi Padang" terangnya.
Tak lupa remaja berusia 17 tahun ini menyisihkan uang jika pulang ke rumah. Namun ia juga mengaku kerap mabuk bersama teman-temannya. "Kalau ada rezeki saya suka ngasih ibu sama bapa saya di rumah tapi enggak banyak, saya juga mandi di rumah. Tapi suka juga mabuk, itu kalau lagi ramai ngumpul punk yang lain," ungkapnya.